Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Rabu, 14 November 2007

Apakah Butter itu? - mentega

Apakah Butter itu?

Butter berasal dari bahasa Belanda,
dari kata: roombutter, yang artinya mentega.
Butter merupakan produk susu alami yang
diolah melalui proses penggumpalan, dengan
atau tidak menggunakan perasa alamiah.
Biasanya butter berbentuk padat, tapi lunak
dan berwarna kuning pucat. Pewarna alamiah
yang digunakan pada butter berupa Karoten
yang kaya akan Vitamin A.

Butter ada dua macam, yaitu salted butter
dan unsalted butter. Salted Butter adalah butter
yang ditambahkan perasa alamiah, kadang-
kadang disebut dengan sweet cream butter.
Kedua macam butter tersebut banyak diguna-
kan untuk pemanggangan dan membuat biscuit
menjadi lebih acky atau renyah dan aroma
yang lezat.

Butter VS Margarine

Butter dan margarine mempunyai
bahan dasar yang beda, namun fungsi ke-
duanya sama, yaitu sebagai sumber energi,
meningkatkan cita rasa lezat pa da makanan.
Margarine umumnya terbuat dari
minyak kelapa, minyak biji kapuk, minyak
jagung dan minyak gandum.

Manfaat Butter

Butter yang terbuat dari produk susu
alami ini mengandung banyak sekali manfaat
untuk kesehatan, seperti zat
besi (untuk pembentukan
sel darah merah, transpor-
tasi oksigen, mencegah
anemia), fosfor (pemben-
tukan tulang dan gigi,
transportasi asam le-
mak), natrium (menjaga
keseimbangan asam
dan basa), kalium (me-
ngatur keseimbangan cairan sel),
omega-3, omega-6, dan vitamin-
vitamin yang mudah diserap dan
dibutuhkan oleh tubuh.


“Success requires hard work,
training and discipline.
If you can cope with these,
opportunities are everywhere.”

“Kesuksesan menuntut kerja
keras, pelatihan, dan disiplin.
Jika Anda dapat menghadapi
hal-hal ini, kesempatan ada di
mana-mana.”

Sejarah Pemikiran Ekonomi — Adam Smith

ADAM SMITH


Adam Smith lahir pada tahum 1723, dia adalah putra seorang hakim pengacara Scotlandia dan juga seorang pengawas keuangan adat. Dia memperoleh pendidikan di Universities of Glasgow dan Universities of Oxford dan menjadi profesor petama di bidang logic philosophy dan kemudian di bidang moral philosophy di Glasgow.

BACA DENGAN KRITIS!

LIHAT:

» BBM Langka dan Mahal karena Pemerintah ...

Mengapa pemerintah dan para ekonomnya lebih memilih pandangan Adam Smith seorang ... (lihat buku Sejarah Pemikiran Ekonomi: Sang Maestro Teori-Teori Ekonomi ...

» Kegagalan Pasar Bebas

28 Apr 2009 ... yang digambarkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang masyhur “The Wealth .... berharap mampu sejarah dengan model sistem ekonomi Pasar Bebas ... Dengan demikian, pasar bebas bukanlah last recomendation dari Smith, karena Smith ... dengan disertai revolusi pemikiran masyarakat menjadi masyarakat ...

» Syariah, Masa Depan Politik Indonesia?

11 Sep 2008 ... Perjuangan kolektiv bangsa Indonesia dicatat sejarah setelah ... dalam sistem politik dan ekonomi seperti halnya kewajiban religius individu. ... Jika tidak membuangnya, setidaknya berusaha menafsirkan dalam bentuk pemikiran kufur .... Ibn Khaldun, Machiavelly, Hegel, Marx, Adam Smith, Robert Owen. ...

hubungan ekonomi, dan sebagainya yang akan memudahkan aktivitas [PDF] ...

sejarah Daulah Islam, melainkan untuk menggambarkan kepada masyarakat bagaimana Rasul saw. mendirikan ... pemahaman Islam dan pemikiran-pemikirannya. Beliau menjadikan ...... Adam dan Adam berasal dari tanah.” Kemudian beliau melanjutkannya ...... hubungan ekonomi, dan sebagainya yang akan memudahkan aktivitas ...

Setelah tiiga belas tahun mengajar di bidang akademmik, dia melakukan perjalanan selama dua tahun di Perancis sebagai guru untuk Duke of Buccleuch, yang darinya Smith memperoleh pensiun yang membuatnya bisa menghabiskan waktu untuk menulis.


Pada tahun 1778, Smith menerima sebuah appointment sebagai Commissioner of Custom, dimana pada tahun tersebut merupakan tahun peringatan serta tahun yang bermakna baginya dalam seumur hidupnya. Smith meninggal pada tahun 1790.


Adam Smith adalah akademisi pertama yang menjadi seorang ahli ekonomi, karirnya tidak jauh berbeda denan ahli-ahli ekonomi lainnya yang hidup pada masa 150 tahun terakhir. Pada zamannya, banyak ajran-ajaran ekonomi yang melewati batas dengan pekerjaan sebagai guru di bidang akadenik,termasuk juga Smith, sehingga Smith dan ahli ekonomi lainnya disebut sebagai seorang filsuf.


Adam Smith, sebagai seorang pemikir memiliki kerangka berpikir yang sistematis dan tertarik pada perilaku manusia (human conduct). Sebagai seorang filsuf moral Smith tertarik pada masalah-masalah ekonomi, terbukti pada catatan perkuliahannya antara tahun 1760-1764 tentang filsuf moral terdapat beberapa poin yang menyinggung masalah ekonomi. Dalam pemikirannya Adam Smith banyak dipengaruhi oleh beberapa pemikir-pemikir besar sebelumnya.


Seperti Francis Hutcheson, melandasi dasar kecintaan Smith pada natural order. Beberapa paham naturalist yang turut mengilhaminya antara lain, Stoicsisme Yunani, Epicureans, Stoicisme Romawi (antara lain Cicero, Seneca, Epictetus), Hobbes, Bacon dan Locke.


Paham naturalist yang terdiri dari beberapa kelompok ini memiliki kecenderungan pola pikir yaitu keyakinan atau kepercayaan terhadap natural order yang melekat pada tiap diri manusia. Semua itu membuat tiap-tiap organisasi social bertindak untuk menyelaraskan dengan natural order. Quesnay dan Mercier de la Riviere (penulis fisiokrat) memberi Smith pandangan tentang pola pikir kaum fisiokrat dan minat serta ketertarikan pada naturalism dan masalah surplus.


Teori uang Smith disusun berdasar referensi dari Hume, Locke dan Steuarts. Dari Petty dan Steuarts, Smith belajar tentang public finance. Pemikiran Smith memberi kejelasan pada pemikiran-pemikiran sebelumnya. Theory of Moral Sentiments (1759) dan An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776) merupakan hasil pemikirannya.

  • Individualisme dan Kebebasan


Adam Smith pertama kali menulis buku yang berjudul The Theory of Moral Sentiments pada tahun 1759. dalam bukunya ini Smith meyakinkan pembacanya bahwa setiap manusia sangat menyukai hidup sebagai warga masarakat, dan tidak menyukai hidup ang individualistik dan mementingkan diri sendiri.


Adam Smith memiliki pemikiran bahwa setiap orang secara natural akan saling menghargai (rasional) sehingga dia menganggap manusia adalah makhluk bebas yang dengan sendirinya tahu nilai-nilai kemasyarakatan. Pemikiran semacam ini sangat berbahaya karena pada kenyataannya manusia tidak seperti anggapan Adam Smith (rasional, ada beberapa manusia yang irasional).


Tanpa adanya peraturan manusia akan saling makan dan menindas yang berlaku adalah hukum rimba. Smith yang menghargai sifat natural manusia dan kecewa pada dampak merkantilisme membenci campur tangan pemerintah tetapi tanpa ada campur tangan pemerintah, kehidupan dalam bernegara tidak akan dapat berjalan dengan sendirinya.


  • Laissez-faire Principles


Di dalam bukunya Smith yang berjudul Wealth of Nations, prinsip Laissez faire menjadi dasar dari sistem ajaran dan menjadi pelabuhan bagi filsuf-filsuf luar negeri yang membentuk suatu bagian esensial. Prinsip Laissez faire, persaingan, dan teori nilai pekerja adalah fitur berharga yang diajarkan dari sekolah ekonomi beraliran klasik, yang secara esensial dibangun oleh Smith serta Malthus, Ricardo, dan Mill. Prinsip Laissez faire merupakan pondasi bagi sistem ekonomi klasik.


Ketika Smith membuat pembelaannya untuk natural liberty atau lissez faire, dia telah ketinggalan tradisi filosifi politik Locke. Pemikiran besar bahwa ada pembatasan untuk legitimasi fungsi pemerintah dia dapat menemukn pada Locke.


Prinsip pembatasan Locke akan membatasi legislasi untuk yang dibuat untuk barang public. Bagi Smith, barang public membutuhkan laissez faire karena pencarian self-interest, dipandu oleh invisible hand dari persaingan, yang menghasilkannya, sedangkan intervensi pemerintah dalam lingkungan perekonomian akan lebih sering mengganggu daripada menolong


  • Labor Theory of Value

Kemajuan besar ajaran ekonomi adalah saat Smith melakukan emansipasi terhadap kedua belenggu kaum merkantilis dan physiokrat. Labih dari duaratus tahun para ahli ekonomi mencari sumber kemakmuran. Kaum merkantilis menemukan sumber kemakmuran pada perdagangan internasional, sedangkan kaum physiokrat menemukannya pada lebih jauh lagi dan beranggapan bahwa kemakmuran yang asli didapat dari pengaruh perdagangan terhadap produksi, pada saat itu hanya ada satu macam produks yaitu pertanian.


Smith membangun pondasi Petty dan Cantillon yaitu pengaruh final revolution. Dengan pekerjanya menjadi sumber dana yang secara orisinil menyetor tiap-tiap negara ‘dengan semua keperluan dan kebutuhan hidup yang dikonsumsi setiap tahunnya.


Smith tetap berbicara mengenai kemakmuran dalam pengertian kegunaan objek material, seperti apa yang telah dilakukan oleh pendahulu-pendahulu Inggris-nya, tetapi dengan membuat hasil dari pekerja secara umum, dia menunjuk untuk mengadakan penyelidikan kemakmuran sosial daripada secara tekhnik.


Kata Smith, kemakmuran sebuah negara akan bergantung pada dua kondisi, pertama, tingkat produktivitas pekerja dan yang kedua adalah jumlah kegunaan pekerja, dengan kata lain produktivitas pekerja terhadap kemakmuran, dimana pekerja dipekerjakan. Faktor pertama mendorong Smith untuk berdiskusi tentang division of labor, perdagangan, uang dan distribusi. Faktor kedua meliputi analisis modal.


Nilai perdagangan barang ditentukan oleh jumlah pekerja yang menjalankan barang di pasar. Tahap demi tahap dalam teori nilai pekerja ini memunculkan adanya ‘real cost’ teori nilai, teori nilai ini mengandung pengertian penderitaan pekerja.

Real value’ atau ‘natural value’ dari komoditi yang dipertukarkan diukur dalam kandungan apa yang diperintahkan kepada pekerja.


Pekerja bukan suatu jumlah homogenitas, sjak pembedaan tipe pekerja berdasar tingkat hardship an ingenuity. Value menurut Smith dapat dibagi dua yaitu value in use dan value in exchange. Value in use adalah nilai kegunaan barang tersebut sedangkan value in exchange adalah nilai tukar dari barang itu.


Pekerja menurut Smith adalah sumber dari value seluruh komoditi pernyataan ini merupakan kutipan dari salah satu poin pemikiran Ibnu Khaldun tentang pekerja. Teori tentang pekerja Smith merupakan penambahan teori Petty dan Cantillon dengan supply dan demand versi John Locke.


Campur tangan uang mengubah perkiraan nilai barang tetap jauh dari basis pekerja. Teori nilai pekerja-nya Smith berubah menjadi teori biaya produksi. Tanah dan modal muncul menjadi faktor produksi yang dikelola pekerja di satu waktu, di waktu yang lain pengembalian tanah dan modal digambarkan sebagai deduksi dari produk pekerja.


  • Division of Labor


Smith memulai analisisnya dengan division of labor karena dia berharap menemukan dasar transformasi yang tepat dari bentuk konkret pekerja, yang memproduksi barang yang tepat (berguna), kepada pekerja sebagai elemen sosial, yang menjadi sumber kemakmuran dalam bentuk abstrak (nilai pertukaran).


Divisions of labor dijadikan dasar oleh Smith karena meningkatkan produktivitas pekerja. Setelah memberikan pengetahuannya mengenai perhitungan qualitas dan konsekuensi, Smith memproses penyelidikan terhadap penyebabnya.


Karena division of labor bergantung pada propensity to exchange, yang Smith hormati sebagai salah satu motiv dasar dari human conduct. Ada sesuatu kebingungan dalam satu point Smith mengenai hal ini yaitu tentang sebab dan akibat. Mungkin suatu yang benar jika perdagangan tidak dapat exist tanpa divisions of labor, ini tidak benar, paling tidak dalam teori, divisions of labor memerlukan existensi dari private exchange.


Secara logis didemonstrasikan ketika pada suatu organisasi sosial tertentu yang menerapkan divisions of labor tanpa perdagangan. Dalam komunitas ini dapat ditunjukkan keberadaannya. Smith bersalah karena membuat karakteristik masyarakat pada zamannya untuk segala zaaman, dia dihormati sebagai manusia biasa dan dibuat kedalam penjelasan dasar yang universal, fitur dari sosial kontemporer yang dikondisikan scara historis.


Tapi tujuan Smith menjadi propaganda. Dia menekankan pengaruh dasar pada [roduktivitas untuk mendemonstrasikan bahwa perdagangan dibebaskan sebagai prasyarat pengembangan kekuatan produktif dan tidak hanya berguna penuh untuk mengadakan kekuatan produksi.


Smith memproses untuk menanalisis bagaimana tingkat divisions of labor ditentukan dan disimpulkan bahwa divisions of labor dibatasi dengan extent pasar.


Smith menjelaskan bahwa dengan divisions of labor kuantitas dan kualitas produksi dapat dicapai dengan lebih baik. Peningkatan kantitas dan kualitas produksi dapat dihasilkan karena tiga alasan, yaitu :

  • Physiokrat mengenai peningkatan kepuasan, sedang Smith lebih condong pada tingkat persaingan dan natural liberty dalam pencapaian kepuasan.

  • Smith juga memperkenalkan Theor of Value yang berisi tentang nilai yang digunakan dalam pertukaran. Permasalahan yang timbul dari nilai tukar barang adalah adalah value of use, value of exchange, measure of value.

  • Smith juga menjelaskan mengenai bimetal coin sebagai alat pertukaran, dan juga ada nominal price dan real price dengan prnsip pekerja berkaitan dengan harga riil komoditas dan uang sebagai harga nominal komoditas.

Divisions of labor yang dikemukakan oleh Smith memunculkan sifat individualisme dan menjadikan manusia seolah-olah menjadi mesin yang terprogram terlepas dari adanya efisiensi waktu yang ditimbulkan.


  • Teori Upah


Bahwa harga natural dihubungkan pada level output merupakan suatu pemikiran yang tidak dipertimbangkan oleh smith. Asumsi implicit bahwa yang mendasari pendapatnya adalah semua koefisien biaya konstan dan tetap dari produksi.


Dalam teorinya tidak ada tempat untuk diminishing returns atau factor substitution. Sesungguhnya harga natural secara fungsional dihubungkan hanya untuk factor pengembalian seperti yang ditunjukkan oleh Smith, natural price mengubah dengan tingkat natural dari setiap komponennya yaitu upah, profit, dan sewa.


Upah natural dari labor menurut smith terdiri dari produk labor yang sebelum pemberian tanah dan akumulasi capital semestinya dalam keseluruhan pekerjaannya. Dengan kenaikkan kelas tuan tanah dan kapitalis pekerja dia harus membagi produknya dengan tuan tanah dan majikan. Buruh dan majikan adalah bentuk kombinasi kenaikkan atau penurunan upah.


Majikan biasanya lebih berhasil dalam usahanya daripada buruh tapi kebutuhan buruh dan keluarganya untuk bentuk penghidupan dasar di bawah upah tidak dapat jatuh untuk waktu yang sangat panjang. Peningkatan demand untuk labor mungkin meningkatkan upah serta substansi diatas tingkat penghidupan dipandang oleh smith sebagai “yang paling rendah yang konsisten dengan kemanusiaan umumnya.” Kemudian, demand untuk labor dapat meningkat hanya dalam proporsi peningkatan dari “ dana yang ditunjukkan untuk membayar upah.”


Jadi, munculnya dana upah disusun dari surplus pendapatan dan surplus capital pada kelebihan dari personal pemilik dan kebutuhan bisnis. Peningkatan pendapatan dan peningkatan capital merupakan prasyarat dari peningkatan upah.


Suatu kemajuan dalam posisi ekonomi dari hak pekerja untuk upah yang labih tinggi, Smith mempertimbangkan suatu keuntungan bersih untuk masyarakat: “pelayan, buruh, dan pekerja menciptakan berbagai jenis bagian yang besar dari setiap masyarakat politik yang besar. Tetapi, kemajuan keadaan bagian terbesar apa yang tidak pernah dianggap sebagai suatu gangguan untuk semuanya.


Tidak ada masyarakat yang dapat dengan pasti maju dan bahagia yang bagian terbesar dari anggota adalah orang miskin dan menyedihkan. Tetapi ini keadilan disamping harus membagi produk labor milik mereka sebagai dirinya lumayan dimakan, dipakai, dan ditempati dengan baik”


Upah yang rendah merupakan suatu kondisi simpton yang tidak berubah di bawah wages-fund, luas seperti itu mungkin, gagal untuk meningkatkan dan dengan demikian gagal untuk mentimulasi suatu kenaikan demand untuk labor.


Tentang hubungan antara upah dan pertumbuhan populasi, smith mengatakan bahwa kemiskinan tidak akan menurunkan pernikahan dan tingkat kelahiran bahkan stimulasi selanjutnya, tapi itu akan berakibat tidak menyenangkan pada tingkat kelahiran bayi dan anak.


Suatu upah tinggi merupakan efek peningkatan kesejahteraan dan menyebabkan peningkatan populasi :”untuk mengkomplain hal ini, keluhan yang berlebihan pada kebutuhan efek dan penyebab kesejahteraan public yang terbesar.”


Dalam ajaran smith upah tinggi dihubungkan pada peningkatan/kemajuan produktifitas labor. Pemikiran kurva penawaran backward sloping dari labor adalah tidak secara mutlak ditolak tapi dipertimbangkan dapat diterapkan hanya pada orang minoritas.


Walaupun Smith mengesahkan upah tinggi dia tidak senang harga tinggi tidak seperti Physiocras, dia menghubungkan harga rendah dari ketentuan dengan kelebihan dan kemakmuran, harga tinggi dengan kelangkaan dan kesusahan.


Jika ketentuan adalah murah dan banyak pekerja mungkin ingin memulai bisnis milik mereka dan pekerja ingin menyewa lebih banyak labor dengan demand labor meningkat dan suplay turun, harga labor mungkin naik. Ketika ketentuan adalah mahal dan langka, peristiwa-peristiwa mungkin terjadi bagian lawan.


Variasi harga labor mungkin akan menutup variasi ketentuan harga. Kemudian sejak upah uang ditetapkan keduanya oleh permintaan labor dan harga wage-goods, fluktuasi harga wage-goods tidak akan gagal untuk mendesak akibat pada upah uang. Ini akan mempunyai efek mengurangi fluktuasi upah uang yang lebih kaku daripada harga ketentuan.


Seperti yang telah dicatat ketika harga ketentuan tinggi permintaan labor cenderung turun sebagaimana upah jika tendensi upah ini tidak ditandai oleh harga tinggi dari wage-goods. Dan ketika harga makanan rendah efek peningkatan demand untuk labor pada upah ditandai lagi oleh harga rendah wage-goods yang berlaku.


Fluktuasi harga ketentuan kemudian mempunyai dua efek pada upah yang satu menandai yang lain. Mereka mempengaruhi demand labor dan kemudian upah pada satu arah, tapi efek pada upah menurunkan kerugian, seluruh atau dalam bagian oleh efek countervailing dari fluktuasi yang sama yaitu dari harga wage-goods menarik upah pada arah yang berlawanan.


  • Teori Sewa


Dalam teori sewanya, Smith bimbang antara jumlah prinsip eksplanatori pada yang di bawah pembayaran sewa. Ini baginya, “secara alami suatu harga monopoli,” suatu penunjukkan yang dijelaskan oleh observasi bahwa “ini tidak semua proporsion pada apa yang tuan tanah mungkin meletakkan dalam peningkatan tanah atau apa yang dapay dia hasilkan, tapi apa yang dapat petani hasilkan untuk diberikan.”


Ketika smith membicarakan harga komoditas dia memasukan sewa tanah sebagai elemen biaya dan kemudian sebagai determinan harga produk, tapi dalam chapter secara khusus disediakan untuk sewa dia mempertimbangkan suatu sewa tinggi atau rendah efek dari harga produk yang tinggi atau rendah.


Smith tidak mengubah bagian ini dalam kritik Hume, dia tidak menemukan ketidakkonsistenannya. Ini mungkin bahwa dalam teori harga microekonominya dia mempertimbangkan kegunaan khusus dari bidang tanah sebagai biaya pengadaan dalam istilah oportunitas alternative, sedangkan dalam teori makroekonomi dari disribusi tanah sebagai suatu keseluruhan yang dipandang sebagai perolehan bukan kegunaan alternative.


Sewa, lebih lanjutnya diinterpretasikan sebagai suatu perbedaan yang bermacam-macam dengan kedua fertilitas dan lokasi. Untuk lokasi kemajuan tranportasi akan cenderung menyamakan perbedaan lokasi sebaik sewa. Dalam teori perkembangan ekonomi smith, peningkatan pendapat nasional dengn peningktan pemerataan pendapatan penyewaan kelas tuan tanah.


Peningkatan pendapatan nasional akan diingat, diprediksi oleh smith dalam dividion of labor dimana manufaktur lebih rentan daripada agrikultur. Peningkatan spesialisasi dan produktivitas dalam sector manufaktur ekonomi akan lebih rendah harga manufaktur dan peningkatan nilai riil dari sewa.


Peningkatan pemerataan kelas tuan tanah dalam pendapatan nasional kemudian mencerminkan kemajuan perdagangan dari sector agrikultur. Dalam teori Ricardian, factor strategic yang menghasilan suatu hasil yang dihasilkan tidak banyak meningkatkn produktivitas dalam manufaktur sebagai diminishing return untuk tanah yang meningkatkan harga agrikultur dan dengan demikian memajukan perdagangan sector agrikultur dari perekonomian dan peningkatan pemerataan ini dari peningkatan nasional.

Senin, 12 November 2007

SEBAB KEBAKARAN HUTAN

HUTAN INDONESIA


Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfera Bumi yang paling penting.

Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika juga berfungsi sebagai paru-paru dunia dan sistem penyangga kehidupan sehingga kelestariannya harus dijaga dan dipertahankan dengan pengelolaan hutan yang tepat.

Indonesia memiliki 10% hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan Indonesia memiliki 12% dari jumlah spesies binatang menyusui/mamalia, pemilik 16% spesies binatang reptil dan ampibi, 1.519 spesies burung dan 25% dari spesies ikan dunia. Sebagian dianataranya adalah endemik atau hanya dapat ditemui di daerah tersebut.

Sebagian dari hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan luasannya, hutan tropis Indonesia menempati urutan ketiga setelah Brasil dan Republik Denokrasi Kongo dan hutan-hutan ini memiliki kekayaan hayati yang unik. Tipe-tipe hutan utama di Indonesia berkisar dari hutan-hutan Dipterocarpaceae dataran rendah yang selalu hijau di Sumatera dan Kalimantan, sampai hutan-hutan monsun musiman dan padang savana di Nusatenggara, serta hutan-hutan non Dipterocarpaceae dataran rendah dan kawasan alpin di Papua. Indonesia juga memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Luasnya diperkirakan sebesar 4.25 juta ha pada awal tahun 1990-an. luas seluruh hutan di Indonesia adalah sekitar 106 juta hektar.

Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen [World Resource Institute, 1997]. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun dan menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan. [Badan Planologi Dephut, 2003].

Saat ini kebakaran hutan telah menjadi perhatian internasional sebagai isu lingkungan dan ekonomi. Kebakaran dianggap sebagai ancaman potensial bagi pembangunan berkelanjutan karena dampaknya secara langsung pada ekosistem, kontribusi emisi karbon serta bagi keanekaragaman hayati. Di akhir tahun 1997 dan awal tahun 1998, dunia dapat menyaksikan dan mengamati betapa sedih dan mengerikan pada saat api membinasakan berjuta-juta hektar hutan tropika di Indonesia. Peristiwa kebakaran yang merusak tersebut mengakibatkan terjadinya lintasan panjang di Pulau Sumatera dan Kalimantan, berbentuk selimut asap yang tebal dan secara serius membahayakan kesehatan manusia. Kebakaran ini juga membahayakan keamanan perjalanan udara serta menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar di seluruh kawasan dan menimbulkan banyak keluhan dari Negara tetangga.


SEJARAH KEBAKARAN HUTAN


Zaman dahulu, yaitu pada abad ke 15 dan 16, Portugis dan Belanda mencatat adanya kebakaran besar yang terjadi di hutan alam dan lahan gambut di Borneo. Kejadian ini juga disertai dengan kabut yang mencekik dan menyebar luas sejauh lokasi Singapura saat ini. Bukti ilmiah berdasarkan pendataan karbon radioaktif dari endapan kayu arang di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa kawasan hutan dataran rendah telah berulang kali terbakar paling sedikit sejak 17.500 tahun yang lalu, selama beberapa periode kemarau yang berkepanjangan, yang merupakan ciri utama periode Glasial Kuarter (Goldammer, 1990).

Kebakaran hutan semula dianggap terjadi secara alami, tetapi kemungkinan manusia mempunyai peran dalam memulai kebakaran di milenium terakhir ini, pertama untuk memudahkan perburuan dan selanjutnya untuk membuka petak-petak pertanian di dalam hutan. Meskipun kebakaran telah menjadi suatu ciri hutan-hutan di Indonesia selama beribu-ribu tahun, kebakaran yang terjadi mula-mula pasti lebih kecil dan lebih tersebar dari segi frekuensi dan waktunya dibandingkan dua dekade belakangan ini. Oleh karena itu, kebakaran yang terjadi mula-mula ini bukan merupakan penyebab deforestasi yang signifikan.

Hal ini terlihat jelas dari kenyataan bahwa sebagian besar wilayah Kalimantan adalah hutan, dan baru pada waktu belakangan ini mengalami deforestasi yang sangat tinggi. Berbagai proses degradasi hutan dan deforestasi mengubah kawasan hutan yang luas di Indonesia dari suatu ekosistem yang tahan kebakaran menjadi ekosistem yang rentan terhadap kebakaran. Secara periodik pada tahun 1980 dan 1990-an, kebakaran berarti terjadi di kawasan ini. Tetapi para ahli setuju bahwa kebakaran yang terjadi selama tahun 1997 – 1998 merupakan peristiwa yang paling merusakkan disebabkan musim kering panjang akibat fenomena arus balik El-Nino Southern Oscillation yang bertepatan pula dengan peristiwa perluasan pembukaan lahan untuk hutan tanaman.

Kebakaran Tahun 1982-1983 merupakan kebakaran hebat pertama yang merupakan akibat gabungan antara pengelolaan hutan di era Soeharto dan fenomena iklim El Niño menghancurkan 210.000 km2 dari wilayah Propinsi Kalimantan Timur. Kalimantan Timur merupakan fokus pertama ledakan produksi kayu Indonesia, dan hampir seluruh kawasan dibagi menjadi kawasan HPH selama tahun 1970-an. Praktek kegiatan pembalakan di sini umumnya buruk, meninggalkan akumulasi limbah pembalakan yang luar biasa di dalam hutan.

Banyak spesies pionir dan sekunder tumbuh pesat di kawasan-kawasan yang telah dibalak, sehingga membentuk lapisan vegetasi bawah yang padat dan mudah terbakar. Pembakaran lahan-lahan padang rumput dan semak belukar secara sengaja menyebabkan api merembet masuk ke perbatasan hutan yang dibalak yang terbakar dengan intensitas yang lebih besar. Kebakaran akhirnya mencapai rawa gambut yang kering, dimana api terbakar di bawah permukaan lama setelah pasokan bahan bakar di permukaan menjadi habis. Pembakaran skala besar menghasilkan kabut yang tidak mudah hilang di seluruh Sumatera dan Kalimantan selama setiap musim kemarau, tetapi umumnya kabut lenyap pada bulan September ketika hujan lebat memadamkan kebakaran yang telah terjadi. Namun kebakaran yang terjadi pada tahun 1997 tidak dapat dipadamkan oleh hujan, kebakaran meningkat, dan menghasilkan kabut tebal dan menyebar hingga ke negara-negara tetangga. Kabut akibat kebakaran ini mencapai Malaysia dan Singapura pada bulan Juli, dan kualitas udara secara dramatis menjadi memburuk pada bulan September, memicu berbagai keluhan


SEBAB KEBAKARAN HUTAN


Kebakaran hutan terjadi karena faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam biasa terjadi pada musim kemarau ketika cuaca sangat panas. Namun, sebab utama dari kebakaran adalah pembukaan lahan yang meliputi:

  • Pembakaran lahan yang tidak terkendali sehingga merembet ke lahan lain

Pembukaan lahan tersebut dilaksanakan baik oleh masyarakat maupun perusahaan. Namun bila pembukaan lahan dilaksanakan dengan pembakaran dalam skala besar, kebakaran tersebut sulit terkendali. Pembukaan lahan dilaksanakan untuk usaha perkebunan, HTI, pertanian lahan kering, sonor dan mencari ikan. pembukaan lahan yang paling berbahaya adalah di daerah rawa/gambut.

  • Penggunaan lahan yang menjadikan lahan rawan kebakaran, misalnya di lahan bekas HPH dan di daerah yang beralang-alang.

  • Konflik antara pihak pemerintah, perusahaan dan masyarakat karena status lahan sengketa Perusahaan-perusahaan kelapa sawit kemudian menyewa tenaga kerja dari luar untuk bekerja dan membakar lahan masyarakat lokal yang lahannya ingin diambil alih oleh perusahaan, untuk mengusir masyarakat. Kebakaran mengurangi nilai lahan dengan cara membuat lahan menjadi terdegradasi, dan dengan demikian perusahaan akan lebih mudah dapat mengambil alih lahan dengan melakukan pembayaran ganti rugi yang murah bagi penduduk asli.

  • Dalam beberapa kasus, penduduk lokal juga melakukan pembakaran untuk memprotes pengambil-alihan lahan mereka oleh perusahaan kelapa sawit.

  • Tingkat pendapatan masyarakat yang relatif rendah, sehingga terpaksa memilih alternatif yang mudah, murah dan cepat untuk pembukaan lahan

  • Kurangnya penegakan hukum terhadap perusahaan yang melanggar peraturan pembukaan lahan

Penyebab kebakaran lain, antara lain:

  • Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.

  • Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan.

  • Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung berapi.

  • Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau

Hutan-hutan tropis basah yang belum terganggu umumnya benar-benar tahan terhadap kebakaran dan hanya akan terbakar setelah periode kemarau yang berkepanjangan. Sebaliknya, hutan-hutan yang telah dibalak, mengalami degradasi, dan ditumbuhi semak belukar, jauh lebih rentan terhadap kebakaran.

Sabtu, 10 November 2007

Harga Diri pada Anak Balita

Self-esteem in young children under five

Istilah bayi, bocah, anak dan orang dalam naskah ini tidak menyebutkan jenis kelamin.

Harga diri itu apa?
Harga diri itu hal menyukai diri. Ini bukan keangkuhan atau kesombongan, tapi percaya
akan diri dan tindakan Anda.

Harga diri itu cara merasakan diri sebagai orang dan menyadari bahwa ada yang bisa
dilakukannya dengan baik – dengan kata lain, tentang jati diri dan perbuatan.

Sebagian dari harga diri adalah perasaan mendapat tempat di dunia ini dan merupakan
bagian keluarga yang mengistimewakannya, mengetahui tentang asal-usulnya dan
mempunyai kepercayaan diri untuk masa depan. Ini bisa sulit bagi anak yang datang
dari negara lain dan kehilangan hubungan dengan asal-usulnya. Juga bisa sulit bagi
anak yang terjebak dalam perpisahan keluarga bila mereka terpisahkan dari keluarga
dan riwayat anggota keluarganya itu.

Mengapa harga diri itu penting?
• Di dalam setiap budaya ada taraf dasar harga diri yang diperlukan.
• Harga diri membantu orang merasa mampu mengembangkan keterampilannya dan
berguna bagi masarakat.
• Penelitian menyatakan bahwa orang perlu akan harga diri yang baik guna merasa
yakin berbuat sesuatu dan mengunakan kemampuan dan bakatnya sebaik-baiknya.
• Harga diri yang rendah bisa berkaitan dengan kesehatan seperti stres, sakit jantung
dan bertambahnya ulah ‘nakal’.

Jadi perlulah untuk mengembangkan harga diri anak dari saat mereka lahir. Di dalam
budaya mana pun anak perlu akan tempat dalam keluarga dan juga perlu mengetahui
mereka dicintai karena keistimewaan mereka.

Perbedaan budaya
Ada orang dari budaya tertentu yang beranggapan bahwa merasa baik akan kelompok
atau masarakat itu penting tapi akan diri sendirinya tidak. Orangtua demikian mungkin
takkan memuji atau mendorong semangat karena takut anaknya menjadi puas akan diri
sendiri dan menghambat usaha lebih keras.

Ada budaya yang beranggapan bahwa memuji itu menjadikan anak ‘sombong’, namun
memiliki kepercayaan diri dan harga diri bukan berarti meninggalkan nilai-nilai budaya, Indonesian
[AHS-7075]

A combined project of
Child and Youth Health (SA) NSW Multicultural Health Communication Service
[ 2 / 3 ]
malah bisa menambahinya. Anak yang merasa baik biasanya berusaha lebih keras
ketimbang yang tidak.

Berkembangnya harga diri
Anak kecil memandang dirinya sendiri ‘lewat kacamata orangtuanya’. Kalau orangtua
menganggap anaknya istimewa, menyenangkan serta menunjukkan dan sering
menyatakannya, harga dirinya akan berkembang. Jika terus mendapat kesan bahwa si
anak tidak menyenangkan atau menjengkelkan, dia akan merasa buruk tentang dirinya.

Yang bisa dilakukan orangtua
Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan guna membina harga diri anak.
• Dekaplah bayi atau bocah Anda dan nyatakan cinta Anda. Tunjukkan kegembiraan
Anda akan keberadaannya.
• Luangkan waktu untuknya, dengarkan saat dia mulai berbicara, hibur bila menangis
dan bermainlah dengannya.
• Biarlah anak merasa diperlukan di dalam keluarga dan biarkanlah dia membantu
sekadarnya, misalnya membawakan sesuatu.
• Bantulah agar berhasil. Perhatikanlah bila bermain dan bantulah bila diperlukannya.
• Ikutkanlah anak ke dalam keluarga besar, bantulah berkenalan dengan sanak-
saudaranya dan ceritakan keluarga Anda dan riwayatnya.
• Lanjutkanlah kebiasaan keluarga, misalnya bercerita sebelum masuk tidur, ciuman
perpisahan dan hal lain yang khusus terdapat dalam keluarga Anda.
• Biarkan dia belajar hal baru. Tunjukkan bahwa Anda mempercayai kemampuannya.

Harga Diri Orangtua
• Anak melihat dan belajar dari yang dilakukan orangtuanya. Tunjukkan kepadanya
macam orang yang Anda inginkan darinya.
• Seorang yang tidak punya apa-apa tentu tidak bisa memberi, jadi Anda tidak bisa
memberi kepercayaan diri bila Anda merasa buruk terhadap diri Anda. Maka
pentinglah untuk menjaga keperluan Anda sendiri demi anak.

Saran khusus bagi orangtua
• Adalah suatu cara yang baik kalau anak dibiarkan tahu bahwa Anda merasa baik.
• Luangkan waktu bagi diri sendiri dan lakukan hal yang Anda sukai dan banggakan.
• Luangkan waktu bagi teman yang mendukung dan menjadikan Anda merasa baik.
• Kalau mempunyai suami, yakinkanlah ada waktu bersama dengan dia.

Catatan: Kalau anak sering dihukum atau dimaki-maki, dia cenderung menjadi malu
atau kasar. Bila merasa marah kepada anak, menjauhlah hingga Anda merasa tenang
tapi kalau sering terjadi mintalah bantuan, demi anak maupun Anda sendiri.

Untuk bantuan dan keterangan lebih lanjut hubungilah:
• Puskesmas Anak Balita (Early Childhood Health Centre)
• Tresillian Telephone HelpLine (siang malam)
• Karitane Care Line (siang malam)
Indonesian
[AHS-7075]

A combined project of
Child and Youth Health (SA) NSW Multicultural Health Communication Service
[ 3 / 3 ]
Naskah ini berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Child and Youth Health (SA)
(www.cyh.com) dan disetujui oleh NSW Health.

Bila perlu menelepon dalam bahasa Inggris, hubungilah Layanan Penterjemah Lisan
dan Tulisan TIS lewat 131 450.

Pada jaringan Multicultural Communication di http://mhcs.health.nsw.gov.au bisa Anda
temukan lebih banyak lagi keterangan kesehatan berbahasa Indonesia.

Nomor telepon ini betul saat sebaran dicetak tetapi tidak terus diperbaharui bila ada
perubahan. Mungkin masih harus Anda tengok di buku telepon.

Jumat, 09 November 2007

BUDIDAYA KELAPA


Kelapa

( Cocos nucifera )

1.1. Sejarah Singkat

Kelapa merupakan tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Palmae. Ada dua pendapat mengenai asal usul kelapa yaitu dari Amerika Selatan menurut D.F. Cook, Van Martius Beccari dan Thor Herjerdahl dan dari Asia atau Indo Pasific menurut Berry, Werth, Mearil, Mayurathan, Lepesma, dan Pureseglove. Kata coco pertama kali digunakan oleh Vasco da Gama, atau dapat juga disebut Nux Indica, al djanz al kindi, ganz-ganz, nargil, narlie, tenga, temuai, coconut, dan pohon kehidupan.

1.2. Sentra Penanaman

Kelapa banyak terdapat di negara-negara Asia dan Pasifik yang menghasilkan 5.276.000 ton (82%) produksi dunia dengan luas ± 8.875.000 ha (1984) yang meliputi 12 negara, sedangkan sisanya oleh negara di Afrika dan Amerika Selatan. Indonesia merupakan negara perkelapaan terluas (3.334.000 ha tahun 1990) yang tersebar di Riau, Jateng, Jabar, Jatim, Jambi, Aceh, Sumut, Sulut, NTT, Sulteng, Sulsel dan Maluku, tapi produksi dibawah Philipina (2.472.000 ton dengan areal 3.112.000 ha), yaitu sebesar 2.346.000 ton.

1.3. Jenis Tanaman

Kelapa (Cocos nucifera) termasuk familia Palmae dibagi tiga: (1) Kelapa dalam dengan varietas viridis (kelapa hijau), rubescens (kelapa merah), Macrocorpu (kelapa kelabu), Sakarina (kelapa manis, (2) Kelapa genjah dengan varietas Eburnea (kelapa gading), varietas regia (kelapa raja), pumila (kelapa puyuh), pretiosa (kelapa raja malabar), dan (3) Kelapa hibrida

1.4. Manfaat Tanaman

Kelapa dijuluki pohon kehidupan, karena setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan seperti berikut: (1) sabut: coir fiber, keset, sapu, matras, bahan pembuat spring bed; (2) tempurung: charcoal, carbon aktif dan kerajinan tangan; (3)daging buah: kopra, minyak kelapa, coconut cream, santan, kelapa parutan kering(desiccated coconut); (4) air kelapa: cuka, Nata de Coco; (5) batang klelapa: bahan bangunan untuk kerangka atau atap; (6) daun kelapa: Lidi untuk sapu, barang anyaman (dekorasi pesta atau Mayang); (7) nira kelapa: gula merah (kelapa)

II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim

  1. Kelapa tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan antara 1300-2300 mm/tahun, bahkan sampai 3800 mm atau lebih, sepanjang tanah mempunyai drainase yang baik. Akan tetapi distribusi curah hujan, kemampuan tanah untuk menahan air hujan serta kedalaman air tanah, lebih penting daripada jumlah curah hujan sepanjang tahun.

  2. Angin berperan penting pada penyerbukan bunga (untuk penyerbukannya bersilang) dan transpirasi tanaman.

  3. Kelapa menyukai sinar matahari dengan lama penyinaran minimum 120 jam/bulan sebagai sumber energi fotosintesis. Bila dinaungi, pertumbuhan tanaman muda dan buah akan terlambat.

  4. Kelapa sangat peka pada suhu rendah dan tumbuh paling baik pada suhu 20-27 derajat C. Pada suhu 15 derajat C, akan terjadi perubahan fisiologis dan morfologis tanaman kelapa.

  5. Kelapa akan tumbuh dengan baik pada rH bulanan rata-rata 70-80% minimum 65%. Bila rH udara sangat rendah, evapotranspirasi tinggi, tanaman kekeringan buah jatuh lebih awal (sebelum masak), tetapi bila rH terlalu tinggi menimbulkan hama dan penyakit

2.2. Media Tanam

  1. Tanaman kelapa tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti aluvial, laterit, vulkanis, berpasir, tanah liat, ataupun tanah berbatu, tetapi paling baik pada endapan aluvial.

  2. Kelapa dapat tumbuh subur pada pH 5-8, optimum pada pH 5.5-6,5. Pada tanah dengan pH diatas 7.5 dan tidak terdapat keseimbangan unsur hara, sering menunjukkan gejala-gejala defisiensi besi dan mangan.

  3. Kelapa membutuhkan air tanah pada kondisi tersedia yaitu bila kandungan air tanah sama dengan laju evapotranspirasirasi atau bila persediaan air ditambah curah hujan selama 1 bulan lebih besar atau sama dengan potensi evapotranspirasi, maka air tanah cukup tersedia. Keseimbangan air tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah terutama kandungan bahan organik dan keadaan penutup tanah. Jeluk atau kedalaman tanah yang dikehendaki minimal 80-100 cm.

  4. Tanaman kelapa membutuhkan lahan yang datar (0-3%). Pada lahan yang tingkat kemiringannya tinggi (3-50%) harus dibuat teras untuk mencegah kerusakan tanah akibat erosi, mempertahankan kesuburan tanah dan memperbaiki tanah yang mengalami erasi.

2.3. Ketinggian Tempat
Tanaman kelapa tumbuh baik didaerah dataran rendah dengan Ketinggian yang optimal 0-450 m dpl. Pada ketinggian 450-1000 m dpl waktu berbuah terlambat, produksi sedikit dan kadar minyaknya rendah.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

3.1.1. Persyaratan Benih

Syarat pohon induk adalah berumur 20-40 tahun, produksi tinggi (80-120 butir/pohon/tahun) terus menerus dengan kadar kopra tinggi (25 kg/pohon/tahun), batangnya kuat dan lurus dengan mahkota berbentuk sperical (berbentuk bola) atau semisperical, daun dan tangkainya kuat, bebas dari gangguan hama dan penyakit.

Ciri buah yang matang untuk benih, yaitu umur ± 12 bulan, 4/5 bagian kulit berwarna coklat, bentuk bulat dan agak lonjong, sabut tidak luka, tidak mengandung hama penyakit, panjang buah 22-25 cm, lebar buah 17-22 cm, buah licin dan mulus, air buah cukup, apabila digoncang terdengar suara nyaring.

3.1.2. Penyiapan Benih

Seleksi benih sesuai persyaratan, istirahatkan benih selama ± 1 bulan dalam gudang dengan kondisi udara segar dan kering, tidak bocor, tidak langsung terkena sinar matahari dan suhu udara dalam gudang 25-27 derajat C dan dilakukan dengan menumpuk buah secara piramidal tunggal setinggi 1 meter dan diamati secara rutin.

3.1.3. Teknik Penyemaian Benih

  1. Pembibitan

    1. Syarat lokasi persemaian: topografi datar, drainase baik, dekat sumber air dengan jumlah cukup banyak, dekat lokasi penanaman.

    2. Persiapan bedengan atau polybag
      Olah tanah sampai gembur sedalam 30-40 cm, bentuk bedengan dengan lebar 2 m, tinggi 25 cm dan panjang tergantung lahan dengan jarak antar bedengan 60-80 m. Untuk polybag, terbuat dari polyethylene/poliprophylene berwarna hitam dengan ukuran 50 x 40 cm dan tebal 0.2 mm, bagian bawah berlubang diameter 0.5 cm dengan jarak antar lubang 7.5 cm sebanyak 48 buah untuk aerasi dan drainase dan diisi dengan tanah top soil halus (bila tanah berat harus dicampur pasir 2:1) setinggi 2/3.

    3. Pendederan, dengan menyayat benih selebar ± 5 cm pada tonjolan sabut sebelah tangkai berhadapan sisi terlebar dengan alat yang tajam dan jangan diulang.

    4. Desifektan benih dengan insektisida dan fungisida (Azodrin 60 EC 0.1% dan difolatan 4F 0.1%) selama dua menit.

    5. Tanam benih dalam tanah sedalam 2/3 bagian dengan sayatan menghadap keatas dan mikrofil ke timur.

    6. Penanaman dengan posisi segitiga bersinggungan. Setiap satu meter persegi dapat diisi 30 - 35 benih atau 25.000 butir untuk areal 1 hektar.
      - Lama pembibitan 5-7 bulan; jarak tanam 60x60x60 cm; jumlah bibit 24.000/ha.
      - Lama pembibitan 7-9 bulan; jarak tanam 60x60x60 cm; jumlah bibit 17.000/ha.
      - Lama pembibitan 9-11 bulan; jarak tanam 60x60x60 cm; jumlah bibit 1.000/ha.

    7. Bila disemai di bedengan, maka setelah benih berkecambah (panjang tunas 3-4 cm) perlu dipindahkan ke polybag.

    8. Persemaian di polybag berlangsung selama 6-12 bulan, berdaun ± 6 helai dan tinggi 90-100 cm.

  2. Pembibitan Kitri

    1. Syarat tempat: tanah datar, terbuka, dekat sumber air, dekat arel pertanaman, cukup subur dan mudah diawasi

    2. Cara membuat bedengan:
      - Tanah diolah sedalam 30-40 cm, dibersihkan dari gulma/batuan dan digemburkan.
      - Bentuk bedengan berukuran 6 x 2 x 0.2 meter dengan jarak antar bedengan 80 cm, sebagai saluran drainase.

    3. Mengajir: Mengajir sesuai dengan jarak tanam bibit yaitu 60 x 60 x 60 cm.

    4. Menanam kecambah:
      - Menanam kecambah sesuai dengan besarnya benih.
      - Menanam kecambah dalam lubang dengan tertanam sampai pangkal plumula.

3.1.4. Pemeliharaan Penyemaian

Pemeliharaan saat pendederan, meliputi:

  1. Penyiraman, dilakukan dengan menggunakan gembor atau springkel pada dua hari I 5 liter/m2/hari, tiap pagi dan sore, dan Selanjutnya 6 liter/m2/hari. Untuk mengetahui cukup tidaknya penyiraman, maka setelah 2 jam pada bagian sayatan ditekan dengan ibu jari, apabila keluar air maka penyiraman telah cukup.

  2. Pembersihan rumput-rumputan untuk mencegah adanya inang hama dan dan penyakit.

Pemeliharaan pada saat pembibitan, yaitu:

  1. Penyiraman, dilakukan sampai jenuh, selanjutnya dapat disiram dengan gembor, selang atau spingkel pada pagi dan sore hari. Kebutuhan penyiraman per polybag per hari, tergantung pada umur bibit.

  2. Proteksi, dengan pemberian insektisida atau fungisida dengan dosis rata-rata 2 cc/liter dan disemprotkan pada tanaman sampai basah dan merata.

  3. Penyiangan gulma, dilakukan setiap satu bulan sekali, dengan mekanis maupun herbisida.

  4. Pemupukan, yaitu Nitrogen, Phosphat, Kalium dan Magnesium yang dilakukan setiap bulan sekali dengan mencampurakannya kedalam tanah polybag setebal 3 cm.

  5. Seleksi bibit, meliputi: memisahkan tanaman yang kerdil, terkena penyakit dan hama dan dilakukan terus menerus dengan interval 1 bulan setelah bibit berumur 1 bulan Syarat-syarat bibit yang baik:

3.1.5. Pemindahan Bibit

Pemindahan bibit sebaiknya saat musim hujan, dengan cara:

  1. Bibit kitri; dipindahkan dalam bentuk bibit cabutan yang dibongkar dari persemaian bibit. Umur bibit sewaktu pemindahan telah mencapai 9-12 bulan. Pemindahan harus hati-hati dan dijaga kitri dalam keadan utuh.

  2. Bibit polybag; dipindahkan pada umur 9-12 bulan. Dua sampai tiga hari sebelum dipindahkan akar yang keluar dari polybag harus dipotong.

3.2. Pengolahan Media Tanam

3.2.1.Persiapan
Persiapan yang diperlukan adalah persiapan pengolahan tanah dan pelaksanaan survai. Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan tanah, menentukan kebutuhan tenaga kerja, bahan paralatan dan biaya yang diperlukan.

3.2.2. Pembukaan Lahan

  1. Lahan berupa hutan. Kegiatan yang dilakukan meliputi: (a) Penebasan semak atau perdubahkan apabila memungkinkan didongkel, dikumpulkan, dikeringkan dan dibakar, (b) Penebangan pohon, dengan tinggi penebangan tergantung besarnya pohon.

  2. Lahan tanaman kelapa tua. Pohon kelapa tua ditebang pada leher akar. Apabila memungkinkan batang kelapa dapat dijual sebagai bahan bangunan.

  3. Areal alang-alang.

Tindakan yang dilakukan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

    1. Alang-alang tinggi <>

      • Babat alang-alang menjadi ± 20 cm, selanjutnya dibiarkan agar tumbuh kembali sampai 30-40 cm.

      • Semprot dengan herbisida yang mengandung bahan aktif glyphosate (Round up) sebanyak 5 liter, 2,4 diamine, MSMA, dan Dowpon. Pengguanan Round up untuk tiap hektar diperlukan.

      • Setelah dua minggu, lakukan penyemprotan koreksi dengan cara spot spraying menggunakan round up sebanyak 0.5 liter per hektar

    2. Alang-alang tinggi >80 cm; Seperti pada point 2 dan 3 untuk alang-alang <>

  1. Lahan bekas pertanian
    Tidak perlu pembuakaan lahan lagi, dan dapat langsung dilakukan tindakan-tindakan pengajiran, pembuatan lubang tanam, penanaman legume dan tindakan lain yang diperlukan selanjutnya.

3.2.3. Pembentukan Bedengan
Bedengan dibuat melingkar lokasi dengan diameter 200 cm untuk mencegah hujan masuk ke leher batang tanaman bibit.

3.2.4. Pengapuran
Pengapuran dilakukan apabila tanah mempunyai keasaman yang tinggi. Pengapuran dilakukan pada tanah sampai pH 6-8.

3.2.5. Pemupukan
Pemupukan menggunakan pupuk TSP sebanyak 300 gram untuk tiap lubang (lokasi yang ditanami) dengan cara dicampurkan pada tanah top soil yang berada di sebelah utara lubang, kemudian memasukkan tanah tersebut dalam lubang.

3.3. Teknik Penanaman

3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Sistem tanam yang baik yaitu sistem tanam segi tiga karena pemanfatan lahan dan pengambilan sinar matahari akan maksimal. Jarak tanam 9 x 9 x 9 meter, dengan pola ini jumlah tanaman akan lebih banyak 15% dari sistem bujur sangkar.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam

Pembuatan lubang tanam dilakukan paling lambat 1-2 bulan sebelum penanaman untuk menghilangkan keasaman tanah, dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm sampai dengan 100 x 100 x 100 cm. Pembuatan lubang pada lahan miring (>20o) dilakukan dengan pembuatan teras individu selebar 1.25 m ke arah lereng diatasnya dan 1 m ke arah lereng di bawahnya. Teras dibuat miring 10 derajat ke arah dalam.

3.3.3. Cara Penanaman

Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, setelah hujan turun secara teratur dan cukup untuk membasahi tanah; waktu penanaman adalah pada bulan setelah curah hujan pada bulan sebelumnya mencapai 200 mm. Adapun cara penanaman adalah sebagai berikut:

  1. Top soil dicampur dengan pupuk phospat 300 gram per lubang dan dimasukkan ke lubang tanam.

  2. Polybag dipotong melingkar pada bagian bawah, dimasukkan ke lubang tanam, dan dibuat irisan sampai ke ujung, bejkas polybag selanjutnya digantungkan pada ajir untuk meyakinkan bahwa polybag sudah dikeluarkan dari lubang tanam. Arah penanaman harus sama.

  3. Bibit ditimbuan tanah yang berada di sebelah selatan dan utara lubang, dipadatkan dengan ketebalajn 3-5 cm diatas sabut bibit kelapa.

  4. Kebutuhan bibit 1 ha, apabila jarak tanam 9 x 9x 9 m , segitiga sama sisi, adalah 143 batang dan bibit cadangan yang harus disediakan untuk sulaman 17 batangj, sehingga jumlah bibit yang harus disediakan 160 batang.

3.3.4. Lain-lain

  1. Pemberian mulsa.
    Setelah di tanam, tanah sekitar tanjaman ditutup dengan mulsa (daun-daunan hijau dari semak-semak, lalang atau rumput-rumputan lainnya dan juga jerami).

  2. Penanaman tanaman penutup
    Dilakukan sebelum musim hujan dengan famili Legminosae (Legume Cover Crop, LCC) agar biji penutup tanah tidak membusuk. Keuntungannya menekan pertumbuhan gulma dan perkembangan hama Oryctes rhinoceros, memperbaiki kandungan nitrogen dan memperbaiki struktur tanah, mengurangi penguapan, mencegah erosi dan menahan aliran permukaan, memperkecil amplitudo temperatur siang dan malam.

3.4. Pemeliharaan Tanaman

3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman

Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang tumbuh kerdil terserang hama dan penyakit berat dan mati, dilakukan pada musim hujan setelah tanaman sebelumnya didongkel dan dibakar pada musim kemarau. Kebutuhan tanaman tergantung pada iklim dan intensitas pemeliharaan biasanya untuk 143 batang/Ha 17 batang.

3.4.2. Penyiangan

Penyiangan dilakukan pada piringan selebar 1 meter pada tahun, tahun kedua 1,5 meter, dan ketiga 2 meter. Caranya menggunakan koret atau parang yang diayunkan ke arah dalam, memotong gulma sampai batas permukaan tanah dengan interval penyiangan 4 minggu sekali (musim hujan) atau 6 minggu-2 bulan sekali (musim kemarau).

3.4.3. Pembubunan
Dilakukan setelah tanaman menghasilkan dengan cara menimbunkan tanah dibagian atas permukaan sekitar pohon hingga menutup sebagian batang pohon yang dekat dengan akar.

3.4.4. Perempalan
Dilakukan terhadap daun dan penutup bunga yang telah kering (berwarna coklat), dengan cara memanjat pohon kelapa ataupun dibiarkan sampai jatuh sendiri.

3.4.5. Pemupukan

Pemupukan dilakukan apabila tanah tidak dapat memenuhi unsur hara yang dibutuhkan.
a) Pada umur 1 bulan diberi 100 gram urea/pohon menyebar pada jarak 15 cm dari pangkal batang.
b) Selanjutnya 2 kali setahun yaitu pada bulan April/mei (akhir musim hujan) dan bulan Oktober/Nopember (awal musim hujan).

Cara pemberian pupuk:

  1. menyebar dalam lingkaran mengeliling tanaman.

  2. Pupuk N, K, Mg diberikan bersamaan sedangkan P 2 minggu sebelumnya.

  3. Sebelum pupuk nitrogen diberikan, tanah digemburkan untuk menghindari pencampuran dengan pupuk phospat karena dapat merugikan. Pada tanaman belum menghasilkan disebarkaan 30 cm dari pangkal batang sampai pinggir tajuk.

  4. Tutup dengan tanah daerah penyebaran pupuk.

Dosis pupuk tanaman kelapa sesuai umur tanaman (gram/pohon):

  1. Saat tanam: RP = 100 gram/pohon.

  2. Satu bulan setelah tanaman: Urea = 100 gram/pohon, TSP = 100 gram/pohon, KCl = 100 gram/pohon, Kieserite = 50 gram/pohon.

  3. Tahun pertama

    1. Aplikasi I: Urea = 200 gram/pohon, KCl = 300 gram/pohon, Kieserite 100 gram/pohon.

    2. Aplikasi II: Urea = 200 gram/pohon, TSP = 250 gram/pohon, KCl = 300 gram/pohon, Kieserite = 100 gram/pohon, Borax = 10 gram/pohon

  4. Tahun Kedua

    1. Aplikasi I: Urea = 350 gram/pohon, KCl = 450 gram/pohon, Kieserite = 150 gram/pohon.

    2. Aplikasi II: Urea = 350 gram/pohon, TSP = 600 gram/pohon, KCl = 450 gram/pohon, Kieserite = 150 gram/pohon dan Borax 25 gram/pohon.

  5. Tahun ketiga

    1. Aplikasi I: Urea = 500 gram/pohon, KCl = 600 gram/pohon, Kieserite = 200 gram/pohon.

    2. Aplikasi II: Urea = 500 gram/pohon, TSP = 800 gram/pohon, KCl = 600 gram/pohon dan Kieserite = 200 gram/pohon.

  6. Tahun Keempat

    1. Aplikasi I: Urea = 500 gram/pohon, KCl = 600 gram/pohon, Kieserite = 200 gram/pohon.

    2. Aplikasi II: Urea = 500 gram/pohon, TSP = 800 gram/pohon, KCl = 600 gram/pohon dan Kieserite = 200 gram/pohon.

3.4.6. Pengairan dan Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada musim kemarau untuk mencegah kekeringan dilakukan dua atau tiga hari sekali pada waktu sore. Caranya dengan mengalirkan air melalui parit-parit di sekitarbedengan atau dengan penyiraman langsung.

3.4.7. Waktu Penyemprotan Pestisida
Dilakukan setiap 20 hari dengan mengggunakan Sevin 85 WP, Basudin 10 gram, Bayrusil 25 EC dengan kosenttrasi 0.4% setip 10 hari atau 0.6% setiap 20 hari. Caranya menggunakan sprayer.

3.4.8. Lain-lain

Perbaikan saluran drainase/cuci parit/kuras got dilakukan awal musim hujan dengan cara: memabat gulma dalam parit, menggaruk gulma pada dinding saluran dengan cangkul, dikumpulkan ditengah, pisahkan gulma dengan tanah dengan cara menghempas-hempaskan gulma dengan cangkul dan keluarkan semua kotoran dari parit, angkat tanah yang longsor kedalam parit, bentuk parit sesuai dengan ukuran, usahakan air dapat mengalir dengan baik, Pengerjaan dimulai dari muara ke hulu.

Ada beberapa cara melakukan sanitasi dalam budidaya tanaman kelapa, antara lain:

  1. Cara sanitasi Gawang

    1. membakar sisa-sisa kayu pada gawangan dengan hati-hati.

    2. mengumpulkan sampah dan sisa-sisa kayu pada gawangan dengan tinggi tidak lebih 40 cm, luas tumpukan 1 x 1 meter.

  2. Cara sanitasi pohon

    1. membebaskan mahkota pohon dari segala kotoran dan bahan-bahan kering pada gawangan.

    2. Membakar dengan hati-hati.

3.5. Hama dan Penyakit

3.5.1. Hama Perusak Pucuk

  1. Kumbang nyiur (Oryctes Rhinoceros)
    Ciri: bentuk kumbang dengan ukuran 20-40 mm warna hitam dengan bentuk cula pada kepala Gejala: (1) hama ini merusak tanaman yang berumur 1-2 tahun; (2) tanaman berumur 0-1 tahun, lubang pada pangkal batang dapat menimbulkan kematian titik tumbuh atau terpuntirnya pelepah daun yang dirusak; (3) pada tanaman dewasa terjadi lubang pada pelepah termuda yang belum terbuka; (4) ciri khas yang ditimbulkan yaitu janur seperti digunting berbentuk segi tiga; (5) stadium yang berbahaya adalah stadium imago (dewasa) yang berupa kumbang; Pengendalian: (1) sanitasi kebun terhadap sisa-sisa tebangan batang kelapa; (2) menggunakan virus Bacullovirus oryctes dan Mettarrizium arrisophiae; (3) memberikan carbofura (furadan 3G) atau carbaryl (sevin 5G) 10/pohon dengan interval 2 bulan sekali.

  2. Kumbang sagu (Rhynchophorus ferruginous)
    Ciri: imago, berbentuk kumbang dengan masa perkembangan 11-18 hari. Ciri khas nya adalah tinggal di kokon sampai keras. Gejala: merusak akar tanaman muda, batang dan tajuk, pada tanaman dewasa merusak tajuk, gerekan pada pucuk menyebabkan patah pucuk, liang gerekan keluar lendir berwarna merah coklat. Pengendalian: (1) hindari perlukaan, bila luka dilumuri ter; (2) potong dan bakar tanaman yang terserang; (3) sanitasi kebun; (4) secara kemis dengan insektisida Thiodan 35 EC 2-3 cc/liter larutan, Basudin 10 G dan sevin 85 SP pada luka dan diperkirakan ada serangan Kumbang sagu;

3.5.2. Hama Perusak Daun

  1. Sexava sp
    Ciri: belalang sempurna dengan ukuran 70-90 mm, berwarna hijau kadang-kadang coklat. Masa perkembangan 40 hari. Gejala: (1) merusak daun tua dan dalam keadaan terpaksa juga merusak daun muda, kulit buah dan bunga-bunga; (2) merajalela pada musim kemarau; (3) pada serangan yang hebat daun kelapa tinggal lidi-lidinya saja.
    Pengendalian: (1) cara mekanis: menghancurkan telur dan nimfanya, menangkap belalang (di Sumatera dengan perekat dicampur Agrocide, Lidane atau HCH, yang dipasang sekeliling batang) untuk menghalangi betina bertelur di pangkal batang dan menangkap nimfa yang akan naik ke pohon; (2) cara kultur teknis: menanam tanaman penutup tanah (LCC), misalnya Centrosema sp., Calopogonium sp., dan sebagainya; (3) cara kemis: menyrmprot dengan salah satu atau lebih insektisida, seperti BHC atau Endrin 19,2 EC 2cc/liter air, menyemprotkan disekitar pangkal batang sampai tinggi 1 meter, tanah sekitar pangkal batang diameter 1,5 m 6 liter/pohon. Insektisida lain yang dapat digunakan: Sumithion 50 EC, Surecide 25 EC, Basudin 90 SC atau Elsan 50 EC; (4) cara biologis: menggunakan parasit Leefmansia bicolor tapi hasilnya belum memuaskan.

  2. Kutu Aspidiotus sp
    Ciri: kutu berperisai, jantan bersayap dengan ukuran 1,5-2 betina, jantan 0,5 mm. Imago jantan berwarna merah/merah jambu dan betina berwarna kuning sampai merah. Gejala: (1) bercak-bercak kuning pada permukaan bagian bawah daun; (2) pada serangan berat daun berwarna merah keabu-abuan, tidak berkembang (tetap kecil), tidak tegak, kemudian tajuknya terkulai dan mati; (3) akibat serangan dalam waktu 2-5 tahun tidak mau berbuah. Pengendalian: menggunakan musuh alami yaitu predator Cryptognatha nodiceps Marshall atau parasit Comperiella unifasciata Ishii.

  3. Parasa lepida
    Ciri: kupu-kupu berentang sayap 32-38 mm berwarna kuning emas muda, masa pertumbuhan ± 375 hari. Gejala: memakan anak-anak daun sebelah bawah setempat-setempat, tetapi tidak sampai tembus, meninggalkan bekas ketaman/gigitan yang melebar sehingga tinggal urat-uratnya serta jaringan daun atas, ulat yang tua merusak daun dari pinggir ke tengah sampai lidinya, serangan hebat tinggal lidinya dan nampak gundul. Pengendalian: (1) menggunakan musuh alami parasit ulat Apanteles parasae; (2) kepompong dapat menggunakn lalat parasit Chaetexorista javana; (3) perogolan pohon yang terserang pada masa stadium ulat atau dengan mengumpulkan kepompongnya; (4) penyemprotan dengan insektisida Dimecron 50 EC. Suprecide 10 atau menyuntik batang dengan Ambush 2 EC 2-3 cc/liter air pada stadium larva konsentrasi.

  4. Darna sp
    Ciri: imago berbentuk kupu-kupu dengan rentang sayap 14-20 mm. Masa pertumbuhan 30-90 hari. Gejala: (1) pada musim kering, Meninggalkan bekas gigitan tidak teratur pada daun tua, pelepah daun terbawah terkulai; (2) daun-daun yang rusak hebat menjadi merah-sauh, kecuali pucuknya dan beberapa daun yang termuda; (3) tandan-tandan buah dan daun sebelah bawah terkulai bagaikan layu terutama kalau kering dan akhirnya bergantung kebawah di sisi batangnya. (4) buahnya gugur; (5) daun-daun mudak duduk seperti biasa, tetapi kadang-kadang mulai merah sauh. Hanya pucuknya dan daun-daun yang masih muda sekali yang utuh. Pengendalian: (1) mengadakan pronggolan daun dan kemudian membakarnya; (2) menggunakan parasit musuhnya yaitu parasit kepompong Chaetexorista javana, Ptycnomyaremota, Musca conducens; atau tabuhan-tabuhan parasit Chrysis dan Syntomosphyrum; (3) menyuntikkan pestisida Ambush 2 EC 2-3 cc/liter air atau penyemprotan pada stadium larva. Atau insektisida Agrothion 50 EC dengan konsentrasi 0,2-0.4%, Basudin 60 EC dengan konsentrasi 0,3%.

  5. Ulat Artona (Artona catoxantha)
    Gejala: (1) pada helaian daun terjadi kerusakan dengan adanya lubang seperti jendela kecil; (2) jika serangan berat, tajuk tanaman kelapa nampak layu dan seperti terbakar; (3) pada bagian bawah anak daun terlihat beberapa /bekas serangan menyerupai tangga, dengan tulang daun arahnya melintang seperti anak tangga; (4) stadium berbahaya adalah larva. Pengendalian: (1) jika setiap dua pelepah terdapat 5 atau lebih stadium hidup maka perlu dilakukan penangkasan semua daun, dan ditinggalkan hanya 3-4 lembar daun termuda; (2) menggunakan tawon kemit (Apanteles artonae) yang merusak ulat atau Ptircnomya dan Cardusia leefmansi; (3) menggunakan insektisida Ambush 2 EC 5 gram/hektar melalui suntikan batang ataupun penyemprotan pada stadium larva.

3.5.3. Hama Perusak Bunga

  1. Ngengat bunga kelapa (Batrachedra sp.)
    Gejala: lubang pada seludang bunga yang belum membuka, kemudian masuk ke dalam bunga jantan dan betina. Dalam waktu singkat bunga jantan menjadi kehitam-hitaman, bunga betina mengeluarkan getah dan akhirnya rontok. Pengendalian: (1) melabur lubang dengan Basudin 60 EC atau disemprot dengan BHC dengan konsentrasi 0,1%; (2) secara biologis dengan parasit Sylino sp.

  2. Ulat Tirathaba
    Ciri: ulat berwarna coklat kotor bergaris memanjang pada punggungnya, berukuran 22 mm. Masa keperidiannya 12-31 hari. Gejala: (1) bunga jantan berlubang-lubang lebih banyak dari bunga betina; (2) buah yang baru kadang berlubang-lubang; (3) banyak tahi ulat; (4) bunga-bunga jantan gugur dankotoran-kotoran lain melekat menjadi satu bergumpal-gumpal kecil; (5) bongkol bunga penuh kotaoran dan berbau busuk. Pengendalian: (1) mengumpulakn bunga-bunga yang terserang dan membakarnya; (2) pemotongan mayang dan membakarnya; (3) membersihan pangkal daun kelapa dari pupa dan larva; (4) menggunakan parasit hama yaitu Telenomus tirathabae yang merusak telur 6%, Apanteles Tirathabae membinasakan ulat muda 18-40%, lalat parasit Eryciabasivulfa membunuh ulat 6-3%, parasit kepompong Melachnineumon muciallae, Trichhospilus pupivora dan Anacryptus impulsator masing-masing mempunyai daya bunuh 10%, 2 % dan 3,5 %. Sejenis cecopet yaitu Exypnus pulchripenneis memakan ulat hidup-hidup; (5) menggunakan insektisida Sevin 85 S dengan menyemprotkan pada bagian bunga dan bagian pangkal daun.

3.5.4. Hama Perusak Buah

  1. Tikus pohon, Rattus rattus roque
    Ciri: hidup di tanah, pematang sawah, atau dalam rumah. Gejala: (1) buah kelapa berlubang dekat tampuknya.; (2) lubang pada sabut dan tempurung sama besarnya. Bentuk tidak rata kadang bulat, kadang melebar. Pengendalian: (1) memburu tikus, memasang perangkap atau umpan-umpan beracun; (2) sanitasi mahkota daun kelapa agar tidak menjadi sarang tikus.

  2. Tupai/ bajing, Callosciurus notatus dan C. Nigrovitatus
    Gejala: (1) menggerek buah kelapa yang sudah agak tua di bagian ujung buah; (2) lubang gerakan pada bagian tempurung bulat, tapi bagian serabut tidak rata; (3) isi buah habis dimakan 2-3 hari; (4) seekor bajing merusak 1-2 buah dalam 1 bulan. Pengendalian: sama dengan pemberantasan tikus.

3.5.5. Hama Perusak Bibit

  1. Anai-anai randu, Coptotermes curvignatus.
    Ciri: imago berwarna coklat-hitam (laron, kalekatu, siraru). Gejala: (1) anai-anai menyerang bibit dengan merusak sabut dari buah atau benih yang disemai. Serangan terjadi pada lahan lateris yang bertekstur pasir berlempung yang sarang; (2) bibit layu pucuknya kemudian mati. Pohon kelapa muda kadang-kadang pula mati pucuknya kemudian binasa. Pada batang sering nampak lorong anai-anai yang dibuat dari tanah, dari bawah menuju ke atas. Pengendalian:
    (1) pada waktu membuat persemaian dan membuka tanah, sisa-sisa tumbuhan disingkirkan/ dibakar; (2) membuat persemaian dengan diberi lapisan pasir sungai yang bersih dan tebal. Atau campur tanah dengan BHC 10% dengan dosis 65 kg/ha sebelum menyemai; (3) lakukan seedtreatment pada benih sebelum disemai dengan Azodin.

  2. Kumbang bibit kelapa (Plesispa reichei Chap)
    Ciri: imago berbentuk kumbang dengan masa keperidian 90 hari. Gejala: (1) daun bibit atau daun kelapa muda yang berumur 1-4 tahun mula-mula bergaris-garis yaitu bekas dimakan kumbang. Garis-garis bersatu menjadi lebar. Tempat-tempat tersebut membusuk atau kering; (2) daun kelapa dapat menjadi kering atau sobek-sobek seperti terkena angin kencang; (3) serangan yang hebat dapat mematikan bibit atau tanaman muda. Pengendalian: (1) pengambilan terhadap setiap stadium dengan tangan; (2) disemprot dengan Diacin 60 EC dengan dosis 1,5-2 cc/liter air; (3) berikan Furadan 3 G di polybag 2-5 gram per bibit; (4) cara biologis dengan parasit telur Oencyrtus corbetti dan Haeckliana brontispae atau tabuhan parasit larva dan kepompong Tetrastichodes plesispae.

  3. Belalang bibit kelapa, Valanga transiens
    Ciri: imago berwarna merah-sauh bersemu kuning. Kakinya kekuning-kuningan. Pada kaki belakang nampak 2 bercak hitam. Pada syap belakang, ayaitu yabng cerah tidak ada warna merah pada pangkalnya. Panjang belalang jantan 37-50 mm, sedang betina 55-60 mm. Gejala: (1) gigitan yang tidak beraturan pada daun kelapa bibit yang berada dibawah 1 tahun dan yang belum terbelah; (2) untuk bibit yang daunya telah membuka tidak terlalu menderita oleh serangan ini. Pengendalian: dengan menyemprotkan basudin 60 EC atau Dimecron 50 EC.

3.5.6. Penyakit Menyerang Bibit

  1. Penyakit bercak daun (Gray leaf spot); penyebab cendawan Pestalotia palmarum Cooke.
    Gejala: (1) timbul bercak-bercak yang tembus cahaya pada daun-daun dan kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan sampai kelabu; (2) bercak-bercak bersatu membentuk bercak yang lebih besar yang terdapat bintik-bintik yang terdiri dari acervuli cendawan. Pengendalian: bibit disemprot dengan fungisida misalnya Dithane M-45 atau Perenox dengan dosis 0.1-0.2 %.

  2. Penyakit busuk janur (spear rot)
    Penyebab: cendawan Fusarium sp. Gejala: (1) timbul becak-becak tembus cahaya pada permukaan daun yang kemudian segera menjadi coklat kekuningan dan sering bersatu membentuk becak yang lebih besar; (2) pada becak terdapat bintik-bintik yang terdiri acervuli cendawan; (3) daun yang terserang akan mati lebih cepat. Pengendalian: menyemprotan bibit atau tanaman muda dengan fungisida yang mengandung senyawa Cu, misalnya Bubur Bordo atau Koper Oxyclorida.

  3. Penyakit bercak daun (Brown leaf)
    Penyebab: cendawan Helminthosporium incurvatum. Gejala: (1) pada permukaan daun timbul bercak-bercak bulat kecil yang kemudian bertambah besar dan berubah warna menjadi coklat tua; (2) bercak-bercak tersebut kemudian berubah menjadi lonjong dan memanjang. Pengendalian: semprotlah bibit atau tanamanmuda yang baru dipindahkan dengan fungisida Difolatan 4F, Dithane M-45 atau Daconil 75 WP.

  4. Penyakit busuk kuncup (Pre-emergent shoot rot).
    Penyebab: cendawan Marasmius palmavirus. Gejala: (1) menyerang benih yang baru tumbuh. Pada stadium infeksi awal, bila sabutnya dibuka terlihat bercak-bercak dan lapisan miselia berwarna putih atau putih kemerah-merahan pada kuncup dan tepi bakal daun; (2) penyakit ini dapat timbul akibat benih yang ketularan, baik waktu di lapangan maupun waktu berkecambah. Pengendalian: (1) untuk mencegah infeksi pada benih, sebelum benih disemauikan sebaiknya didesinfektir dahulu dengan fungisida dengan jalan merendamnya di dalam larutan Difolatan 4F; (2) usahakan adanya sanitasi dan menghindarkan terjadinya kelembaban yang terlalu tinggi dipersemaian, karena cendawan ini akan berkembang baik pada kelembaban tinggi.

3.5.7. Penyakit Menyerang Tanaman Muda

  1. Penyakit busuk tunas (Bud rot); penyebab cendawan Phytophthora palmivora Buttler.
    Gejala: (1) mengeringnya daun-daun muda di tengah-tengah tajuk; (2) daun berwarna coklat dan patah pada pangkalnya; (3) pangkal membusuk, yang kemudian dapat mencapai titik tumbuh sehingga pertumbuhan tanaman terhenti dan mati; Pengendalian: belum diketahui cara penanggulangan yang tepat dan efektif.

  2. Penyakit sarang laba-laba (Leaf blotch); penyebab cendawan Corticium penicillatum.
    Gejala: (1) adanya becak-becak kecil basah, umumnya pada permukaan bawah daun bibit kelapa, berbentuk bulat, berdiameter kurang dari 3 mm dan berwarna coklat muda (2) bercak-becak meluas dengan cepat, dan warnanya berubah menjadi cokalt tua. Beberapa becak bersatu dan terjadi nekrosis besar memanjang tidak beraturan. Cara pencegahan: (1) semprotlah bibit atau tanaman muda dengan fungisida seperti Benlate, Dithane M-45, atau lainnya; (2) daun yang terserang sebaiknya dipotong dan dibakar; (3) hindarilah terjadinya kelembaban yang terlalu tinggi.

3.5.8. Penyakit Menyerang Tanaman yang Menghasilkan

  1. Penyakit pucuk busuk (Bud rot)
    Penyebab: cendawan Phythopthora palmivora, Erwinia sp., Bacillus sp., gangguan fisiologis dan akibat sembaran petir. Gejala: (1) pucuk atau tunas bakal daun mengalami pembusukan sebelum sempat tumbuh keluar. Pembusukan akan menjalar kebagian lainnya. Bila pangkal pelepah terkena, tanaman layu dan lambat laun mati; (2) pada tanaman tua, mahkota kelihatan menguning dan lambat laun berguguran mulai dari ujung. Buah-buah yang masih muda kemudian rontok. Pada kerusakan yang berat, mahkota daun gugur seluruhnya. Pengendalian: (1) bila nampak gejala ini, berilah bordo pasta 1% pada bagian yang diperkirakan terserang penyakit ini, sebelumnya telah dibersihkan terlebih dulu; (2) semprotkan bubur Bordo 1% atau fungisida lainnya seperti Koper oxyclorida, Dithane M-45 dan alin-lain untuk mencegah penularan.

  2. Penyakit layu Natuna
    Penyebab: Thielaviopsis sp., Botrydiplodia sp., Fusarium sp., Chlaropsis sp., bakteri Erwinia sp., dan Pseudomonas sp. Gejala: (1) layu yang muncul secara tiba-tiba pada seluruh bagian daun mahkota. Kemudian warna berubah menjadi kusam, pelepah-pelepah bergantungan dan akhirnya berguguran berikut tandan buahnya; (2) proses kematian sangat cepat 1-3 bualan sejak gejala awal mulai muncul. Pengendalaian: (1) penataan air tanah dengan membuat saluran-saluran drainase; (2) pengoalah tanah yang abik, berupa pemeliharaan, pemupukan dan pola tanam yang tepat; (3) karantina tanaman agar tidak terjadi lalu lintas gelap yang dapat mengakibatkan penyebaran penyakit dari satu daerah ke daerah lain; (4) menanam bibit yang sehat, subur dan kuat. Membongkar dan membinasakan tanaman yang terserang penyakit.

  3. Penyakit gejala layu kuning
    Penyebab: (1) faktor lingkungan yang jelek misalnya aera, genangan air dan kekeringan; (2) faktor kultur teknis, misalnya cara pengolahan tanah yang tidak menurut aturan, penggunaan pestisida yang tidak tepat, pemupukan yangkurang dan tidak teratur; (3) keadaan vegetasi, misalnya kebun banyak gulma dan kotor; (4) Faktor hama/penyakit yang berkembang biak tanpa terkontrol; (5) faktor fisiologis, misalnya gangguan pada akar akibat kondisi tanah yang kurang cocok, sehingga metabolisme tanaman terganggu. Gejala: (1) seluruh atau sebagian daun berwarna kuning terutama bila terkena sinar matahari; (2) tanaman tumbuh kerdil, makin ke pucuk ukuran pelepah dan daun makin kecil; (3) sebagian pelepah bagian atas kurus dan menekuk pada ujungnya dan sebagian pelepah bagian bawah menggantung dan kering; (4) bunga dan bakal buah jarang sekali. Buah muda berguguran dan sedikit sekali yang sanggup menjadi tua. Ukuran buah kecil dan bersegi-segi tidak teratur; (5) ukuran mayang yang tumbuh setelah pohon sakit lebih pendek dan kecil, merekah serta terbuka tidak sempurna. Adakalanya mayang yang masih terbungkus; (6) membusuk menyerupai serangan penyakit busuk. Pengendalian: dilaksanakan melalui perbaikan sanitasi, kultur teknis dan tindakan lain.

  4. Penyakit bercak daun
    Penyebab: cendawan Pestalotia sp., Gloeosporium sp., Helminthosphorium sp., Fusarium sp., Thielaviopsis sp., Curvularia sp., dan Botrydiplodia sp. Penyebaran penyakit ini melalui penyebaran spora melalui udara, air ataupun serangga. Gejala: (1) pada daun muda dan tua terdapat becak-becak dalam berbagai bentuk dan rupa; (2) pada berbagai bagian daun terjadi perubahan warna, mula-mula berupa bintik-bintik kuning, kemudian hijau yang berangsur hilang; (3) bintik-bintik meninggalkan bekas terang berupa warna tertentu seperti hitam, abu-abu dan coklat. Bagian tersebut kemudian kering karena jaringan mati; (4) bentuk pinggiran becak-becak tidak teratur, ada yang berupa lingkaran, oval, lonjong atau belah ketupat; (5) pada serangan berat seluruh mahkota dan daun kelihatan kering, daun-daun dalam keadaan mennutup. Pada tanaman yang telah berbuah, akibat tidak langsung buah-buah muda atau putik gugur sebelum waktunya. Pengendalian: (1) memotong bagian daun yang terserang, kemudian dibakar sampai habis; (2) tanaman disemprot dengan fungisida, misalnya Dithane M-45, Difotan 4F, Koper Oxychlorida atau Cobox 50, dengan konsentrasi 0.1-0.2 %.

  5. Penyakit rontok buah (Immature Nut Fall)
    Penyebab: cendawan Phythophthora palmivora. Gejala: (1) buah rontok; (2) pada bagian pangkal buah terdapat bagian yang busuk. Atau sebagi akibat cendawan Thielaviopsis paradoxa. Pengendalian: (1) pemupukan yang teratur dan pemberian air pada musim kemarau; (2) menyemprot tanaman yang terserang dengan fungisida yang mengandung Cu, misalnya bubur Bordo atau Koper Oxyclorida.

  6. Penyakit karat batang
    Penyebab: cendawan Ceratostomella paradoxa. Gejala: (1) batang menjadi rusak dan dari celah-celah batang yang berwarna karat akan keluar cairan, dimana jaringan pada bagian ini telah rusak; (2) terjadi gangguan fisiologis yang mempengaruhi pertumbuhannya. Pengendalian: menyayat atau mengerok bagian yang rusak, tutup dengan penutup luka (misalnya ter).

  7. Penyakit busuk akar
    Penyebab: cendawan Ganoderma lucidum. Gejala: pembusukan akar akibat permukaan air tanah yang dangkal, drainase jelek dan tata udara yang buruk. Pengendalian: perbaikan sifat-sifat fisik tanah dan pembuatan saluran-saluran drainase. Pohon yang terserang penyakit dibongkar dan dibakar pada tempat yang terpisah.

  8. Penyakit akar
    Penyebab: cendawan parasit yang kadang-kadang diperburuk pula dengan adanya gangguan nematoda parasit. Gejala: (1) adanya perubahan warna daun secara berangsur-angsur. Warna kuning pucat pada daun terbawah berangsur-angsur hilang ke bagian daun yang lebih muda; (2) ujung-ujung daun mengkerut dan banyak yang kering. Gejala ini seperti gejala defisiensi unsur hara, karena terjadinya gangguan transportasi dalam jaringan tanaman. Pengendalian: dengan cara kultur teknis dan sanitasi seperti yang dilakukan pada penyakit layu natuna.

3.5.9. Gulma

  1. Lalang (Imperata cylinddrica), pertumbuhan tinggi dapat mencapai 1-2 meter, penyebaran sangat cepat melalui rhyzoma (rimpang) maupun buahnya yang bersayap.

  2. Teki (Cyperus rotrendus)

  3. Lampuyangan (Panium repens)

  4. Pahitan (Paspalum konjugatum)

  5. Sembung rambat (Mikania cordata); tanaman ini mengeluarkan racun kepada tanaman lainmelalui cairan akarnya yang dapat menekan kegiatan bakteri pengikat nitrogen.

  6. Tahi ayam (Lantana camara)

  7. Kipahit (Euphathorium odorotum); tanaman ini dapat mencapai ketinggian 4-5

  8. eter dan berbentuk belukar.

Cara pemberantasan gulma, meliputi:

  1. Penyiangan secara mekanis: (1) clean weeding, pengendalian gulma secara keseluruhan pada areal pertanaman; (2) selecting weeding, pengendalian gulma pada sekitar tanaman saja (membuat piringan); pada tanaman berumur 0-1 tahun radius 100 cm. Pada tanaman berumur 1-2 tahun radius 150 cm, pada tanaman berumur lebih dari 2 tahun radius 200 cm; (3) piringan digaruk dengan cangkul, rumput-rumputan dibuang kelur piringan, interval 1 x 1 bulan; (4) stripe weeding, pengendalian gulma secara berjalur.

  2. Penyiangan secara kimia: (1) mencampur paracol dengan air 2,5-3 liter/450 liter; (2) memasukkan herbisida ke dalam tangki sprayer dan memompa sampai batas barometer pada tanda merah (otomatis), bagi srayer semi otomatis menyemprot sambil memompa; (3) menyemprotkan pada gulma, dengan memperhatikan pengaman (arah angin, masker dan sarung tangan); (4) perkirakan saat penyemprotan yang tepat yaitu 6 jam setelah penyemprotan tidak hujan. Bila perlu gunakan sticker (perekat dan perata semprotan); (5) interval waktu 1 x 3 bulan.

Jenis herbisida yang dipakai: (1) herbisida kontak, herbisida yang hanya mematikan bagian tanaman yang terkena dengan racun gulma ini; (2) herbisida sistemik, herbisida yang apabila dikenakan pada salah satu bagian tanaman maka akan tersebar keseluruh bagian tanaman melalui peredaran air dan zat hara, dan kemudian mematikan jaringan yang ada di atas dan di bawah permukaan tanah.

3.6. Panen

3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Ciri: berumur ± 12 bulan, 4/5 bagian kulit kering, berwarna coklat, kandungn air berkurang dan bila digoyang berbunyi nyaring.

3.6.2. Cara Panen

  1. Buah kelapa dibiarkan jatuh: kekurangan, yaitu buah yang jatuh sudah lewat masak, sehingga tidak sesuai untuk bahan baku kopra atau bahan baku kelapa parutan kelapa kering (desiccated coconut).

  2. Cara dipanjat: dilakukan pada musim kemarau saja. Keuntungan yaitu (1) dapat membersihkan mahkota daun; (2) dapat memilih buah kelapa siap panen dengan kemampuan rata-rata 25 pohon per-orang. Kelemahan adalah merusak pohon, karena harus membuat tataran untuk berpijak. Di beberapa daerah di Pulau Sumatera, sering kali pemetikan dilakukan oleh kera (beruk). Kecepatan pemetikan oleh beruk 400 butir sehari dengan masa istirahat 1 jam, tetapi beruk tidak dapat membersihkan mahkota daun dan selektivitasnya kurang.

  3. Cara panen dengan galah: menggunakan bambu yang disambung dan ujungnya dipasang pisau tajam berbentuk pengait. Kemampuan pemetikan rata-rata 100 pohon/orang/hari.

3.6.3. Periode Panen

Frekuensi panen dapat dilakukan sebulan sekali dengan menunggu jatuhnya buah kelapa yang telah masak, tetapi umumnya panenan dilakukan terhadap 2 bahkan 3 tandan sekaligus. Hal ini tidak begitu berpengaruh terhadap mutu buah karena menurut Padua Resurrection dan Banson (1979) kadar asam lemak pada minyak kelapa yang berasal dari tandan berumur tiga bulan lebih muda sama dengan buah dari tandan yang dipanen sehingga biaya panen dapat dihemat.

3.6.4. Prakiraan Produksi
Produksi buah bergantung varietas tanaman kelapa, umur tanaman, keadaan tanah, iklim, dan pemeliharaan. Biasanya menghasilakn rata-rata 2,3 ton kopra/ha/tahun pada umur 12-25 tahun. Sedangkan untuk kelapa hibrida pada umur 10-25 tahun mampu menghasilkan rata-rata 3,9 ton/ha/tahun.

3.7. Pascapanen

3.7.1. Pengumpulan
Buah dikumpulah menggunakan keranjang atau alat angkut yang tersedia. Kemudian semua buah hasil panen dikumpulkan di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH).

3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan

Sortasi buah dan perhitungan buah dilakukan setiap blok kebun setelah selesai panen pada akhir bulan. Buah yang disortir adalah kosong tidak berair, bunyi tidak nyaring bila diguncang, rusak/lika kena hama, busuk dan kecil juga terhadap kelapa butiran pecah, berkecambah atau kelapa kurang masak, lalu disimpan dalam bin penyimpanan yang beraerasi baik.

3.7.3. Penyimpanan

Buah kelapa disimpan dengan cara:
a) buah ditumpuk dengan tinggi tumpukan maksimal 1 meter
b) tumpukan berbentuk piramidal dan longgar
c) tumpukan dalam gudang diamati secara rutin.

Syarat-syarat gudang penyimpanan sebagai berikut:
a) udara segar dan kering
b) tidak kebocoran dan kehujanan
c) tidak langsung kena sinar matahari
d) suhu udara dalam gudang 25-27 derajat C.

3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Buah kelapa apabila akan dijual terlebih dulu di kupas kulit luarnya dan dibungkus dalam karung goni atau karung sintetis. Pengangkutan dapat dilakukan dengan truk, kapal laut atau alat angkut yang sesuai.

3.7.5. Penanganan Lain

  1. Kopra; kopra terbuat dari daging kelapa dengan cara menurunkan kadar airnya. untuk: (1) pengawetan, cara ini akan mencegah tumbuhnya jamur, serangga, dan bakteri yang dapat memakan daging dan merusak minyak kelapa; (2) mengurangi berat, sehingga mengurangi biaya pengangkutan dan penanganan; (3) mengkonsentrasikan minyak, kadar minyak dalam kopra sekitar 65-68%. Cara pembuatan kopra yaitu dengan pengeringan daging buah dengan sinar matahari (penjemuran langsung atau efek rumah kaca) atau dengan alat pengering.

  2. Ekstraksi minyak; minyak kelapa dapat diperoleh secara langsung dengan ekstraksi kopra. Cara tradisional yang banyak dipakai yaitu dengan pemanasan santan kelapa. Minyak kelapa juga dapat diperoleh dengan mengekstrasi kopra.

  3. Kelapa parut kering (Desiccated coconut); diperoleh dengan mengeringkan kelapa parutan sampai kadar air 3,5% dan kadar minyak tidak kurang dari 68 %.

  4. Santan; diperoleh dengan melakukan pemerasan terhadap kelapa parutan. Santan tidak dapat disimpan lama. Oleh karena itu diperlukan pengemasan santan untuk mencegah rusaknya santan yaitu dengan pengalengan ataupun pengeringan santan.

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

4.1. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya kelapa kopyor selama 6 tahun masa tanam dengan luas lahan 1 hektar di daerah Jawa Barat tahun 1999 adalah sebagai berikut:

(Dalam Rupiah)






  1. Biaya produksi tahun ke-1

    1. Sewa lahan 1 ha

    2. Bibit 171 tanaman @ Rp. 10.000

    3. Pupuk
      - Pupuk kandang
      - Pupuk buatan

    4. Obat
      - Insektisida 20 liter @ Rp. 65.000,-
      - Fungisida 10 liter Rp. 46.300,-

    5. Alat
      - Sprayer
      - Cangkul, sabit dll
      - Bambu (pikul) 2 Rp. 3.500,-

    6. Tenaga kerja
      - lubang tanam @ Rp. 5.000,-
      - Pupuk kandang
      - Penanaman @ Rp. 2500,-
      - Penyulaman @ Rp. 2.500,-
      - Pemagaran @ Rp. 5.000,-
      - Pemupukan
      - Penyiangan
      - Pembubunan
      - Penyemprotan

    7. Lain-lain
      Jumlah biaya produksi tahun ke-1

  2. Biaya produksi tahun ke-2 dan tahun ke-3

    1. Sewa lahan 1 ha

    2. Pupuk
      - Pupuk kandang
      - Pupuk buatan

    3. Obat
      - Insektisida 20 liter @ Rp. 65.000,-
      - Fungisida 10 liter Rp. 46.300,-

    4. Tenaga kerja
      - Pupuk kandang
      - Pemupukan
      - Penyiangan
      - Pembubunan
      - Penyemprotan

    5. Lain-lain
      Jumlah biaya tahun ke-2 dan ke-3

  3. Biaya produksi tahun ke-4

    1. Sewa lahan 1 ha

    2. Pupuk
      - Pupuk kandang
      - Pupuk Buatan

    3. Obat
      - Insektisida 20 liter @ Rp. 65.000,-
      - Fungisida 10 liter @ Rp. 46.300,-

    4. Alat
      - Sprayer
      - Cangkul, sabit dll

    5. Tenaga kerja
      - Pemupukan pupuk kandang
      - Pemupukan
      - Penyiangan
      - Pembubunan
      - Penyemprotan
      - Pemanenan

    6. Lain-lain
      Jumlah biaya tahun ke-4

  4. Biaya produksi tahun ke-5 dan tahun ke-6

    1. Sewa lahan 1 ha

    2. Pupuk
      - Pupuk kandang
      - Pupuk buatan

    3. Obat
      - Insektisida 20 liter @ Rp. 65.000,-
      - Fungisida 10 liter Rp. 46.300,-

    4. Tenaga kerja
      - Pupuk kandang
      - Pemupukan
      - Penyiangan
      - Pembubunan
      - Penyemprotan
      - Pemanenan

    5. Lain-lain
      Jumlah biaya tahun ke-5 dan tahun ke-6
      Jumlah biaya produksi selama 6 tahun

  5. Pendapatan

    1. Pendapatan tahun ke-4

    2. Pendapatan tahun ke-5

    3. Pendapatan tahun ke-6
      Jumlah pendapatan

  6. Keuntungan

    1. Keuntungan selama 6 tahun

    2. Keuntungan per tahun

  7. Parameter kelayakan usaha

    1. B/C Ratio


2.000.000,-
1.710.000,-

800.000,-
300.000,-

1.300.000,-
460.300,-
250.000,-
250.000,-
150.000,-
567.000,-

780.000,-
150.000,-
390.000,-
40.000,-
780.000,-
400.000,-
600.000,-
400.000,-
600.000,-
250.000,-
11.927.000,-

2.000.000,-

800.000,-
300.000,-

1.300.000,-
460.300,-

150.000,-
400.000,-
600.000,-
400.000,-
600.000,-
250.000,-
14.520.600,-

2.000.000,-

800.000,-
900.000,-

1.300.000,-
460.300,-

250.000,-
150.000,-

150.000,-
400.000,-
600.000,-
400.000,-
600.000,-
1.500.000,-
250.000,-
9.760.000,-

2.000.000,-

800.000,-
900.000,-

1.300.000,-
460.300,-

150.000,-
400.000,-
600.000,-
400.000,-
600.000,-
1.500.000,-
250.000,-

18.720.000,-

54.927.000,-

22.500.000,-
37.500.000,-
37.500.000,-
97.500.000,-

42.573.000,-
7.095.500,-

= 1,775



4.2. Gambaran Peluang Agribisnis

Alasan utama yang membuat kelapa menjadi komoditi komersial adalah karena semua bagian kelapa dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Dari analisis budidaya terliha bahwa investasi yang besar dapat menguntukan hanya dalam waktu kurang dari 6 tahun, belum termasuk keuntungan lain yang didapat selain dari buah. Oleh karena itu, budidaya tanaman kelapa merupakan salah satu alternatif yang sangat menguntungkan

V. STANDAR PRODUKSI

5.1. Ruang Lingkup
Standar produksi meliputi: syarat mutu, cara pengujian,pengambilan contoh dan pengemasan kopra.

5.2. Diskripsi
Kopra adalah daging buah tanaman kelapa yang telah dikeringkan dengan cara penjemuran, pengasapan atau pengeringan mekanis lainnya.

5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu

a) Kadar air maksimum (%): Mutu I=5,0; Mutu II=5,0; cara pengujian SP-SMP-7-1975
b) Kadar Lemak minimum (%):Mutu I=63,0; Mutu II=60,0; cara pengujian SP-SMP-13-1975
c) Kadar Asam Lemak Bebas maksimum (%): Mutu I=5,0; Mutu II=5,0; cara pengujian SP-SMP-30-19975
d) Benda-benda asing maksimum (%): Mutu I=1,0; Mutu II=2,0; cara pengujian SP-SMP-48-1975
e) Bagian berjamur maksimum (%): Mutu I=5,0;Mutu II=5,0; cara pengujian SP-SMP-78-1975
f) Bagian Berhama maksimum (%); Mutu I=3,0; Mutu II=3,0; cara pengujian SP-SMP-78-1975

5.4. Pengambilan Contoh

Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung dengan maksimum 30 karung tiap partai barang, kemudian tiap karung diambil contoh maksimum 5 kg. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga merata kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh sebesar 5 kg. Contoh kemudian dimasukkan dalam plastik, kemudian disegel dan diberi label.

Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat, yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih labih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.

5.5. Pengemasan

  1. Cara pengemasan: kopra dikemas dalamkarung goni yang bersih, kering dan kuat dengan berat bersih tiap karung adalah 65 kg.

  2. Pemberian merek: nama barang, jenis mutu, identitas penjual, produce of Indonesia, berat bersih, nomor karung, identitas pembeli, pelabuhan/negara tujuan.

VI. REFERENSI

6.1. Daftar Pustaka

  1. Suhardiono, L., 1993, Tanaman Kelapa, Penerbit Kanisius, Ygyakarta.

  2. Setyamidjaja, Djoehana, 1986, Bertanam Kelapa Hibrida, Penerbit Kanisius, Yoyakarta.

  3. Anonymous, 1987, Kelapa, CV. Yasaguna, Jakarta.
    Warisno, 1998, Budi Daya Kelapa Kopyor, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.



Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam