Tak berlebihan bila
dikatakan pendidikan yang diterapkan sistem dan rezim di Indonesia dikatakan
gagal. Lantaran negeri Muslim terbesar sedunia ini justru melahirkan generasi
yang juara melakukan berbagai kemaksiatan, mulai dari korupsi, perzinaan, main hakim
sendiri hingga narkoba. Seakan mereka tidak tahu mana yang benar, mana yang
salah dan mana yang baik, mana yang buruk. Lantas apa sistem penggantinya dan
bilamana sistem itu diterapkan? Temukan jawabannya dalam wawancara wartawan
Tabloid Media Umat Joko Prasetyo dengan Iffah Ainur Rochmah. Berikut petikannya.
Benarkah
sistem pendidikan yang diterapkan pemerintah gagal mendidik generasi?
Benar.
Buktinya?
Pendidikan itu kan
tujuannya mencerdaskan. Yakni mampu membedakan yang benar dan salah, baik dan
buruk, menumbuhkembangkan kebaikan perilaku juga akhlak. Selain itu mereka
mampu mengatasi masalah kehidupan dan tantangan zaman. Manusia terdidik
sepatutnya makin tinggi takwanya, makin produktif amalnya dan tentu makin
banyak sumbangsihnya untuk kebaikan masyarakat.
Buktinya kan
sebaliknya. Pelajar kecanduan narkoba, mahasiswa pesta miras. remaja geng
motor, kasus bullying, menjadi PSK dan
menjual teman sekolahnya, perayaan kelulusan dengan pesta bikini dan seks bebas
dan masih banyak lagi perilaku buruk lulusan sekolah. Ini kan menggambarkan
kegagalan membentuk kepribadian.
Lebih parah lagi,
pendidikan hari ini juga tidak menghasilkan orang yang kuat akidah, yakni yakin
pada kebenaran agamanya. Ada intelektual tapi percaya dukun yang mampu
menggandakan uang, percaya takhayul, pendukung aliran sesat bahkan membela
penista agama. Belum lagi soal rendahnya penguasaan ilmu dan keahlian. Paling
banyak saat ini lulusan sekolah dan kampus hanya terampil bekerja, bukan ahli
di bidangnya.
Tapi
ada yang mengatakan sistemnya sih sudah bagus hanya saja person pelaksananya
saja yang kurang berkualitas. Tanggapan Anda?
Kalau sistemnya sudah
bagus dan kesalahannya hanya pada tataran pelaksanaan yang belum sempurna, saya
kira gampang saja menilainya. Di mana teruji kebaikan sistemnya, mana hasilnya?
Mungkin lebih tepatnya, bukan sistemnya yang bagus tapi kemasan atau bungkusnya
saja yang indah padahal isinya busuk dan rusak.
Orang menganggap
sistemnya bagus karena menyatakan bahwa tujuan pendidikan menciptakan manusia
bertakwa sekaligus piawai menghadapi tantangan zaman. Tapi penjabaran apa yang
dimaksud dengan takwa masih kabur dan kurikulum yang dibuat tampak jelas tidak
menyiapkan pribadi takwa tapi sekadar memproduksi tenaga kerja.
Apa
akar masalahnya sehingga meskipun kurikulum silih berganti namun masalah dunia
pendidikan tidak juga teratasi?
Karena tidak mengambil
konsep pendidikan dari Allah SWT. Karena dasar pembangunan pendidikan adalah
sekulerisme. Sekuler tidak selalu anti agama. Tapi agama tidak boleh mencampuri
urusan di luar peribadatan. Di sekolah, agama diajarkan tapi bukan untuk dipraktikkan,
sekadar untuk diketahui.
Berarti
sistem pendidikan sekuler yang menjadi biang keroknya?
Ya. Pendidikan sekuler
telah membuat tujuan pendidikan salah. Coba kita lihat, apakah orang sekolah
untuk menuntut ilmu, memenuhi kebutuhan akal terhadap pengetahuan? Tidak kan.
Orang sekolah untuk dapat ijazah yang menjadi syarat untuk bekerja. Pendidikan
sekuler juga menghasilkan kepribadian yang kacau. Bayangkan bagaimana hasilnya
kalau antar mata pelajaran saja saling kontradiktif.
Contohnya?
Pelajaran agama
melarang pacaran, pelajaran lain justru mendorong pergaulan yang intensif
antara laki-laki perempuan. Belum lagi sekarang ada modul pembelajaran agama
yang dilabeli “Islam Damai”, isinya menanamkan Islam moderat, bahwa Islam
mengakui pluralisme, sangat terbuka terhadap nilai-nilai liberal, dan lain
sebagainya.
Mengapa
negeri yang mayoritas Muslim ini bisa menerapkan sistem pendidikan sekuler?
Sebenarnya pendidikan
sekuler itu konsekuensi logis dari penerapan sistem kehidupan sekuler
kapitalistik. Namun begitu, pendidikan sekuler di negeri ini lebih banyak lahir
dari kebijakan pemerintah yang tidak mandiri mengelola aspek pendidikan.
Pemerintah mengadopsi kurikulum, strategi dan standarisasi pendidikan dari
lembaga dunia semacam UNESCO. Pemerintah sekadar menambahkan 'rasa lokal' atas
kurikulum pendidikan Barat yang jadi menu utamanya.
Apa
bahayanya bila pendidikan sekuler ini tidak segera dihentikan?
Membiarkan
berlangsungnya sistem pendidikan sekuler sama saja dengan membiarkan rusaknya
generasi, khususnya identitas Islamnya. Generasi Islam bisa menjadi manusia
sekuler, pelaku kebebasan, pembela penista agama dan penentang penerapan
syariat. Maka mustahil terwujud generasi berkepribadian Islam yang teguh
berpegang pada agama dan berkomitmen mewujudkan kembali kegemilangan peradaban
Islam.
Sebagai
gantinya, sistem pendidikan yang seperti apa yang harus diterapkan?
Sistem Pendidikan
Islam (SPI). Bukan hanya sekolah Islam yang diselenggarakan oleh inisiatif
masyarakat. Tapi semua perangkat penyelenggaraan pendidikan mulai dari
penetapan tujuan pendidikan, penentuan arah kurikulum, strategi pengajaran dan
mata pelajaran yang diajarkan harus berjalan sesuai Islam. Bahkan lembaga
pendidikannya juga harus sejalan Islam.
Bisakah
sistem pendidikan tersebut diterapkan dalam sistem pemerintahan seperti
sekarang ini?
Sulit, bahkan tidak
bisa.
Mengapa?
Terlalu banyak
komponen yang harus diubah, bahkan tidak bisa diubah dengan sistem kehidupan
yang masih sekuler kapitalis. Karena harus ada ubahan paradigma, kurikulum,
standar kompetensi pendidik, anggaran. Belum lagi keharusan integrasi peran
sekolah, keluarga dan masyarakat. Berarti negara juga arus meningkatkan
kemampuan mendidik keluarga, menata media dan menciptakan suasana kondusif di
masyarakat sesuai dengan arahan Islam.
Lantas
bagaimana agar sistem pendidikan tersebut dapat diterapkan dengan baik?
SPI mensyaratkan
adanya negara yang berdasar Islam dan pemerintah yang berkomitmen dan mandiri
membangun kepribadian bangsa dengan kepribadian Islam. Negara khilafah yang
mampu mewujudkannya, dengan politiknya yang independen, tidak didikte asing dan
UNESCO. Juga khilafah yang akan memberlakukan sistem ekonom Islam agar APBN
kita besar dan alokasi anggaran untuk bisa memadai, untuk membiayai biaya
pendidikan bagi setiap individu rakyat secara gratis dan berkualitas, dan lain
sebagainya.
Dengan SPI akan
terwujud kembali sistem pendidikan Islam sebagai sistem pendidikan terbaik
untuk generasi umat terbaik. []
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 193
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar