Cara Mencintai Al-Qur’an
AL-QURAN YANG TAK TERTANDINGI
Al-Quran adalah mukjizat terbesar yang diberikan Allah swt kepada Nabi
Mohammad saw. Al-Quran adalah Kalam mukjizat yang diturunkan Allah swt
kepada Mohammad saw dengan jalan wahyu, dan disampaikan kepada kita
dalam bentuk mushhaf dengan jalan periwayatan yang mutawatir. [Dr.
Husain ‘Abdullah, Dirasaat fi al-Fikri al-Islaam, hal.17]
Al-Quranu al-Kariim, selain sebagai mukjizat ia juga berisikan petunjuk
untuk umat manusia. Keindahan, kefasihan, serta gaya bahasanya tidak
mungkin bisa ditandingi oleh ahli-ashli syair manapun. Al-Quran telah
menyatakan:
“Dan
jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Quran yang Kami wahyukan
kepada hamba Kami (Mohammad), buatlah satu surat saja yang semisal
dengan al-Quran dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu
orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuatnya dan pasti
kamu tidak akan dapat membuatnya, peliharalah dirimu dari siksa api
negara yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi
orang-orang yang kafir.” [2:24]
Ali
Al-Shabuni dalam menafsirkan ayat ini menyatakan bahwa tidak ada
seorang pun yang bisa menandingi dan membuat satu ayat yang semisal
dengan al-Quran dalam hal balaghah (keindahan), fushahah (kefasihan),
dan bayaan-nya (penjelasannya). [Ali ash-Shabuni, Shafwaatu al-Tafaasir, juz I, surat 2:24]
Di ayat yang lain Allah swt berfirman:
“Katakanlah:
”Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa
dengan Al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa
dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu sebagian yang
lain.” [al-Israa”:88]
Ibnu Katsir
menyatakan: ”Al-Quran telah menantang orang-orang Arab, di mana mereka
adalah orang yang paling fasih; akan tetapi mereka tetap tidak mampu.”
Mukijizat ini tetap langgeng hingga hari kiamat kelak. Artinya, tidak
ada satupun manusia yang mampu menyamai dan menandingi kehebatan
al-Quran dalam hal balaghah, fushahah, dan bayannya. Lebih dari itu,
al-Quran pasti akan meninggalkan bekas yang sangat dalam bagi
orang-orang yang membacanya dan mendengarkannya. Terutama orang yang
memahami bahasa Arab.
Banyak penyair-penyair Arab yang jatuh hati dengan al-Quran dan
menyatakan dirinya masuk Islam. Mereka memahami bahwa keindahan,
kefasikan dan kejelasan makna al-Quran tidak mungkin bisa diciptakan
oleh siapapun, termasuk Mohammad saw. Atas dasar itu, orang yang hatinya
bersih dan ikhlash tentu akan menerima al-Quran dengan penuh ketundukan
dan penyerahan.
Namun demikian, di jaman sekarang ini al-Quran telah “ditandingi”
bahkan disingkirkan. Hukum-hukum Allah yang lahir dari al-Quran dan
Sunnah telah digeser kedudukannya oleh hukum-hukum positif buatan barat.
Hanya sebagian hukum saja yang bisa dilaksanakan oleh kaum muslim,
yaitu hukum-hukum yang berhubungan dengan ibadah, akhlaq, dan sebagian
kecil muamalah. Sedangkan hukum-hukum publik yang mengatur masalah
ekonomi, politik, dan sebagainya, tidak lagi diterapkan dalam kehidupan
kaum muslim. Hukum-hukum Allah telah dipinggirkan dan ditandingi oleh
hukum-hukum kufur bikinan barat.
Hukum potong tangan, hukum rajam, jilid, qishash, jihad, futuhat, dan
hukum-hukum agung lainnya telah dipinggirkan bahkan diganti dengan
aturan-aturan kufur buatan manusia.
Jika
manusia tidak mungkin bisa mengalahkan al-Quran dari sisi balaghah,
fushahah, dan bayan, akan tetapi pada saat ini orang-orang kafir beserta
antek-anteknya telah mengalahkan hukum-hukum Allah, bahkan hendak
melenyapkannya dari kehidupan manusia. Kaum kafir berhasil meracuni kaum
muslim, sehingga mereka berpaling dari al-Quran dan Sunnah. Akhirnya,
kaum muslim – yang telah teracuni ini — berusaha mengalahkan dan
meminggirkan hukum-hukum yang lahir dari al-Quran dan Sunnah, kemudian
diganti dengan hukum-hukum buatan manusia. Bukankah ini berarti bahwa
al-Quran telah tertandingi secara hukum dan peradaban?
Lantas, di mana kecintaan kita kepada al-Quran al-Karim? Sementara itu
kita masih berdiam diri atas tercampak dan terpinggirnya hukum-hukum
Allah swt? Bahkan kita masih berdiam diri atas hukum-hukum kufur buatan
manusia yang menggantikan kedudukan hukum-hukum Allah? Sungguh, keimanan
dan kecintaan kita kepada al-Quran harus diwujudkan dalam bentuk
memahami dan menerapkan seluruh hukum yang terkandung di dalam al-Quran.
Kaum muslim tidak cukup sekadar membaca, memahami, dan menggali hukum
dari al-Quran, akan tetapi ia harus menerapkannya dalam kehidupannya.
Cara Mencintai Al-Qur’an - Dari buku Bunga Rampai Pemikiran Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar