Juli 1995, peristiwa
yang tak pernah terlupakan bagi Muslim Bosnia. Sebanyak 200 ribu orang
dideportasi ke kamp-kamp konsentrasi tempat mereka disiksa, dibuat kelaparan,
dan dibunuh. Yang lain hidup di bawah pengepungan, seperti di Sarajevo dan
Mostar, dibuat hingga kelaparan dan menjadi sasaran penembak jitu dan
penembakan senjata berat. Srebrenika, yang dikenal sebagai kamp penahanan
terbesar di dunia, dikepung selama tiga tahun, sebelum jatuh ke tangan pasukan
Serbia Bosnia pada Juli 1995. Pasukan Serbia memisahkan anak laki-laki dan
orang laki-laki berusia antara 12 dan 77 tahun dari penduduk lainnya dan
membawa mereka ke ladang, sekolah, dan gudang untuk dieksekusi.
Pada 11 Juli pukul 16:15 Jenderal Ratko Mladic
(sekarang menjadi penjahat perang) memasuki Srebrenika dengan pasukan Serbia,
termasuk unit paramiliter dari Serbia, dengan mengklaim kota itu adalah untuk
orang-orang Serbia. Sambil berjalan-jalan dengan sorotan kamera-kamera TV,
Mladic mengumumkan bahwa akan ada "pembalasan terhadap
orang-orangTurki."
Pada hari itu, ribuan pria Bosnia mulai melarikan diri
melalui hutan, membentuk satu barisan dan mendaki sejauh sekitar 100 km dalam
upaya untuk mencapai wilayah bebas yang dikendalikan oleh tentara Bosnia.
Perjalanan itu dikenal sebagai pawai kematian, karena mereka kemudian disergap,
ditembaki, dan diserang oleh pasukan Serbia.
Kurang dari seperempat dari mereka yang selamat.
Selama enam hari, lebih dari 8.000 orang Bosnia terbunuh. Kaum perempuan dan
anak-anak kecil dideportasi. Puluhan ribu Muslimah diperkosa. Menyedihkan.
Inilah peristiwa yang memilukan, PBB menyebutnya
sebagai pembantaian terkeji di Eropa di era modern pasca perang dunia kedua.
Sudah seharusnya kita umat Islam juga merasakan pilu
yang luar biasa. Karena Muslim Bosnia adalah saudara kita. Genosida ini
menunjukkkan kegagalan sistem global dunia di bawah naungan kapitalisme yang
dipimpin Amerika Serikat dan sekutu Baratnya. Bahkan Amerika Serikat dengan
alat-alat penjajahannya seperti PBB dan NATO, justru paling bertanggung jawab
atas genosida ini. Mereka membiarkan pembantaian ini. Padahal mereka bisa
mencegahnya.
Penguasa-penguasa negeri Islam juga turut bertanggung
jawab. Diamnya mereka, atau ketiadaan aksi nyata, membuat musuh-musuh Islam
dengan seenaknya melakukan pembantaian terhadap umat Islam. Tidak ada satupun
negara ataupun penguasa negeri Islam yang ditakuti para pembantai itu. Karena
mereka tahu, penguasa negeri Islam dalam kebijakan luar negerinya, akan
bertindak selalu dalam kontrol Amerika sebagai tuan mereka. Jadi kalau Amerika
membiarkan, mereka pun akan melakukan hal yang sama.
Ketertundukan kepada Amerika dan kelemahan penguasa
negeri-negeri Islam inilah yang juga membuat kenapa musuh-musuh Islam dengan
ringannya membantai umat Islam. Seperti yang dilakukan Cina di Turkistan Timur
terhadap Muslim Uighur. Bahkan negara lemah sekalipun seperti Birma dengan
leluasa mengusir dan membunuh Muslim Rohingya. Di Palestina, Zionis Israel yang
didukung Amerika dengan leluasa menghancurkan rumah sakit, pemukiman, dan
mengusir rakyat Palestina dari pemukimannya sendiri.
Inilah yang membuat Rusia tanpa rasa takut,
membombardir Suriah, membunuh puluhan ribu umat Islam. Amerika Serikat pun
bertindak seenaknya terhadap negeri-negeri Islam. Menjajah, merampas kekayaan
alam negeri, mengadu domba sesama umat Islam, dan membunuh kaum Muslimin.
Semua ini, seharusnya membuat kita semakin paham
pentingnya keberadaan khilafah di tengah-tengah umat Islam. Khilafah ala minhajin nubuwah yang merupakan negara adidaya yang disegani dunia.
Negara yang akan mempersatukan negeri-negeri Islam yang terpecah-pecah akibat
racun nasionallsme sempit. Negara khilafah yang akan mengurusi rakyatnya dengan
benar berdasarkan syariah Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Dengan syariah Islam ini, akan menjamin kebaikan bagi Muslim maupun non-Muslim.
Dalam kebijakan luar negeri, khilafah akan menyebarkan Islam ke seluruh dunia dengan dakwah dan jihad. Menjaga hubungan dengan negeri
Muslim dan melakukan berbagai upaya diplomasi agar terjadi reunifikasi mereka
dengan khilafah. Khilafah menjaga hubungan dengan negara kafir dengan tetap
berpedom pada hukum syara’. Maka terhadap negara kafir dalam status harbi fl'lan, negara khllafah tidak boleh membuat kerjasama baik
secara diplomatik maupun ekonomi.
Negara khilafah ini pulalah yang akan dengan
sungguh-sungguh membebaskan negeri-negeri Islam yang tertindas dengan
memobilisasi pasukan reguler negeri-negeri Islam. Memberikan pelajaran nyata
terhadap Yahudi yang dilaknat Allah. Dengan pasukannya yang kuat, persenjataan
yang modern, apalagi didorong oleh iman dan kewajiban jihad fi sabilillah,
pasukan khilafah akan menjadi pasukan terkuat yang disegani oleh kawan dan
ditakuti musuh. Ditambah lagi, jutaan rakyat negara khalafah siap turun ke
medan jihad membantu pasukan reguler karena kecintaan mereka kepada saudara
Muslim mereka. Allahu Akbar![]farid wadjdi
Sumber: Tabloid Media Umat edisi 246
Tidak ada komentar:
Posting Komentar