Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Minggu, 26 April 2015

UNDANGAN RAPAT DAN PAWAI AKBAR 1436 H HTI Yogyakarta



Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Segala puja dan puji bagi Allah SWT., tiada sekutu bagi-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. Shalawat beriringkan salam kami haturkan untuk Rasulullah, Muhammad SAW. Semoga keselamatan juga Allah berikan kepada keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengajak manusia menuju agama Allah dan mengikuti semua ajarannya sampai Hari Akhir nanti.
Kami dari Hizbut Tahrir Indonesia mengundang jamaah sekalian, muslimin dan muslimat, untuk bisa hadir dalam acara, insyaAllah, kami akan mengadakan Rapat Dan Pawai Akbar 1436 H, pada hari Ahad 10 Mei 2015, dari jam 7 pagi sampai jam 10.30 siang, yang akan diadakan di Jl. Malioboro kemudian menuju ke Alun-Alun Utara.
Acara dakwah Rapat Dan Pawai Akbar ini adalah dalam rangka meneladani metode Rasul Saw. sebagaimana ketika fase Makkah Beliau berusaha mengubah masyarakat dari kegelapan menuju cahaya, mengubah masyarakat dari bersistem kufur menjadi bersistem Islam. Salah satu bagian dari metode dakwah Rasul Saw. adalah berdakwah menyeru kepada masyarakat secara umum. Menentang paham, aturan dan praktek jahiliyah; mengungkap makar jahat terhadap umat; dan menjelaskan bagaimana seharusnya sesuai dengan Islam. Itu semua dilakukan supaya Islam dapat berlaku diterapkan dalam semua segi kehidupan. Dan dengan menjadikan Islam itu berkuasa maka rahmat dari sistem syariah Islam bisa dirasakan oleh semua orang. Allah Swt. berfirman dalam Surat al-Anbiyaa’ ayat 107:

Yang artinya: "Dan tiadalah Kami mengutus engkau (hai Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."
Seluruh Syariah Islam termasuk syariah dalam bidang pemerintahan Islam yakni khilafah jika digunakan, jika diterapkan pasti akan menghasilkan rahmat bagi semua orang.
Semoga dengan turut serta dalam dakwah amar makruf nahi munkar acara Rapat Dan Pawai Akbar kita bisa bersegera mengakhiri masa di mana kaum Muslimin menjadi bagaikan buih di lautan, tidak berpengaruh, sebab yang sekarang berpengaruh justru sekularisme, kapitalisme, liberalisme, bebas menyebarkan pengaruh pula industri hiburan yang merusak akhlak, menyebarkan pemikiran dan gaya hidup liberal, berkuasa pula hukum-hukum peninggalan belanda, hukum dan sistem kufur. Singkat kata, kaum Muslimin terjerat neo-liberalisme dan neo-imperialisme sebagai penjajahan gaya baru.
Semoga kita ber-istiqomah tidak terlibat berbagai kemunkaran itu dan bisa segera memenuhi kewajiban mengubah berbagai kemunkaran itu sehingga kaum Muslimin menjadi sesuai dengan seruan Allah Swt. bahwa kita kaum Muslimin menjadi umat yang terbaik, umat yang paling unggul dan terdepan, Allah Swt. berfirman:
Yang artinya: “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (QS. Ali Imran: ayat 110)
Aamiin, aamiin, ya ArhamaRahimin.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

  
 
 
 

Selasa, 14 April 2015

Penyebab Krisis Pangan Kelaparan Massal


Pengantar
      Kaum Muslimin yang dirahmati Allah di manapun anda berada, sekitar 5 tahun terakhir ini, tahun 2007-2012 harga-harga kebutuhan pokok terus naik. kita semua tentu bisa merasakannya terutama oleh ibu-ibu yang mengatur pengeluaran rumah tangga. Gaji dan pendapatan kepala keluarga sejak tahun 2006 tidak pernah naik sampai sekarang, tapi kebutuhan pokok tidak pernah berhenti naik, rasanya gaji (daya beli) kepala keluarga yang dulu tidak cukup, sekarang tambah tidak cukup. Di televisi diberitakan bahwa menteri Pertanian AS dan Lembaga Pangan dunia (FAO) memprediksi bahwa tahun 2011 terjadi krisis besar di bidang pangan. Nah, kita mungkin bertanya-tanya mengapa semua ini bisa terjadi, apa saja faktor penyebabnya, dan apakah kita bisa menyelesaikan masalah ini? Inilah yang akan kita urai bersama.

Isu krisis pangan global

      Prof.Dr.Ir. Sriani Sujiprihati,M.S. (guru besar Institut Pertanian Bogor) menegaskan bahwa krisis pangan bisa terjadi karena beberapa faktor: ketersediaan, distribusi, dan kondisi daya beli masyarakat. Hasil survey BPS tahun 2011 Indonesia surplus beras sekitar 5 juta ton. Di dunia, beberapa negara surplus dan beberapa kekurangan, distribusinya menjadi masalah. Sumber daya tanaman, genetik, dan lahan Indonesia masih cukup luas untuk memenuhi kebutuhan pangan, masalahnya adalah distribusi dan harga. Yang memprihatinkan adalah kondisi masyarakat miskin yang tak memiliki daya beli terhadap pangan.

      Fakta lain yang harus diwaspadai adanya indikasi kebijakan impor beras transgenik. Varietas transgenik memiliki produktivitas lebih tinggi. Siapa yang menyedikan produk transgenik. Siapa yang menguasainya? Dupont, Monsanto dari Amerika. Sudah terdeteksi ada upaya untuk mengarahkan penggunaan produk transgenik mereka.

      Ir. Rezkiyana Rahmayanti (Lajnah Maslahiyah Muslimah HTI) menyatakan bahwa negara republik saat ini tidak mengambil posisi untuk melindungi dan menjamin kesejahteraan rakyat. Hal ini tampak dari kebijakan yang pro kepada pemilik modal. Bulog melalui sistem tender kepada 24 perusahaan, 16 di antaranya perusahaan asing. Mekanisme distribusi memberikan peluang pada pemilik modal besar mendapat keuntungan, padahal seharusnya negara dalam Islam bertanggung jawab memprioritaskan kesejahteraan petani dan rakyatnya.

      Belum lagi kebijakan luar negeri yang terikat dengan aturan internasional semacam WTO. Ada kesepakatan yang harus diadopsi mengikuti mekanisme perdagangan global. Pembatasan kuota dan adanya tarif otomatis berpengaruh terhadap kebijakan ekspor dan impor. Sekalipun indonesia republik adalah negara peringkat ke-3 penghasil beras dan tidak kekurangan pangan (data FAO), tapi masih dihantui krisis pangan.

      Saat ini terjadi kondisi yang ironis di dunia, banyak kemiskinan, kelaparan dan gizi buruk di negara-negara dunia ketiga, sementara fenomena obesitas dan pesta kuliner menjadi tren di negara maju.

Kelaparan Massal

      Kemiskinan telah menyebabkan 1 miliar penduduk kelaparan sepanjang 2010. Tingkat kelaparan di 25 negara kini sudah pada level menakutkan, sementara untuk negara lainnya masuk level sangat menakutkan. Demikian laporan Global Hunger Index (GHI) yang dibuat Internaional Food Policy Research Institute. Laporan tahunan ini mencakup 122 negara. Ada 3 faktor yang digunakan untuk mengukur GHI yakni: proporsi masyarakat yang kekurangan pangan di suatu negara, jumlah anak-anak dengan berat badan di bawah standar dan tingkat kematian anak-anak.

      Dari 25 negara dengan tingkat kelaparan menakutkan, hanya dua yang terletak di luar Afrika dan Asia yaitu Haiti dan Yaman.
Dua puluh lima negara yang termasuk dalam kategori tersebut adalah:
(1) Nepal, (2) Liberia, (3) Ethiopia, (4) Tanzania, (5) Zambia, (6) Kamboja, (7) Timor Leste, (8) Sudan, (9) Nigeria, (10) Zimbabwe, (11) Angola, (12) Burkina Faso, (13) Yaman, (14) Togo, (15) Republik Asia Tengah, (16) Guinea-Bissau, (17) Madagascar, (18) Rwanda, (19) The Comoros, (20) Djibaouti, (21) Haiti, (22) Mozambiave, (23) Sierra Leone, (24) India, (25) Bangladesh.

      Ironis, negara-negara di kawasan Afrika yang menjalin hubungan dengan Amerika melalui program Millenium Challenge Account (MCA) nyatanya makin masuk dalam tingkat kelaparan yang sangat menakutkan. Negara Burkina Faso adalah contoh nyata. Program MCA dijalankan dengan mandat Poverty Reduction Through Economic Growth.

      Saat ini, republik Indonesia juga termasuk dalam salah satu negara yang menjalin hubungan dengan Amerika melalui Program MCA. Melihat kondisi krisis pangan di negeri ini, sepertinya nasibnya tidak akan jauh berbeda dengan Burkina Faso.


      Meninggalnya enam bersaudara kakak beradik dalam satu keluarga akibat mengkonsumsi tiwul di Mayong Jepara Jawa Tengah, menurut Pengamat Sosial Imam Prasodjo, karena tidak adanya akses bagi keluarga miskin untuk mendapatkan pangan. ”Meskipun kita sudah swasembada beras tapi rakyat miskin tidak dapat mengaksesnya maka sama saja. Kasus seperti ini mungkin saja terjadi,” tutur dia saat dihubungi Republika, Rabu (5/1). Hal ini berarti terjadi ketimpangan.

      Selain tidak adanya akses keluarga miskin untuk mendapatkan pangan seperti beras miskin (raskin), permasalahan ini kemungkinan juga disebabkan karena masalah distribusi yang tidak merata.”Kemungkinan bahan pangan tertimbun di satu tempat dan tidak terdistribusi,” tutur Imam.

      Di sisi lain, terjadinya kasus ini menandakan tidak berjalannya mekanisme sosial di masyarakat.”Seharusnya masyarakat bisa melakukan sesuatu untuk membantu mereka,” tutur Imam. Dan RT atau RW bisa memantau warganya. (republika.co.id, 5/1/2011)

Bank Dunia: Hampir Satu Miliar Orang Kelaparan, hampir 60%-nya adalah perempuan

      Ketika menghadapi kenaikan harga pangan, rumah tangga miskin akan cenderung memakan makanan yang lebih murah dan lebih tidak bernutrisi atau mengurangi biaya kesehatan dan pendidikan mereka.

      Kenaikan harga pangan berpotensi menjadi tantangan bagi stabilitas sosial. (ANTARA, 15/2/2011)


      Krisis pangan kini mengancam, kenaikan harga produk pangan yang sulit terbendung sejak dua tahun lalu dan terus berlanjut hingga kini. Gara-gara kebijakan negara maju meliberalisasi perdagangan akibatnya negara berkembang justru terperangkap.

      FAO: diramalkan harga pangan akan terus meroket sejalan dengan lonjakan harga minyak mentah. misal sereal naik 26% tahun 2008, kedelai, gandum kebutuhan 619 juta ton, stok akhir di pasar dunia hanya tinggal 110 juta ton maka harga gandum meroket. Harga naik hampir 50%.

      FAO: krisis pangan dipicu karena permintaan melebihi pasokan sehingga harga-harga bahan pangan melambung. harga beberapa bahan pangan tidak akan pernah turun. Kondisi ini, jelas dapat memicu kerusuhan sosial. Warga di negara berkembang harus merogoh 50-60% pendapatan mereka untuk membeli pangan. “Secara naluri, orang tak akan diam kalau kelaparan. Mereka pasti bertindak,”

      Dampak buruk naiknya harga pangan bagi warga miskin. banyak orang menghadapi kelaparan yang kemudian bisa memicu keresahan sosial. Misal naik 70%. Alasannya jelas, panen yang jelek, karena tanah semakin kurang subur dan cuaca yang tidak karuan, meningkatnya permintaan dan bertambahnya jumlah lahan untuk tanaman bahan bakar nabati. “Harga yang lebih tinggi menyebabkan kesulitan bagi banyak orang, menjerumuskan mereka untuk pertama kalinya ke bawah garis kemiskinan.”

Siapa Biang Krisis?

      Komite Penghapusan Utang Negara-Negera Dunia Ketiga: IMF dan Bank Dunia biang utama krisis pangan. Salah satunya kebijakannya konversi produk pangan ke produk pertanian untuk energi. “Akibat persaingan penggunaan produk pertanian untuk pangan dan energi, Indonesia juga terkena impor dari krisis pangan. Padahal produksi pangan kita cukup jika hanya untuk konsumsi,”

      Contoh: Saat ini produksi biodisel (pengganti solar) di dunia pada 2007 diprediksi mencapai 11,75 miliar liter. Dari jumlah tersebut 43% berasal dari kedelai. Jadi, masuk akal jika pada awal 2008 lalu harga bahan baku tempe-tahu ini melonjak sangat tinggi.

      Adapun bioetanol (pengganti premium) yang beradar di pasar dunia pada 2007 diperkirakan sebanyak 45 miliar liter. Ternyata, 50%-nya berasal dari tebu dan 36% dari jagung. Karena itu, harga komoditi gula dan jagung di pasar dunia juga melonjak.

      Parahnya, kondisi kenaikan harga ini dimanfaatkan para spekulan yang mulai bermain di komoditas pangan. Spekulan menganggap, bermain di pasar keuangan sudah tidak menguntungkan lagi sehingga sekarang mereka beralih ke komoditas. Kondisi ini terlihat pada pasar beras yang sebelumnya berada pada daftar terbawah perdagangan saham, ternyata kini justru teratas.

      Akibat peningkatan harga produk pangan tersebut, negara-negara yang selama ini menjadi net importer bakal menanggung dampak cukup berat, yang juga mempengaruhi kesejahteraan rakyat, karena devisa negara tersebut terbuang untuk mengimpor produk pangan. Negara-negara yang selama ini menjadi net importer untuk produk pangan dan energi diperkirakan akan mengalami situasi lose-lose situation.

Food Trap (Jebakan ketergantungan impor pangan)

      Waspada; bisa jadi masih naik lagi. Indonesia masih mengimpor kedelai sebanyak 1,3 juta ton, beras 1,5 juta ton, jagung sekitar 600 ribu-1 juta ton dan gandum sekitar 4-5 juta ton.

      Kemampuan Pemerintah dalam mengendalikan lonjakan harga juga masih sangat lemah. SBY malah menghilangkan bea masuk. Petani protes.

      Bahkan Ketua Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menganggap, bangsa Indonesia telah masuk dalam perangkap pangan (food trap) yang diskenariokan oleh negara maju. “Negara maju telah menyiasati kita. Mereka memang ingin mematikan ekonomi kita,” tegas Siswono. (Ini berarti neo-liberalisme dan neo-imperialisme. Dua sisi mata uang kafir penjajah).

      Hal itu terlihat dari tingkat ketergantungan Indonesia terhadap produk impor. Daging: 600 ribu ekor dari Australia, beras impor  sebanyak 1,2 juta ton dari Thailand, kedelai 1,4 juta ton dari AS, jagung untuk pakan ternak impor mencapai 10% dari total kebutuhan sebanyak 3 juta ton. “Ketergantungan kita sekarang ini sudah sangat besar,” sesalnya.

      Siswono menilai, selama ini bangsa Indonesia didorong untuk makan roti dan mie yang semua bahan bakunya gandum yang setiap tahun harus mengimpor sebanyak 5 juta ton. “Ini untuk kepentingan siapa? Bahkan bea masuk gandum nol persen dan PPN-nya ditanggung Pemerintah republik demokrasi. Jadi, ada kepentingan luar yang menyiasati. Tapi kita tidak sadar sudah masuk dalam food trap,” tegasnya.

      Akibatnya, ketika harga pangan dunia melonjak yang terjadi di Indonesia bukan hanya ancaman krisis pangan, tetapi juga krisis daya beli sehingga masyarakat tidak mempunyai kemampuan membeli pangan. Meski Pemerintah sudah menyediakan beras untuk masyarakat miskin (raskin) dengan harga Rp1.600/kg (ketika itu), diperkirakan hampir 17% rakyat miskin tidak mampu membeli beras.

      Masyarakat kini ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Daya beli masyarakat yang sudah rendah semakin terpukul dengan pergerakan harga pangan pokok. Padahal jumlah penduduk miskin masih cukup besar. Dengan 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM), dipekirakan jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 37,17 juta jiwa. Yang sangat rawan pangan sebanyak 5,71 juta jiwa (menurut data BPS yang jauh di bawah standar kemiskinan internasional yaitu garis kemiskinan internasional penghasilan 2 dollar per hari per kepala).

Sebuah ironi

      Ancaman krisis pangan di negeri agraris yang tanahnya subur dan gemah ripah loh jinawi menjadi ironis. Krisis pangan yang terjadi di wilayah Indonesia adalah buah dari kebijakan dan praktik privatisasi, liberalisasi, dan deregulasi sebagai inti dari Konsensus Washington (negara sistem kufur demokrasi sekularisme kafir penjajah).

      Akibat praktik itu semua, negara dan rakyat Indonesia (negara sistem kufur sekularisme demokrasi JAJAHAN kapitalisme, neo-liberalisme, neo-imperialisme) tidak lagi punya kemerdekaan dari kedzaliman, yang seharusnya memiliki kekuatan dalam mengatur produksi, distribusi dan konsumsi di sektor pangan. Saat ini di sektor pangan, penduduk negeri ini telah bergantung pada mekanisme pasar yang dikuasai oleh segelintir perusahaan raksasa.

      Krisis pangan juga disebabkan oleh kebijakan dan praktik yang menyerahkan urusan pangan kepada pasar (1998, Letter of Intent IMF) serta mekanisme perdagangan pertanian yang ditentukan oleh perdagangan bebas (1995, Agreement on Agriculture, WTO) (hukum kufur). Negara pun dikooptasi menjadi antek perdagangan bebas dan melakukan liberalisasi terhadap hal yang seharusnya menurut Islam merupakan state obligation terhadap rakyat (hukum Allah).

      Indonesia harus keluar dari krisis pangan jika tidak, ke depan sangat fatal. Ada 100 kabupaten yang rawan pangan.

      Negara Islam/Khilafah Islamiyah menurut Islam wajib menjamin ketersediaan pangan, menjamin kelancaran distribusi dan melepaskan diri dari cengkraman kebijakan-kebijakan asing (hukum kufur kafir penjajah).

Sektor Pangan Dalam Cengkeraman Asing

      Penetrasi asing melalui perusahaan multinasional di bidang pangan semakin kuat. Perusahaan asing di Indonesia tidak saja menguasai perdagangan, tetapi meluas dari hulu ke hilir, seperti sarana produksi pertanian, meliputi benih dan obat-obatan, hingga industri pengolahan, pengepakan, perdagangan, angkutan, hingga ritel.

      Liberalisasi di sektor perdagangan dan industri, telah memberi peluang kepada asing untuk meningkatkan pasarnya di Indonesia. “Mereka masuk seperti sudah dalam satu paket. Begitu liberalisasi dibuka, semua lini mereka kuasai,” kata profesor riset pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian, Husein Sawit, kemarin (24/5) di Jakarta.

      Pada awalnya mereka masuk di perdagangan, setelah itu untuk memastikan terjaminnya pasokan barang, mereka juga masuk ke produksi. Untuk meningkatkan volume produksi, mereka kuasai industri benih dan menciptakan ketergantungan.

      Itu saja belum cukup, mereka melangkah lebih lanjut masuk ke industri pengolahan melalui akuisisi perusahaan nasional. Untuk menjamin produk mereka terjual, perusahaan asing juga masuk ke ritel.

      Industri input pertanian saat ini dipasok hanya oleh sepuluh perusahaan multinasional (multinational corporation/MNC) dengan nilai penjualan mencapai Rp340 triliun. Lima perusahaan raksasa di antaranya adalah Sygenta, Monsanto, Bayer Crop, BASF AG, dan Dow Agro.

      Di pihak lain, petani bergantung pada industri olahan dan pedagang pangan. Sepuluh besar Multinational Corporation MNC menguasai penjualan pangan senilai Rp3.477 triliun. Lima di antaranya, yakni Nestle, Cargill, ADM, Unilever, dan Kraft Foods. Indonesia juga masuk dalam cengkeraman jaringan MNC, terutama Nestle yang terbesar menguasai perdagangan kakao dunia, Cargill menguasai perdagangan pakan ternak, dan Unilever menguasai pangan olahan.

      Ritel pangan dunia juga dikuasai MNC, di antaranya Wal Mart, Metro Group, Tesco, Seven & I Holdings, dan Carrefour.

      Husein mengungkapkan, banyak produk pangan yang secara lokal sudah dijual ke perusahaan asing, di antaranya Danone (Perancis), Unilever (Belanda), Nestle (Swiss), Coca Cola (AS), H.J. Heinz (AS), Campbels (AS), Numico (Belanda), dan Philip Morris (AS).

      Menteri Pertanian Suswono sebelumnya mengungkapkan bahwa politik kebijakan agroindustri di Indonesia dikendalikan oleh kelompok tertentu, yang memiliki akses dan lobi kuat tidak saja kepada pemerintah, tetapi juga legislatif. (surabayapost.co.id, 25/5/2011)

Minggu, 05 April 2015

Naskah Materi Khutbah Jumat Mengatasi Fasad Kerusakan


Naskah Materi Khutbah Jumat

Judul: Mengatasi Fasad (Kerusakan)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembukaan Khutbah….
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” [Ar-Rum 41]
Mufassir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan fasad/kerusakan disebabkan perbuatan tangan manusia yaitu karena kemaksiatan, ketidaktaatan yang dilakukan oleh manusia terhadap aturan-aturan Allah Swt.
Di sekitar kita banyak sekali kerusakan yang kita jumpai. Berita di media massa mengingatkan kita betapa banyaknya fasad/kerusakan yang terjadi di negeri ini. Sebagai contoh: data menunjukkan bahwa sejak tahun 2004 ada hampir 3000 orang anggota DPRD terlibat korupsi. Dan bahwa 315 orang kepala daerah terlibat korupsi. Padahal negeri ini penduduknya mayoritas beragama Islam dan tentunya mereka yang korupsi juga di KTP-nya agamanya Islam. Adanya banyak koruptor semacam ini jelas merupakan fasad/kerusakan yang dampaknya sangat luas. Penduduk di negeri ini menjadi korbannya.
Fasad tidaklah terjadi kecuali karena 2 hal:
·        Yang pertama karena ada kemaksiyatan yang dilakukan, ada dosa-dosa yang dikerjakan, ada pelanggaran hukum-hukum Allah Swt.
·        Dan yang kedua adalah karena ada kewajiban yang tidak ditunaikan, kewajiban dari Allah yang diabaikan, ditelantarkan.
Setiap penyimpangan dari hukum-hukum Allah Swt. pasti menghasilkan fasad.
Dalam kehidupan keseharian kita, kita juga jumpai banyak fasad/kerusakan yang menjangkiti umat.
·        Mungkin kita jumpai seorang muslim kepala keluarga yang telah bekerja memenuhi kewajiban membanting tulang mencari nafkah namun tetap merasakan himpitan ekonomi, beban ekonomi yang berat.
·        Mungkin juga kita jumpai seorang bapak yang selalu menasihati, mendakwahi anaknya tetapi anaknya tetap saja bandel, terlibat pergaulan bebas, melalaikan berbagai kewajiban.
·        Bisa jadi juga kita jumpai seorang pemuda yang pandai namun tidak bisa melanjutkan kuliah karena biaya pendidikan yang tak terjangkau.
·        Di lain sisi mungkin kita jumpai seorang pemuda yang berusaha mencari pekeerjaan namun sulit mendapatkan pekerjaan.
Jika seorang muslim melakukan muhasabah, menghitung, mencermati amalan-amalannya, dan dia telah memenuhi kewajiban-kewajiban, serta tidak melakukan maksiat berarti fasad yang terjadi disebabkan oleh pihak-pihak lain yang tidak menuruti hukum-hukum Allah Swt.
Keterpurukan ekonomi di negeri mayoritas muslim ini jelas bukan karena hukum-hukum Allah dalam bidang pengaturan sistem ekonomi yang diterapkan tetapi justru keterpurukan ekonomi disebabkan karena di negeri ini digunakan sistem kapitalisme, yang memberikan sumberdaya alam milik umat menjadi milik kapitalis, sistem ekonomi yang memungut banyak pajak dari penduduk.
Demikian pula dalam bidang sosial diterapkan liberalisme yang membolehkan tayangan-tayangan televisi yang merusak akhlak, mengajarkan pacaran pergaulan bebas, klub-klub malam dan minuman keraspun dibolehkan di negeri muslim ini.
Allah Swt. berfirman:
“Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.” [Al Maa’idah 48]
Allah Swt. memerintahkan kita untuk berhukum dengan apa yang Allah Swt. turunkan yaitu berdasarkan al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Saw.
Allah Swt. berfirman di satu ayat sebelumnya yaitu surat al-Maa’idah ayat 47:

“Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.” [Al-Maa’idah 47]
Di ayat inipun kita diperintahkan untuk berhukum menurut apa yang diturunkan oleh Allah, jika kita tidak ingin tergolong sebagai orang-orang yang fasik.
Jamaah sholat jumat rahimakumullah, semoga kita semua bisa terus berusaha mengkaji Islam, memahami syariah Islam, dan berusaha mengamalkan semua aturan dari Allah di segala bidang kehidupan. aamiin ya ArhamaRahimin.   Barokallahu….
Khotbah kedua, pembukaan, …
Allah Swt. berfirman dalam surat Ali Imron ayat 104:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” [Ali Imron 104]
Untuk bisa mengubah keadaan yang buruk menjadi keadaan yang baik maka mutlak diperlukan kaum Muslimin yang menjalankan kewajiban menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar. Dan kita berharap bisa termasuk dari orang-orang yang beruntung.
Mari kita berdo’a kepada Allah Swt. agar kita bisa meraih kemenangan Islam, meraih kemenangan di dunia dan di akhirat.   Do’a-Do’a…

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam