Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Kamis, 07 Juli 2011

Sikap dan Pola Pikir Arab Baru adalah Peringatan Berbahaya bagi Barat

Sikap dan Pola Pikir Arab Baru adalah Peringatan Berbahaya bagi Barat


Seiring debat-debat dunia tentang berbagai sisi demonstrasi di Arab – baik revolusi itu akan menghasilkan tatanan politik baru atau tidak – sangat sedikit hal yang telah dibicarakan tentang sikap dan pola pikir Arab.

Ya, orang Arab telah tumbuh menjadi tidak takut melawan rezim-rezim tiran, tapi ini bukanlah deskripsi akurat tentang kondisi psikologis mereka, bukanlah pola pikir mereka. Proses berpikir orang Arab telah mengalami perubahan transformatif massif dan sedang dengan cepat mencapai tingkat kematangan intelektual yang cenderung menghasilkan efek meningkat.

Pertimbangkan tentang kegairahan yang disambut dengan pengenyahan Ben Ali dari Tunisia, atau pengepungan Hosni Mubarak di Mesir. Awalnya, orang Arab menyimpulkan bahwa ini akhirnya menghasilkan perubahan permanen; yang berbeda dari sistem-sistem otokratik dan hukum-hukum drakonian hari ini.

Malah, dalam beberapa bulan, orang-orang Mesir belajar bahwa rezim itu tidak hanya bertahan hidup, tapi malah diberi tambahan nyawa melalui kudeta militer. Perjanjian damai dengan entitas yahudi – yang ditolak mayoritas rakyat Mesir – tetap terpasang kuat. Pihak militer – yang tadinya adalah kekuatan revolusi, berubah dari pahlawan menjadi pengkhianat dalam semalam.

Penyiksaan, pemenjaraan tanpa persidangan, penculikan oleh pasukan keamanan, pembunuhan lintas negara, dan konflik sektarian – yang banyak terjadi di bawah Mubarak – kembali menghantui rakyat Mesir dengan gairah baru. Para didikan Barat yang subur di sisi lain dan ditawarkan sebagai alternatif terhadap status quo dengan cepat ditolak oleh massa. Para Islamis (di parlemen), yang tadinya didorong oleh keikhlasan iman sekarang dicerca karena menjadi lebih sekular daripada para sekularis! Bahkan antusiasme publik untuk reformasi konstitusional dan pemilihan presidensial telah buyar.

Pengalaman di Tunisia juga mirip. Dengan memperhatikan itu semua, hal yang sama juga bisa dikatakan untuk Maroko, Algeria, Libya, Jordan, Syria dan beberapa negara GCC. Kisah sebelum dan sesudah demonstrasi, tetap tidak berubah bagi orang-orang Arab. Bagi mereka, dunia Arab dikuasai oleh para elit pro-Barat yang lebih tertarik melanggengkan berbagai kepentingan kolonial Barat daripada pembebasan massa Arab dari tirani.

Sekarang ini, tampaknya usaha Barat apapun untuk mendalangi perubahan di negeri-negeri Arab dengan seketika ditolak dan dibuang. Pikiran Arab yang sebelumnya tidaklah bangun, sekarang sedang dengan cepat memproduksi hasil-hasil yang berkebalikan dengan ketahanan Barat dan keprimitifan Timur Tengah.

Kurva pembelajaran, yang terdiri dari penginderaan realitas, pemikiran dan penyimpulan, tidak lagi terlalu curam bagi massa Arab untuk didaki. Jadi bagaimana pikiran Arab telah berubah?

Bisa dinyatakan bahwa selama 80 tahun aneh yang lalu, luas dan kedalaman masalah yang dihadapi orang Arab telah tumbuh dalam kekuatannya dan cakupannya: penghancuran Khilafah di 1924, penjajahan Barat terhadap tanah-tanah Muslim, pendirian entitas yahudi di 1948, Perang Teluk berkelanjutan, perang melawan teror dan penjajahan kembali secara fisik tanah-tanah Arab, semua telah mewariskan kesan tak terlupakan di pikiran Arab. Perasaan mendalam penghinaan, pelecehan dan pelanggaran nilai-nilai Islam mendorong banyak orang Arab untuk berpikir serius tentang perasaan itu. Namun, Barat melalui para antek Arab dan kacungnya di dunia Arab menyuapi massa dengan pakan rusak pemikiran Barat untuk membingungkan dan menjaga orang-orang Arab dari mendapatkan kesimpulan yang tepat tentang peristiwa yang mereka alami. 

Akhirnya, proses berpikirnya atau siklus berpikirnya – perasaan tentang masalah-masalahnya, yang kemudian membutuhkan penghubungan dan pemahaman, yang lalu diikuti dengan penyimpulan – dipatahkan, atau dibengkokkan, ke arah interpretasi yang diinginkan Barat. Bagi banyak orang Arab, ini menghasilkan kelumpuhan intelektual dan stagnasi masyarakat Arab. Terpisahkan dari perasaan alami mereka, orang-orang Arab tidak mampu memproduksi solusi-solusi buatan sendiri untuk berbagai masalah yang mereka hadapi, dan dipaksa untuk mengimpor bermacam solusi dan ide. Maka proses berpikirnya secara temporer terganggu. Apa yang mengkomplikasi situasinya lebih lanjut, adalah pengadopsian solusi-solusi Barat. Bermacam solusi semacam itu jarang memecahkan masalah tapi lebih dalam mengkomplikasi dan kadang memperpanjangnya, seiring itu semua sering di-’copy and paste’ tanpa pemahaman sesungguhnya mengenai asal-usulnya dan motif-motifnya. Ini membuat orang-orang Arab yang tak berdaya lebih bergantung kepada Barat untuk mengatasi kumpulan bermacam masalah yang terus meningkat.

Dengan cara ini, Barat mampu menjaga benteng intelektualnya atas orang Arab dan dunia Muslim lebih luas selama bertahun-tahun. Hanya sedikit Muslim yang berusaha menghancurkan dominasi intelektual Barat dan mengekspos kesalahan ideologinya Barat. Namun, mayoritas orang tetap statis, dan ditenggelamkan ke dalam jurang kesuraman dan keputusasaan.

Hari ini, tidak lagi tampak seperti itu lagi situasinya. Proses berpikir Arab tidak lagi terfragmentasi dan terputus dari lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, itu sekarang terang, menyentuh lingkungannya, dan merasa lega dengan mengambil solusi dari warisan Islami-nya yang kaya. Waktu yang dibutuhkan untuk benar-benar memahami berbagai peristiwa tampak lebih pendek dan kesimpulan-kesimpulannya lebih sering diakarkan dari pemikiran-pemikiran Islam. Berbagai pemikiran dan pandangan Barat sekarang secara rutin dibuang. Di tempatnya itu saat ini menjadi konstelasi baru konsep-konsep dan nilai-nilai Islam. Konsep Khilafah (Caliphate), jihad, politik Islam, persatuan, Syari’ah dan seorang Khalifah (pemimpin tunggal Arab dan dunia Muslim) sangatlah kentara sekarang, sehingga adalah umum untuk melihat istilah-istilah itu dimasukkan ke dalam kamus Barat untuk menginterpretasi kejadian-kejadian di dunia Muslim.

Ringkasnya, pola pikir orang Arab sekarang merupakan inspirasi untuk peningkatan intelektual Umat Muslim keseluruhan. Hanyalah masalah waktu sebelum kebangkitan intelektual Umat menghasilkan kesimpulan politik (Khilafah) yang mengakhiri dominasi Barat atas tanah-tanah Muslim.
21 Juni 2011
Abid Mustafa

Sikap dan pola pikir Arab yang Baru adalah Peringatan Berbahaya bagi Barat

Jumat, 01 Juli 2011

Tahap Terakhir Menegakkan Islam - Langkah Akhir Mendirikan Khilafah

Tahap Terakhir Menegakkan Islam - Langkah Akhir Mendirikan Khilafah



Tahap Final Kemunculan Tata Dunia Baru


Survei objektif perasaan dan aspirasi Umat Islam yang dipimpin oleh partai-partai politik Islam global seperti Hizbut Tahrir di satu sisi dan penanganan putus asa yang diambil oleh Barat dan para sekutunya dengan bantuan para penguasa kriminal di tanah-tanah Muslim di sisi yang lain, menunjukkan bahwa; Umat berada pada kondisi mendidih seperti ‘air mendidih dalam ketel’. Hizbut Tahrir telah menyebarkan pesan penyatuan, Khilafah, Syariah di sekitar 50 negeri dari Maroko ke Indonesia dalam mencongkel topeng para kolonialis dan para kacungnya. Umat Islam tidak lagi berkumpul di belakang para penguasa pengkhianat seperti yang mereka lakukan di 50-an, 60-an, 70-an, dan 80-an.

Di tahap ini, kerja prioritas terfokus yang tetap ada adalah meyakinkan  orang-orang ahli kekuatan di berbagai angkatan bersenjata negeri Islam, para jenderal seantero dunia tentang tugas mereka terhadap Allah Swt. Pesan untuk para ahli kekuatan di angkatan bersenjata negeri Islam adalah untuk membantu dien Allah Swt. Pesannya adalah ‘jadilah kaum anshar abad ke-21, seperti yang di Madinah selama masa Nabi Saw.’ Meminta para Jenderal di dalam Umat Islam untuk mendukung seruan Khilafah secara material fisik dan mendirikan negara Khilafah Islam dengan mencerabut sistem Kufur dan para kacung pengkhianat yang telah dicangkokkan oleh para kolonialis. Pesannya adalah ‘jadilah Sa’ad bin Muadz 31 dan Usaid bin Hujair-nya hari ini’. Tidak seharusnya ada ambiguitas mengenai peran angkatan bersenjata Muslim dan para jenderal pemegang komando. Mereka adalah Sa’ad bin Muadh-nya hari ini. Tidak seharusnya ada keraguan mengenai kerja final dan pengakhiran ini. Ini adalah sederhana; tidak pada demokrasi, tidak pada kediktatoran, tidak pada revolusi berdarah tapi iya untuk Khilafah dan Syariah. Prosesnya adalah sesederhana bahwa angkatan bersenjata mengambil kekuasaan dan memberikannya kepada Hizbut Tahrir sebab ini adalah bagaimana Sa’ad bin Mua’adh r.a. lakukan dengan menyerahkan kekuatan kepada Islam (Nabi Saw.) dan menjanjikan perlindungan kekuasaan Islam dengan mendirikan Negara Khilafah Islam pertama di Madinah al Munawarah. Sungguh propaganda Barat tidak bisa mencemari metode ini.

31 Baik Sa’ad bin Muadz r.a. maupun Usaid bin Hujair r.a. adalah para sahabat Nabi Muhammad Saw. Mereka adalah para pemimpin suku-suku terkenal di Madinah, yaitu suku ‘Aus’ dan ‘Khazraj’ secara berurutan. Selain itu, Saad bin Muadz adalah Jenderal sukunya. Mereka menyediakan dukungan material fisik kepada Nabi Muhammad Saw. dalam mendirikan negara Khilafah Islam yang pertama di Madinah di Aqabah di ‘baiat Aqabah ke-2’. Peristiwa ini sekali dan untuk selamanya mengubah sejarah dunia. Dengan kehendak Allah Swt. ketika Sa’ad bin Muadh r.a. meninggal, Nabi Saw. bersabda “Langit berguncang di kematian Sa’ad bin Muadz.” Demikian itu adalah Sa’ad yang ketika ruhnya dibawa ke Penciptanya, ketika Jibril a.s. menemui Nabi Saw. dan mengatakan: “Ruh yang baik siapa yang telah mati? Gerbang-gerbang langit terbuka untuknya dan Arsy berguncang.” Hadits ini diriwayatkan oleh Hakim dan dinilai otentik oleh al-Dhahabi; juga Imam Ahmad melaporkannya dengan rantai periwayatan yang otentik.

Alhamdulillah tanda-tanda ada bahwa, para angkatan bersenjata Kaum Muslimin punya kecenderungan Sa’ad versi hari ini. Menurut pejabat senior Pemerintahan Obama yang diwawancarai oleh jurnalis Seymour Hersch di 2009, pejabat itu mengetahui bahwa “Hizb ut-Tahrir telah mempenetrasi militer Pakistan dan sekarang punya sel-sel di dalam angkatan bersenjata.” Pastinya mereka adalah anak-anak laki-laki Umat Muhammad Saw. untuk memberikan loyalitas pada Islam dan akan membuat dien Allah Swt. menang! Suap, ancaman, penghinaan, propaganda dan paksaan Barat tidak bisa mengalihkan tujuan manusia tak terhindarkan ini. Pastilah angkatan bersenjata Muhammad Saw. akan kembali.


§  Baru-baru ini seorang delegasi berkewenangan tinggi angkatan bersenjata Pakistan telah ‘membatalkan’ tour mereka ke Amerika Serikat karena sikap tidak hormat yang ditunjukkan kepada mereka oleh para petugas Amerika Serikat. Angkatan bersenjata Umat Islam telah mulai menyadari bahwa ‘Amerika sedang jatuh’ dan ‘Umat Islam ingin melihat kembalinya Islam’. Mantan kepala ISI, Letnan Jenderal Hamid Gul dalam sebuah wawancara dengan Al-Jazeera pada Februari 2010 menyatakan bahwa, ketika ‘kepercayaan dan kemerdekaan diserang … bagi mereka menyerah bukanlah pilihan dan ketakutan bukanlah kebijakan’. Ini adalah testimoni jelas moral yang dipegang bersama oleh mayoritas luas angkatan bersenjata Islam dalam mempertahankan tanah-tanahnya dan mempertahankan dien mereka. Selain itu, dalam perang melawan Islam angkatan bersenjata Pakistan enggan untuk bertempur melawan rakyatnya.

§  Lagi, di Mesir di tahun 2008-2009 pemerintah mendepak sejumlah pejabat Angkatan Bersenjata terkait ketidakpuasan mereka tentang bagaimana Hosni Mubarak bersekutu dengan Israel dalam menyerahkan orang-orang Gaza ke Israeli Defense Force – Pasukan Pertahanan Israel. Kejadian itu menyulut kemarahan di antara pejabat tinggi angkatan bersenjata di Mesir dan Hosni Mubarak mendepak sekitar 20 pejabat angkatan bersenjata.

§  Di Bangladesh di tahun 2008, Perdana Menteri kriminal Sheikh Hasina berkonspirasi melawan militer menurut arahan India dalam suatu upaya India untuk memperlemah angkatan bersenjata Bangladesh, yang punya sejarah bersikap keras terhadap India musyrik. Dengan dukungannya, India mampu menginspirasi pemberontakan BDR yang membunuh 57 pejabat tingkat tinggi angkatan bersenjata di Bangladesh. Kemudian Angkatan Bersenjata Bangladesh menentang secara keras dan emosional melawan pemerintahan Hasina dan dalam prosesnya, Hasina selama periode sekitar 2 tahun yang lalu, mendepak sekitar lebih dari 50 pejabat angkatan bersenjata. Sungguh itu adalah tanda kebencian angkatan bersenjata Islam terhadap para antek sekular, demokratis Barat.

§  Selain itu, baru-baru ini, di Azerbaijan, di mana 98% populasinya adalah Muslim, Menteri Pertahanan telah melaporkan pelarangan para tentara negeri sangat Muslim dari melakukan ibadah harian di dalam barak-barak mereka. Menurut Centre for Protection of Freedom of Conscience and Faith (DEVAM) Azerbaijan, para pejabat angkatan bersenjata di kota Goranboy telah melarang ibadah harian berdasarkan keputusan verbal dari Menteri Pertahanan negara itu. Ini telah menciptakan pergolakan di antara para pejabat tinggi angkatan bersenjata negara itu.

§  Menurut ‘The Nation’ pada 14 September 2010 Foreign & Commonwealth Office (FCO) – Kantor Luar Negeri & Persemakmuran Inggris mengakui bahwa kemungkinan kudeta militer adalah nyata dan ia punya “rencana-rencana alternatif untuk staf Inggris dan warga negara Inggris di Pakistan jika terjadi situasi darurat atau kudeta militer”.

§  Di Indonesia di tahun 2009 mantan kepala Angkatan Bersenjata telah secara terbuka menyerukan Khilafah di tanah-tanah Muslim dan menjanjikan dukungannya bagi kerja Khilafah.

Akhirnya dengan kemungkinan yang luar biasa besar, militer sangat besar, kendali atas berbagai sumberdaya dan lokasi strategis, keinginan Umat Islam, perjuangan Islam politik dan intelektual terus-menerus di seantero dunia Islam, dan pergolakan di dalam angkatan bersenjata Muslim di satu sisi dan sikap Barat terhadap Umat Islam, penjajahan di Irak dan Afganistan, dukungan untuk para diktator kejam dan para demokrat sekular, pertarungan tiada henti hati dan pikiran, Islamophobia di Barat, penghinaan dan pembakaran Quran yang Mulia, pelecehan Nabi Muhammad Saw., kepatuhan para penguasa Kaum Muslimin terhadap Barat dan para musuh Islam telah mengaspal jalan menuju kelahiran ‘tata dunia baru’.

Sekarang ini terserah pada para Jenderal Angkatan Bersenjata Muslim di Kairo, Karachi, Rawalpindi, Dhaka, Jakarta, Tehran, Istanbul, Tripoli dan lainnya di tanah-tanah Islam untuk mendukung dien Allah Swt. dengan menyediakan dukungan material fisik, yaitu berarti mengikuti jejak langkah Sa’ad bin Muadz r.a., kepada partai-partai politik Islam seperti Hizb ut-Tahrir bekerja untuk mendirikan kembali Negara Khilafah Islam; sehingga janji Allah terealisasi di masa kita.

Sehingga kita menjadi Umat pemimpin, saksi atas umat manusia, ‘suhada Ala’nnas’ sebagaimana Allah Swt. firmankan dan wajibkan.

Allah Swt. berfirman,

Hai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu, dan meneguhkan kedudukanmu.” [Terjemah Makna Qur’an Surat Muhammad: 7]

Ya Allah! Kami generasi sekarang Umat Islam ingin melihat kembalinya Amir ul-Mukminin kami. Ya Allah kami ingin melihat Amir al-Jihad untuk mengadakan pelajaran kepada berbagai kekuatan kolonial dan membebaskan hamba-hambaMu di seantero dunia dan menyempurnakan kehendakMu atas kami. Ya Allah! Kami generasi sekarang Umat Islam ingin melihat Amir ul-Mu’minin kami memimpin kami dalam sholat di Masjidil Aqsa setidaknya satu kali dalam masa hidup kami. Aamiin, aamiin, aamiin.

Sesungguhnya semuanya ada di tangan Allah Swt., Penguasa ‘Asr’.


Referensi-Referensi
Alec Rasizade (2003) “Entering the Old “Great Game” in Central Asia “ Orbis, Volume 47, Issue 1, Pages 41-58. 
Ariel Cohen, Ph.D. (2003) “Hizb ut-Tahrir: An Emerging Threat to U.S. Interests in Central Asia” Heritage Foundation, Published on May 30, 2003. 
Campos (1994) ‘Why Does Democracy Foster Economic Development: An Assessment of the Empirical Literature’, unpublished, USC, Los Angeles. 
Christian Bjørnskov (July 2010) ‘Do elites benefit from democracy and foreign aid in developing countries?’ Journal of Development Economics, Volume 92, Issue 2, Pages 115-124. 
Cicely D. Williams (1966) “Population Problems in Developing Countries” Transactions of the Royal Society  of Tropical Medicine and Hygiene,  Volume 60, Issue 1, 1966, Pages 23-39 
Elizabeth Wishnick  (2004) “Strategic Consequences of the Iraq War: US Security Interest in the Central Asia Reassessed” Strategic Studies Institute. ISBN 1-58487-160-1. Accessed at http://www.strategicstudiesinstitute.army.mil/pdffiles/pub383.pdf
 George B. Simmons (1977) “People versus Development: An Overview of the Economics of Population Growth” Preventive Medicine,  Volume 6, Issue 1, March 1977, Pages 4-29 
J. O’Loughlin (2009) “Superpower” International Encyclopedia of Human Geography, Pages 82-86. 
Jan Fidrmuc (2003) “Economic reform, democracy and growth during post-communist transition” European Journal of Political Economy Volume 19, Issue 3, September 2003, Pages 583-604.  
Jonathan D. Pollack (2007) “Chinese Military Power: What Vexes the United States and Why?” Orbis, Volume 51, Issue 4, Pages 635-650.  
John A. Loraine (1967) “The Dominance of the Population Problem” Atmospheric Environment, Volume 7, Issue 12, December 1973, Pages 1213-1216
Khan Adnan (2009) ‘The end of American Century and the Rise of the Rest’. Khilafah Publication. Accessed from www.Khilafah.com
Kenneth Waltz (1983). “The Use of Force: Military Power and International Politics”. The University Press of America, New York. 
Kim Richard Nossal (1999) “Lonely Superpower or Unapologetic Hyperpower? Analyzing American Power in the Post-Cold War Era” Paper for presentation at the biennial meetings of the South African  Political Studies Association; Saldanha, Western Cape, July 1999 retrieved from (http://post.queensu.ca/~nossalk/papers/hyperpower.htm). (12/08/2010).
Knopf Organski (1958), “World Politics” retrieved on (12/08/2010) from http://en.wikipedia.org/wiki/Great_power
L. Sirowy and A. Inkeles (1991) ‘The Effects of Democracy on Economic Growth and Inequality: A Review’ in A. Inkeles (ed.), On Measuring Democracy: Its Consequences and Concomitants, Transaction Publishers, New Brunswick. 
Masson David S (2009)  ‘The End of American Century” Rawman and Littlefield Publishers Inc. Maryland, USA.  
Matt Rosenberg (Jan 2010)  “Negative Population Growth: 20 Countries Have Negative or Zero Natural Increase”. Accessed on Aug 14, 2010 at http://geography.about.com/od/populationgeography/a/zero.html
Mustafa Aydin, Çınar Özen (2010) “Civilizational  futures: Clashes or alternative visions in the age of globalization?” Futures, Volume 42, Issue 6, August 2010, Pages 545-552. 
Michael T. Rock (2009). “Has Democracy Slowed Growth in Asia?” World Development, Volume 37, Issue 5, May 2009, Pages 941-952  
M. R. Woodward (2004) “Islam: Asia” International Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences, Pages 7916-7920.
Oyvind Osterud (1988) "The Uses and Abuses of Geopolitics", Journal of Peace Research, no. 2, p. 192 
Rachel Rinaldo (2010) “The Islamic revival and women's political subjectivity in Indonesia” Women's Studies International Forum, Volume 33, Issue 4, Pages 422-431. 
Roy O. Greep (1998) “Whither the Global Population Problem” Biochemical Pharmacology, Volume 55, Issue 4, 15 February 1998, Pages 383-386. 
Sanjida O'Connell (2010) “The House of Wisdom will rise again” The New Scientist, Volume 205, Issue 2743, Pages 24-25. 
Taylor, Alan JP (1954). “The Struggle for Mastery in Europe 1848–1918”. Oxford: Clarendon. p. xxiv  
Thomas R. McCabe (2007) “The Muslim Middle East: Is There a Democratic Option?” Orbis, Volume 51, Issue 3, Pages 479-493. 
W. Parker Mauldin (1977) “World Population Situation: Problems and Prospects” World Development, Volume 5, Issues 5-7, May-July 1977, Pages 395-405.

Tahap Terakhir Menegakkan Islam - Langkah Akhir Mendirikan Khilafah

Para Pemimpin Barat Bicara tentang Khilafah dan Berbagai Konsekuensinya

Para Pemimpin Barat Bicara tentang Khilafah dan Berbagai Konsekuensinya



Para Pemimpin Barat Bicara Secara Terbuka tentang Khilafah dan Berbagai Konsekuensinya


Amerika sadar akan fakta-fakta dan angka-angka itu di dalam Umat Islam. Dia sadar akan konsekuensi-konsekuensinya. Di Desember 2004, The National Intelligence Council – Dewan Intelijen Nasional CIA memprediksi bahwa di tahun 2020 ‘satu Khilafah baru’ akan terbit di pentas dunia. Temuan-temuan itu dipublikasikan dalam laporan 123-halaman berjudul “Mapping the Global Future – Memetakan Masa Depan Global”. Tujuan laporan itu adalah untuk mempersiapkan pemerintahan Bush selanjutnya untuk berbagai tantangan yang siap menghadang dengan memproyeksikan tren-tren saat ini yang mungkin menjadi ancaman bagi kepentingan Amerika Serikat. Laporan itu disodorkan ke presiden Amerika Serikat, para anggota Congress, para anggota kabinet dan para anggota kunci yang terlibat dalam pembuatan keputusan. Selain itu, akhir-akhir ini, Pat Buchanan, salah seorang pendiri majalah The American Conservative dan penasihat bagi 3 presiden Amerika Serikat sebelumnya, Nixon, Ford dan Reagan mengatakan, “Jika aturan Islam adalah ide yang mengakar di antara massa Islam, bagaimana bisa bahkan pasukan tentara terbaik di dunia menghentikannya?”

§  Telah gagal untuk memenangkan ‘perang melawan Islam’ dan ‘pertarungan hati dan pikiran’ sekarang mereka mencoba setiap kesempatan menunda emosi Umat menyatu bersama yang akhirnya mengarah ke Negara Khilafah Islam. Di waktu yang sama para pemerintah Barat sedang mempersiapkan diri mereka sendiri untuk kembalinya Khilafah pada akhirnya. Faktanya baik versi 2002 maupun 2006 dari Quadrennial Review Pentagon mengibliskan Kaum Muslimin, negeri-negeri Islam dan Islam, dalam berbagai macam selubung, sebagai ancaman terhadap keamanan Amerika Serikat. Para pejabat Amerika Serikat tertinggi teryakinkan bahwa tantangan ideologis terbesar adalah apa yang mereka sebut ‘bentuk Islam yang terpolitisasi tingkat tinggi’ dan bahwa Washington dan para sekutunya tidak bisa menanggung untuk berdiri dan menyaksikan Kaum Muslimin merealisasikan takdir politik mereka, Khilafah.

§  Para pembuat keputusan senior telah ‘memperingatkan’ berbagai konsekuensi pendirian kembali Khilafah. Mantan Presiden George W Bush, dalam suatu pidato kepada bangsa Amerika di Oktober 2005 menyatakan bahwa “para militan percaya bahwa mengendalikan satu negara akan menggalang massa Kaum Muslim, memungkinkan mereka untuk mengenyahkan semua pemerintahan moderat di kawasan itu, dan mendirikan imperium Islami radikal yang membentang dari Spanyol ke Indonesia.” Donald Rumsfeld, selama invasi di Irak mengkonfirmasi, “Iraq akan menjadi basis Khilafah Islam baru untuk meluas ke seantero Timur Tengah dan yang akan mengancam para pemerintah berlegitimasi di Eropa, Afrika, dan Asia. Inilah rencana mereka. Mereka telah mengatakan demikian. Kita membuat kesalahan fatal jika kita gagal untuk mendengarkan dan belajar.” Adalah karena alasan-alasan itu Amerika telah menimpakan Antek cadangan untuk Timur Tengah sebab para penguasa Kaum Muslim tidak bisa didongkrak oleh kekuatan luar untuk lebih lama lagi.

§  Selain itu, dalam kata-kata mantan Presiden Amerika Serikat Cheney “Mereka membicarakan tentang ingin mendirikan kembali apa yang bisa kamu sebut sebagai Khilafah Abad ke-7. Ini adalah dunia sebagaimana diatur 1.200, 1.300 tahun, berlangsung, ketika Islam atau orang-orang Islam mengendalikan apapun dari Portugal dan Spanyol di Barat; semuanya hingga Mediterania ke Afrika Utara; seluruh Afrika Utara; Timur Tengah; hingga ke negara-negara Balkan; republik-republik Asia Tengah; pucuk selatan Rusia; segepok India; dan sekeliling ke Indonesia hari modern. Singkatnya dari Bali dan Jakarta di satu ujung, ke Madrid di ujung yang lain.”

 Para Pemimpin Barat Bicara tentang Khilafah dan Berbagai Konsekuensinya
 

Umat Islam Mendukung Khilafah dan Syariah - Persatuan Kaum Muslimin Sedunia

Umat Islam Mendukung Khilafah dan Syariah - Persatuan Kaum Muslimin Sedunia



Umat Islam Mendukung Persatuan, Khilafah dan Syariah


Memanglah Barat telah gagal dalam usaha mereka untuk menghentikan partai-partai seperti Hizb ut-Tahrir untuk menyebarkan pesan Khilafah, persatuan dan Syariah. Penindakan paling brutal dan paling keji dalam opresi di setiap tanah Muslim melawan perjuangan politik dan seruan untuk Khilafah malah menjadi kontraproduktif.

§  Satu survei pada 25 Februari 2009 oleh University of Maryland menemukan dukungan luas untuk persatuan politik di antara Umat Islam, menginginkan Khilafah dan Syariah sementara meningkatnya permusuhan melawan kekerasan. Di 2009 mengenai dukungan tujuan jangka-panjang untuk pemerintahan Islam yaitu “untuk mempersatukan semua negara Muslim menjadi satu negara Islam tunggal atau Khilafah”, 70 persen di Mesir, 69 persen di Pakistan, 51 persen di Indonesia mendukung tujuan ini. Di akhir 2006, 71% di Maroko bersetuju juga dengan ini. Perkara penting lainnya adalah “untuk mengharuskan penerapan tegas hukum Syariah di setiap negeri Muslim”; di Mesir 81% mengatakan mereka setuju dengan tujuan ini. Di Pakistan responnya mirip di angka 76%; di Indonesia 49% mendukungnya dibandingkan 42% yang tidak setuju. Di Maroko di akhir 2006, 76% mendukung agenda ini.

§  Ketika ditanyakan apakah mereka setuju dengan tujuan “untuk menjaga nilai-nilai Barat tetap di luar negeri-negeri Islam,” mayoritas di Mesir, Indonesia dan Pakistan mengatakan mereka setuju, sebagaimana angka kesetujuan mereka di 2007 (88% di Mesir, 76% di Indonesia, 60% di Pakistan). Di Maroko di akhir 2006, 64% setuju dan 21% tidak setuju. Namun, tidak ada negeri yang disurvei di 2008 yang tidak setuju dengan tujuan ini lebih dari 14%. Demikian pula, mayoritas di tiga negeri itu berlanjut mendukung tujuan ini “untuk menantang Amerika dan memperkuat martabat Umat Islam”, 86% orang Mesir, 69% orang Indonesia, dan 56% Pakistan setuju dengan tujuan ini (di Pakistan 30% tidak menjawab). Tidak ada yang tidak setuju lebih dari 15% di 2008. Di 2006, orang-orang Maroko setuju dengan tujuan ini dengan 69 persen setuju dan 19 persen tidak setuju.

§  Akhirnya di Mesir 81% menyatakan mereka setuju dengan fakta bahwa tujuan “penerapan tegas hukum Syariah di setiap negeri Islam”, 65% sangat setuju sementara hanya 12% tidak setuju. Orang-orang Pakistan juga mirip dengan 76% menyetujui tujuan ini (52% sangat setuju); 5% tidak setuju. Orang-orang Indonesia, namun demikian, yang setuju hanya mayoritas kecil: 49% mendukung tujuan ini, sementara 42% tidak setuju. Di Maroko di akhir 2006, 76% setuju dengan tujuan ini.

Para Wanita Muslimah juga Menginginkan Khilafah dan Syariah


Menurut polling New York Times yang dilakukan oleh The Gallup Organization menemukan bahwa, para wanita Muslimah tidak memandang diri mereka sendiri tertindas. Di suatu wawancara yang dilakukan empat mata di 8 negara Muslim utama menyatakan bahwa, ‘mayoritas responden tidak berpikir mengadopsi nilai-nilai Barat akan menolong kemajuan politik dan ekonomi dunia Islam.’

§  Selain itu survei itu menemukan bahwa, para wanita Muslimah menyuarakan perhatian mereka tentang ‘pembusukan umum karakter moral dan degradasi para wanita di Barat’ sebagai faktor utama yang dibenci. Mayoritas besar wanita yang disurvei di setiap negeri mengatakan “keterikatan dengan nilai-nilai moral dan spiritual” sebagai aspek terbaik masyarakat mereka sendiri. Di Pakistan, 53% wanita yang disurvei menyatakan keterikatan pada keyakinan religius mereka adalah sifat negeri mereka yang paling disukai. Demikian juga, di Mesir, 59% para wanita yang disurvei mengatakan cinta agama mereka adalah aspek terbaik.

§  Selain itu, ketika ditanya apa yang paling mereka benci tentang masyarakat mereka sendiri, mayoritas wanita Muslimah yang disurvei mengatakan bahwa, “kurangnya persatuan di antara bangsa-bangsa Muslim, ekstrimisme kekerasan (eksporan Barat), dan kerusakan politik dan ekonomi adalah perhatian utama mereka”. Sungguh untuk semua perkara ini demokrasi sekular Barat, kolonialisasi, dan sistem ekonomi kapitalis adalah yang bekerja sebagai akar penyebabnya. Kembalinya Negara Khlafah Islam hanya akan mengakhiri krisis ini.

§  Selain itu, di 2010 para wanita Muslimah di Jakarta mengadakan ‘Konferensi Khilafah Internasional Muslimah – Muktamar Mubalighah di Jakarta’ di mana lebih dari 6.000 wanita para profesional, pelajar, pemimpin masyarakat sipil bergabung dengan konferensi dan menyuarakan dukungan untuk perubahan proses politik di tanah-tanah Muslim. Di tahun yang sama, para wanita Muslimah ‘Ukraina’ mengadakan ‘Konferensi Khilafah’ besar di mana lebih dari seribu wanita dari semua sendi kehidupan bergabung di konferensi itu. Selain itu seruan untuk Khilafah menjadi semakin lantang di antara para wanita di Timur Tengah, Pakistan, Afrika, dan juga di antara Muslimah yang tinggal di Barat.

 Umat Islam Mendukung Khilafah dan Syariah - Persatuan Kaum Muslimin Sedunia
 

Amerika Adalah Negara Kekuatan Hipokrit Hagemonis Penjajah - Amerika Serikat Negara Penjajah

Amerika Adalah Negara Kekuatan Hipokrit Hagemonis Penjajah - Amerika Serikat Negara Penjajah



Amerika Dipandang sebagai Kekuatan Hipokrit, Hagemonis


§  Mayoritas di Mesir, Indonesia dan Pakistan melihat Amerika Serikat sebagai hipokrit tentang hukum internasional. Di Mesir, dua pertiga (67%) berpikir demikian, sementara 20 persen memandang Amerika Serikat menunjukkan kepemimpinan. Di Indonesia mayoritas 55% berpikir Amerika Serikat adalah hipokrit; hanya 12% berpikir Amerika Serikat telah menunjukkan kepemimpinan. Di Pakistan, empat dari 5 responden (78%) melihat Amerika Serikat sebagai hipokrit (menunjukkan kepemimpinan, 20%). Di antara para responden di lima negeri Muslim lainnya yang ditanyai pertanyaan ini, empat orang mayoritas substansial memandang Amerika Serikat sebagai hipokrit, sementara satu berbeda pendapat. 81 persen orang Turki mengatakan Amerika Serikat hipokrit, dan hanya 6 persen yang melihatnya sebagai pemimpin mengenai hukum internasional. Di Palestina 72 persen memiliki pandangan yang sama. Di Yordania, 64 persen mengatakan Amerika Serikat hipokrit melawan hanya 19% yang berpikir sebaliknya.

§  Sekali lagi kesadaran bahwa adalah tujuan Amerika Serikat untuk “memelihara kendali atas sumberdaya-sumberdaya Timur Tengah” sangatlah meluas hingga menjadi konsensus, dan khususnya kuat di negeri-negeri Timur Tengah. Ini dipandang sebagai tujuan Amerika Serikat oleh 88% di Mesir, 67% di Indonesia dan 62% di Pakistan. Di akhir 2006, 82% di Maroko setuju hal yang sama. Pertanyaan ini juga ditanyakan di empat negeri lainnya di dalam atau di dekat Timur Tengah, dan masing-masing khususnya percaya dengan kuat bahwa Amerika Serikat memelihara kendali atas minyak Timur Tengah sebagai tujuan. 90% di Azerbaijan mengatakan bahwa itu adalah tujuan Amerika Serikat (pasti, 74%); 89% di Palestina mengatakan demikian (pasti, 70%); 89% di Turki mengatakan demikian (pasti, 77%); dan 87% di Yordania mengatakan demikian (pasti, 82%).

§  Asumsi bahwa adalah tujuan Amerika Serikat untuk “memperluas garis batas geografis Israel” adalah pandangan yang meluas di antara mayoritas negeri Muslim yang disurvei. Di Timur Tengah mayoritas memegang pandangan ini, termasuk Mesir (86%) Palestina (90%) dan Yordania (84%). Ini juga keyakinan kuat mayoritas di Turki (78%) dan di akhir 2006, 64% orang Maroko mengekspresikan pandangan ini, menurut survei yang sama.

§  Amerika Serikat dipersepsikan menunjukkan sikap tidak menghormati terhadap negeri-negeri Muslim sehingga banyak orang yang berpikir itu sengaja. Diberikan tiga pilihan, hanya 12 persen rata-rata di seantero sembilan negeri Muslim mengatakan “Amerika Serikat kebanyakan menunjukkan sikap hormat pada dunia Muslim.” Satu dari tiga (33% rata-rata) mengatakan ini tidaklah sengaja, mengatakan “Amerika Serikat sering tidak menghormati dunia Islam, tapi karena ketidaktahuan dan tidak sensitif.” Namun, 44% berpikir “Amerika Serikat berusaha menghinakan dunia Islam.” Jadi 77% rata-rata mengatakan bahwa Amerika Serikat bersikap tidak menghormati. Di survei lain WPO mensurvei mayoritas responden di enam negeri Muslim mengatakan bahwa Amerika Serikat menggunakan kekuatannya dengan cara menindas dan tidak adil. Ditanya, “Dalam hubungan pemerintah kita dengan Amerika Serikat, apakah anda pikir Amerika Serikat lebih sering memperlakukan kami dengan adil atau menyalahgunakan kekuatannya untuk membuat kami melakukan apa yang diinginkan pemerintah?” mayoritas mengatakan bahwa Amerika Serikat menyalahgunakan kekuatannya secara menindas; di Palestina (91%), Turki (87%), Mesir (66%), Azerbaijan (63%), Indonesia (57%), dan Yordania (51%).

 Amerika Adalah Negara Kekuatan Hipokrit Hagemonis Penjajah - Amerika Serikat Negara Penjajah

Kebencian Terhadap Amerika Terus Tumbuh di Dunia Islam

Kebencian Terhadap Amerika Terus Tumbuh di Dunia Islam



Efek-Efek Pasca 9/11


Kerja untuk Khilafah di seantero dunia
Keinginan dan permintaan akan Negara Khilafah telah tumbuh secara luar biasa di dunia Islam selama 10 tahun terakhir khususnya setelah serangan “teroris” pada 9/11. Pasca 9/11 telah menyingkap muka Amerika sebenarnya kepada Umat Islam. Penjajahan demokratis (legal secara demokrasi) di Afghanistan dan Irak telah sangat mempengaruhi sentimen Umat Islam. Selain itu, kedua invasi itu telah membongkar topeng para pengkhianat di tanah Muslim seperti Musharraf, Mubarak, Abdullah, Maliki, Karimov, Hasina, Bashar, dll. Akibatnya, Umat Islam terus berlanjut mulai memeluk seruan persatuan, Khilafah dan Syariah di tanah-tanah Islam.

Sungguh kerja untuk Negara Khilafah Islam oleh Umat Islam yang dipimpin oleh Hizbut Tahrir telah memaksa Barat untuk melupakan label menyebut Kaum Muslimin berdasarkan nasionalisme. Melainkan, mereka sekarang menyebut Kaum Muslimin yang menginginkan penyatuan dan Khilafah sebagai ‘para radikal dan ekstrimis’ untuk menembus garis-garis batas. Namun, kutukan para pengutuk tidak menghambat para politisi ikhlas Khilafah di seantero Umat Islam.

Faktanya di 2007 Hizbut Tahrir Indonesia telah mempertemukan massa lebih dari 100.000 orang dalam salah satu stadion terbesar di dunia, di kota Jakarta untuk konferensi Khilafah global, di mana para partisipan lebih dari 60 negara menyuarakan opini mereka untuk Khilafah. Kemudian di 2009, Konferensi Khilafah Ulama Global di Jakarta telah menyaksikan lebih dari 6.000 ulama Islam dari setiap negeri Muslim bergabung dan mengulang sumpah mereka untuk bekerja untuk mendirikan kembali Khilafah menurut metode kenabian yang diikuti Hizbut Tahrir tanpa penyimpangan sejak 1953.

Selain itu, jika kita lihat opini Umat Islam, adalah bukti yang jelas bahwa, kerja tahap 1 dan tahap 2 (sesuai metodologi Nabi Saw. untuk Khilafah) telah sangat direalisasi oleh perjuangan politik partai ini. Sungguh segala puji milik Allah Swt., yang telah memberikan kebaikan di dalam Umat. Alhamdulillah Umat Islam hari ini tidaklah sama dengan 20 atau 30 tahun silam!!

Oposisi Terhadap Amerika sedang Tumbuh di Dunia Islam


§  Satu survei di 25 Februari 2009 oleh University of Maryland di Amerika Serikat menemukan bahwa, Kaum Muslimin mengekspresikan permusuhan mereka terhadap kehadiran militer Amerika di negeri-negeri Muslim. Ditanyakan tentang apakah Umat Islam menyetujui tujuan untuk “penggusuran kehadiran Amerika Serikat dan basis-basisnya dan pasukan militernya dari semua negeri Islam,” mayoritas besar mendukung tujuan ini termasuk 87 persen di Mesir (83% sangat setuju), 64 persen di Indonesia (21% sangat setuju), dan 60 persen di Pakistan (38% sangat setuju). Pada Desember 2006 72 persen mendukung tujuan ini (37% sangat setuju) di Maroko ketika ditanyakan pertanyaan ini.

§  Survei yang sama ditanyakan khususnya tentang pasukan angkatan laut Amerika Serikat berbasis di Teluk Persia. Survei itu

Kebencian Terhadap Kaum Muslimin
Paper untuk Para Pembaca: Maaf karena Menggambarkan Kaum Muslimin sebagai Manusia
Time Tuned 14 September 2010
Pertama, adalah ofensif dan tidak sensitif membangun suatu Islamic center berjarak dua blok dari Ground Zero. Sekarang adalah ofensif dan tidak sensitif mempublikasikan foto-foto Kaum Muslimin Amerika dengan damai beribadah, pada atau di sekitar 9/11.
The Portland Press Herald telah meminta maaf kepada para pembacanya karena mempublikasikan gambar-gambar Kaum Muslimin merayakan akhir Ramadhan, yang tahun ini bertepatan dengan ulang tahun 9/11.

menemukan permusuhan luas di seantero dunia Islam, meski itu paling kuat di Timur Tengah. Para responden di 8 negeri Muslim ditanya “secara keseluruhan, apakah anda pikir memiliki pasukan angkatan laut Amerika Serikat berbasis di Teluk Persia adalah ide bagus atau ide buruk?” Rata-rata, 66 persen mengatakan itu adalah ide buruk; hanya 13 persen menyebutnya ide bagus. Permusuhan adalah paling luas di Mesir (91%) dan di Palestina (90%), diikuti Turki (77%), Yordania (76%), Azerbaijan (66%), dan Indonesia (56%). Di Pakistan permusuhannya lebih rendah (45%) tapi hanya 1 persen mengatakan itu adalah ide bagus.

Selain itu, rata-rata, 71 persen mayoritas di Timur Tengah tidak setuju adanya basis-basis Amerika Serikat di Teluk; hanya 14 persen setuju. Persepsi ini adalah yang paling kuat di antara bangsa-bangsa di dalam atau di dekat Timur Tengah – 83 persen di teritori orang-orang Palestina; 77 persen di Mesir dan Azerbaijan; 74 persen di Turki; dan 71 persen di Yordania.

§  Selain itu survei itu menemukan mayoritas luas percaya bahwa, Amerika Serikat berusaha “untuk memperlemah dan memecah belah dunia Islam”, dan keyakinan ini tampak setidaknya sama kuat sekarang ini dengan dua tahun yang lalu. Di Mesir 87 persen mengatakan mereka pikir ini adalah tujuan Amerika Serikat (82% pasti itu tujuannya). Di Indonesia, 62 persen mengatakan hal yang sama, meski mereka kurang kategorikal tentang itu (22% pasti itu tujuannya). Di Pakistan, 74 persen mengatakan itu adalah tujuan Amerika Serikat (55% pasti). Di akhir 2006, 76 persen orang Maroko mengatakan itu adalah tujuan Amerika Serikat (49% pasti). Pertanyaan ini juga ditanyakan di empat bangsa Muslim lainnya. Mayoritas luas di manapun melihat ‘melemahkan dan memecah belah Islam’ sebagai tujuan Amerika Serikat: 82 persen di teritori orang-orang Palestina, 82% di Turki, 80 –persen di Yordania, dan 65% di Azerbaijan.
 Kebencian Terhadap Amerika Terus Tumbuh di Dunia Islam

Tanda-Tanda Kebangkitan Kembali Umat Islam - Kebangkitan Kaum Muslimin

Tanda-Tanda Kebangkitan Kembali Umat Islam - Kebangkitan Kaum Muslimin



Tanda-Tanda Kebangkitan Kembali Umat Islam: Penyelesaian Tahap I dan II


Tidak lama setelah penghancuran Negara Khilafah Islam di 1924, seorang ahli fikih terkemuka, mujtahid mutlaq, ulama Syeikh Taqiuddin an-Nabhani bersama dengan syeikh Abdul Qadim Zallum, Syeikh Ahmad Ad-Dao’or dan lain-lainnya (semoga Allah meridhoi mereka semua) berusaha untuk mengkristalisasi ide kebangkitan untuk Umat Islam dan menyimpulkan bahwa, “Islam adalah sistem kehidupan yang lengkap. Ia tidak bisa sepenuhnya diterapkan tanpa suatu negara. Selain itu, Islam menghilang secara internasional karena penghancuran negara Khilafah dan satu-satunya cara Umat Islam bisa dibebaskan adalah dengan mendirikan kembali Negara Khilafah Islam menurut metode kenabian.” Maka Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani mendirikan Hizb ut-Tahrir atau ‘Partai Pembebasan’ di 1953 di al-Quds.

Sekalinya proses pembangkitan Umat Islam bermula, di 1953 silam oleh Hizbut Tahrir, ia menawan imajinasi Umat Islam, yang telah menyaksikan lebih dari 3 dekade kebrutalan kolonial di Palestina dan bagian-bagian lain di Timur Tengah di waktu itu. Selain itu, mereka juga mengamati bagaimana para penguasa itu, dicokolkan oleh kolonialis Inggris dan Perancis setelah Perjanjian Sykes-Picot 1916 memenggal Umat dan meninggalkan Palestina untuk dijadikan santapan pesta oleh Inggris dan anak dimanjanya Israel.

Namun, sebelum Perang Teluk, Umat Muslim, sebagai satu keseluruhan lengkap dan kolektif, tidak mempersepsikan secara intelektual dengan penuh kejelasan dan kristalisasi, mengenai kebencian dan permusuhan Amerika atau Inggris terhadap Kaum Muslimin yang banyak diungkap Hizbut Tahrir, meskipun mereka bisa merasakannya. Banyak pemikir dan ulama di dunia Islam tidak bisa merasakan keseluruhan cakupan dan sifat dasar pengkhianatan para penguasa Muslim, dan tidak melihat Barat sebagai musuh jelas dan nyata. Tapi, setelah Perang Teluk, baik permusuhan Amerika dan dukungan para penguasa Muslim menjadi terbukti. Tidak hanya rezim-rezim Teluk yang kehilangan kredibilitas karena membolehkan basis-basis oportunis Amerika di Hijaz dan tempat-tempat lain, tapi juga para ulama yang mencari dalih untuk Perang Teluk. Bahkan sebelum Perang Teluk Umat Islam menunjukkan kesiapan mereka akan pesan untuk penyatuan. Namun Umat Islam merasakan dengan kuat jurang antara mereka sendiri dan para penguasa. Sungguh Perang Teluk pertama di 1990-an telah sangat membantu Umat Islam untuk memahami konteks pesan Hizbut Tahrir dalam hal persatuan dan Khilafah. Getaran besar Umat ini sejak Perang Teluk pertama bersama dengan rahmat Allah Swt. telah meninggikan seruan untuk Negara Khilafah Islam di semenanjung Arab untuk menjangkau ke Umat Muslim global. Menginjak 1990-an Hizb ut-Tahrir mencapai ke setiap benua dan menjadi gerakan Islam global transnasional yang sangat bersatu. Partai yang satu ini berhasil dalam membawa para pemuda terpelajar Umat Islam ke sisi ‘karir Islam’ dan ‘pekerja Khilafah’. Sungguh para pemuda Islam menunjukkan kebaikan mereka kepada agama mereka. Sungguh para pemuda Islam mendapat pesan yang benar!

Namun demikian, Barat dan para kacungnya khususnya di Timur Tengah dan Asia Tengah menyadari fakta bahwa, kembalinya Khilafah dan penyatuan Umat Islam akan memperlihatkan akhir hagemoni Barat di tanah-tanah Muslim. Ini berarti mereka akan kehilangan garansi penghisapan berbagai sumberdaya Umat dari Timur Tengah, Asia Tengah, Afrika atau dari Subbenua India. Ini artinya jangkauan global mereka akan dihancurkan dan tangan-tangan penjajahan mereka akan dilumpuhkan. Ini berarti jalan hidup mereka; kapitalsime sekular demokratis akan menghadapi kematian tak terelakkan dan akhirnya dikubur karena kejahatannya di luar deskripsi yaitu Perang Dunia I dan Perang Dunia II.

Oleh karenanya mantan sekretaris jenderal NATO Willie Claes selama akhir abad ke-20 telah menyatakan secara terbuka bahwa, ‘Sekutu telah menempatkan Islam sebagai target agresinya menggantikan Uni Soviet.’

Selain itu, mereka menganggap penundaan kembalinya Negara Khilafah Islam yang tak terhindarkan sebagai ‘faktor-faktor kebijakan luar negeri’ paling penting setelah tumbangnya komunisme di 1990-an.

Karena ancaman kebijakan luar negeri pendirian kembali Khilafah Islam, Barat telah memerintahkan para anteknya di dunia Islam untuk memulai proyek penghancuran atas para penyeru Khilafah dengan menelurkan ‘Counter Terrorism Act’ dan menindas mereka. Faktanya Amerika membelanjakan milyaran dolar untuk melatih para pemimpin bonekanya dalam mengembangkan logistik-logistik kontra terorisme di tanah-tanah Islam. Dengan hukum dan ‘perang media terhadap Islam’ ini para kolonialis dan antek-anteknya di dunia Islam berusaha memanipulasi sentimen-sentimen Umat untuk melawan para penyeru Negara Khilafah Islam. Oleh karenanya, kita melihat media melabeli gerakan-gerakan perlawanan di Irak dan Afganistan sebagai ‘militan’. Namun sangat sering mereka gagal untuk menyadari bahwa jika mempertahankan tanahnya sendiri merupakan militansi maka George Washington, Nathanael Greene, Horatio Gates, Benedict Arnold, Friedrich Wilhelm von Steuben dan lain-lainnya semua adalah para militan tingkat tinggi! Selain itu, mereka menggambarkan orang-orang yang bekerja untuk Khilafah, menyeru untuk Syariah, dan yang secara total tidak menggunakan kekerasan dalam metodologinya seperti Hizbut Tahrir sebagai ‘radikal atau ekstrimis’.

Selain itu mereka memproduksi bermacam label terhadap Kaum Muslimin seperti modernis, tradisionalis dan konservatif, sekular, radikal atau ekstrimis, dan militan. Berbagai macam proyek seperti RAND corporation mempublikasikan laporan berjudul “Civil Democratic Islam: Partners, Resources, and Strategies – Islam Demokratis Sipil: Para Partner, Sumberdaya, dan Strategi” di Amerika Serikat untuk melawan ancaman ‘Seruan Menjalar untuk Khilafah dan Islam Politik’. Dengan usaha-usaha itu para kolonialis berharap menjauhkan Umat Islam dari kewajiban bekerja untuk Khilafah.

Penyiksaan sistematis gaya abad pertengahan terhadap para Anggota Hizbut-Tahrir di Asia Tengah karena menyerukan pesan Khilafah dan Syariah

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya),” [Terjemah Makna Qur’an Surat al-Ahzab: 23]


Memanglah dengan seruannya mereka kafiR Barat ingin Kaum Muslimin menerima Islam versi pelintiran di mana Kaum Muslimin tidak akan menolak kebijakan-kebijakan luar negeri mereka di tanah-tanah Islam, Kaum Muslimin yang tidak akan menolak penjajahan kriminal mereka di Iraq dan Afghanistan, menjagal Kaum Muslimin di Palestina dan Kashmir dll. Kaum Muslimin yang tidak akan menolak penghinaan dan pembakaran al-Qur’an, Kaum Muslimin yang tidak akan menolak pelecehan kehormatan Nabi kita tercinta Saw. Itu artinya mereka menyerukan Islam apolitik, Islam demokratis sipil. Mereka menyerukan ‘Islam tanpa Hijab, tidak cinta pada Umat Islam, tidak peduli pada Nabi Saw., tidak cinta pada Islam Qur’an, tidak menyebutkan Umar r.a., Abu Bakar r.a. sebagaimana Islam Khilafah; tapi hanya Islam sholat, Islam puasa, dan Islam egois.’ Sungguh itu sama sekali tidak Islam!


Sekali gagal dalam usaha-usaha mereka untuk memodifikasi Islam supaya sesuai tujuan-tujuan jahat mereka karena kebaikan dalam Umat Muhammad Saw. dan antusiasme dan pengaruh publik besar di antara massa Kaum Muslimin bagi seruan untuk Khilafah; kekonyolan kebebasan berbicara yang telah didemonstrasikan oleh Barat, lalu kerja Hizb telah dihalangi dengan sejumlah cara termasuk penyiksaan, pencekalan massal,  pembunuhan, pemerkosaan para wanita anggota bahkan usia 73, melarang aktivitasnya, dan melabeli Hizb sebagai ‘berbahaya bagi tatanan sipil dan anti demokrasi’. Para boneka kacung di tanah-tanah Islam merupakan instrumen untuk tujuan-tujuan itu. Hari ini hanya di Uzbekistan terdapat lebih dari 10.000 anggota dan pendukung Hizb dari usia 13 hingga 70 yang secara brutal dipenjara selama periode 7 hingga 20 tahun. Para wanita anggota dilecehkan secara massal bahkan usia 73 dan para anggota dimasukkan ke dalam drum air mendidih untuk menderita opresi tak tertanggung. Syria telah membunuh lebih dari 300 anggota Hizb dalam semalam, Gaddafi secara terbuka menggantung para anggota Hizb di siang bolong di publik di masing-masing universitasnya, Saddam Hussein membunuh ratusan anggota Hizb selama 1990-an, Musharaff lebih
Sesungguhnya sejarah adalah saksi bahwa, Eropa dengan penyiksaan abad pertengahannya tidak bisa membungkam orang-orang semacamVoltaire atau Rousseau, yang akhirnya memimpin menuju ‘renaissance Eropa’. Jika tidak mungkin melawan Voltaire dan Rousseau bagaimana akan mungkin terhadap orang-orang seperti Bilal, Abu Bakar, Umar, Ali, Yasir dan Sumayah versi hari ini? (semoga Allah meridhoi mereka semua) sebab mereka yakin hanya dalam memenuhi komitmen mereka kepada Allah Swt.
dari periode 10 tahun telah menindas ratusan anggota Hizb. Ini adalah beberapa contoh kebrutalan yang ditimpakan atas ‘penyeru Khilafah’ oleh para penguasa kacung tanah-tanah Muslim atas instruksi para tuan kolonial mereka.


Memanglah Hafiz Al Asad telah pergi, Anwar Sadat telah pergi, Saddam Hussain telah pergi, Parvez Musharaf telah pergi, tapi Hizbut Tahrir telah tumbuh lebih kuat, teguh dengan kesabaran, konsisten, pertolongan Allah Swt., dan dengan dukungan Umat Muhammad Saw. Setiap hari Hizb bergerak satu langkah lebih dekat ke tujuannya. Bagi mereka di dunia Muslim seperti Hasina, Zardari, Yahudi Karimov, Raja Hussain, Mubarak, Gaddafi masih bersekutu dengan tuan penjajah Amerika mereka dalam usaha mereka untuk menyiksa penyeru Khilafah, sungguh waktu akan menentukan untukmu takdir sebagaimana Allah Swt. janjikan dalam Surat al-Buruj ayat 10.
 
Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.” [Terjemah Makna Qur’an Surat Al-Buruj: 10]

 Tanda-Tanda Kebangkitan Kembali Umat Islam - Kebangkitan Kaum Muslimin

Umat Islam Saat Ini Hidup Tanpa Pemimpin Islam - Kehidupan Tanpa Amirul Mukminin

 Umat Islam Saat Ini Hidup Tanpa Pemimpin Islam - Kehidupan Tanpa Amirul Mukminin




Bab: 8
Solusinya

Pendahuluan


Dalam segmen terakhir, usaha-usaha telah dibuat untuk memahami solusi-solusi untuk Umat Islam dalam petualangannya untuk kebangkitan kembali, dalam usahanya untuk melanjutkan kekuasaan dunia, dalam kewajibannya untuk memerintah dunia berdasarkan perintah Allah Swt., dalam kemungkinan tak terhindarkannya dari menjadi satu-satunya penggerak dan penggoyang dunia ini dengan mendirikan tata dunia baru keadilan, akuntabilitas, dan kemakmuran.

Memanglah solusinya harus tidak datang dari pikiran manusia manapun; melainkan solusinya harus ditunjukkan oleh Allah Swt., Yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Kuat. Allah Swt. menyatakan dalam al-Qur’an yang mengagumkan,

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [Terjemah Makna Qur’an Surat Al-Ahzab: 21]
Oleh karena itu, kehidupan Nabi Saw. mengklarifikasi cara untuk diikuti untuk mengembalikan perisai Umat Islam, Negara Khilafah Islam, kembali ke kehidupan Umat lagi. Pastilah mengikuti metodologi Baginda Saw. adalah satu-satunya jaminan bagi kesuksesan untuk Umat. Ini karena Beliau Saw. telah datang ke dunia ini dan mendirikan Negara Khilafah Islam di Madinah. Di sana tidak ada tempat untuk trial and error, juga tidak ada tempat untuk bergeser dari metode Nabi Saw. Itulah mengapa Beliau Saw. adalah Rasulullah!

Metodologi itu mengharuskan kepatuhan pada proses 3 langkah yang diikuti oleh Nabi Saw. dalam 13 tahun perjuangan mulia Beliau Saw.

1.       Mendirikan partai politik ideologis yang menyerukan kembalinya Islam yaitu Negara Khilafah Islam sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam al-Qur’an,

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” [Terjemah Makna Qur’an Surat Ali Imran: 104]
2.       Melakukan perjuangan intelektual dan politik di atas dasar ideologi Islam untuk membeberkan kesalahan sistem kufur dan konsep-konsepnya seperti hukum buatan manusia yaitu sekularisme, kebebasan, pasar bebas, dan demokrasi, dll. Dan juga untuk menciptakan kesadaran, dan melibatkan Umat Islam dalam bekerja untuk Persatuan, Khilafah, dan Syari’ah sebagai solusi untuk Umat dan untuk seluruh umat manusia. Sungguh kronologi ayat-ayat yang diwahyukan dari wahyu pertama hingga terakhir adalah testimoni yang jelas untuk itu. Dan juga untuk membeberkan dan berjuang melawan berbagai rencana dan agresi para imperialis melawan Islam dan Kaum Muslimin. Selain itu untuk menuntut, membeberkan, dan melakukan perjuangan berani melawan para penguasa antek yang telah mengabaikan al-Qur’an dan Sunnah dalam pemerintahan; yang menyangkal hak-hak Umat dan menindasnya; dan melayani para musuh Islam dan Kaum Muslimin yaitu para kafir Yahudi dan musyrik.


3.       Mencari dukungan material/ fisik dari para ahli kekuatan, yaitu militer dalam berbagai bagian dunia Islam untuk mencabut sistem kolonial dan para penguasa budak untuk mendirikan kembali Negara Khilafah Islam. Sungguh ‘baiat Aqabah’ dan dukungan Sa’ad bin Muadz r.a. adalah bukti jelas untuk itu.

Singkatnya tujuan 2 tahap pertama adalah untuk memastikan berlangsungnya proses politik praktikal untuk membudayai Umat dengan Islam, untuk berbagi perhatian-perhatian Umat seantero globe melalui cara-cara dan gaya-gaya politik, untuk membeberkan agenda para kolonialis di dunia Islam dan untuk membawa Umat Islam ke tingkat di mana mereka akan melihat kolonialis sebagai kolonialis, bukan sebagai teman; dan melihat Khilafah Islam baik dari perspektif akidah maupun intelektual sebagai satu-satunya pilihan melawan penjajahan Barat, korupsi dari sistem sekular demokratis dan diktatorial yang ditimpakan atas Umat.

Mengenai tahap ke-3, adalah atas para ahli kekuatan, militer berpengaruh dalam Umat Islam untuk mendukung seruan pada Khilafah Islam dan mencerabut para boneka kolonial, sistem kolonial, dan garis-garis batas pecah belah buatan kolonial di antara Umat dan menggantinya dengan Negara Khilafah Islam.

Kehidupan tanpa Amir ul-Mukminin


Sungguh penghancuran Khilafah Islam di tangan para kolonialis di 1924 adalah benar-benar luka yang mengerikan. Umat Islam tidak bisa percaya itu. Tidak pernah Umat membayangkan bahwa otoritas sedemikian luas Khilafah suatu hari akan berakhir. Umat sangatlah terkejut hingga dia bahkan meminta seorang pengkhianat dan konspirator Mustafa Kamal untuk menyerobot gelar Khilafah. Umat sangatlah terkejut melihat tidak ada Khalifah untuk Umat!

Memanglah ini menandai akhir 1.300 tahun perjalanan Negara Khilafah Islam yang didirikan oleh tangan Nabi Saw. sendiri di Madinah tahun 623M melalui perjuangan mulia Beliau Saw. dengan pertolongan Allah Swt. Ini menandai akhir dari raksasa pemimpin bangsa, Negara Khilafah Islam membentang dari Spanyol ke Indonesia dan Timur Tengah ke Asia Tengah. Satu bangsa pemimpin yang memimpin dunia dalam sains, teknologi, obat-obatan, kesehatan, bisnis, pemerintahan akuntabel, keadilan, perdamaian dan kemakmuran.

Kehidupan apa yang ada setelah penghancuran Khilafah bagi Umat Islam? itu dikarakterisasi dengan sejarah kemerosotan, pemecahan, penjajahan, penindasan, penghinaan, kekacauan politik, dan penumpahan darah. Selain itu, pendirian anak dimanja Barat, Israel di 1948 telah menambah garam ke luka ini setiap hari. Pembunuhan dan pemenjaraan, penjajahan dan penindasan, pelanggaran kehormatan Umat telah menjadi tata hari ini. Setelahnya, jejak Palestina masih berlanjut bagi Umat Islam dengan tanah-tanah baru menambah panjang daftar seperti Kashmir, Gujarat, Bosnia, Kosovo, Chechnya, Algeria, Azerbaijan, Caucasus, Grozny, Turkistan, Bukhara, Samarkhand, Xinjiang, Somalia, Iraq, Sudan, Afghanistan dan Pakistan dll karena perang atas Umat Islam oleh para kekuatan Barat seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan Rusia dll. Selain itu, dengan nama kebebasan dan kemerdekaan persatuan Umat Islam telah dipecah berkeping-keping menjadi negara-negara satelit yang dikendalikan oleh Washington, London, dan Paris. Negara-negara pseudo-independen itu telah ditanami dengan kepemimpinan yang mereka adalah pengikut Barat juga.


Situasi di waktu itu diringkas oleh David Fromkin, Profesor, dan ahli dalam Sejarah Ekonomi di University of Chicago “sejumlah massal kekayaan Khilafah Utsmani tua saat ini diklaim oleh para pemenang. Tapi orang harus ingat bahwa Khilafah Islamiyah telah berusaha selama berabad-abad untuk menaklukkan Eropa Kristen dan para broker kekuatan yang menentukan nasib orang-orang terkalahkan itu secara alami bertekad bahwa negara-negara itu selamanya tidak boleh mampu merencanakan dan mengancam berbagai kepentingan Barat lagi. Dengan berabad pengalaman merkantilis, Inggris dan Perancis menciptakan negara-negara kecil, tak stabil yang para penguasanya dikendalikan dan mereka dimaksudkan tidak pernah lagi menjadi ancaman bagi Barat. Kekuatan-kekuatan eksternal itu lalu membuat kontrak dengan para bonekanya untuk membeli berbagai sumberdaya Arab dengan murah, membuat elit feodal sangat kaya sementara meninggalkan sebagian besar warga dalam kemiskinan.”

 Umat Islam Saat Ini Hidup Tanpa Pemimpin Islam - Kehidupan Tanpa Amirul Mukminin
 

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam