Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Sabtu, 31 Maret 2018

Ulama Ataukah Umala Pelayan Thaghut



Mufti Republik Dagestan, Syeikh Ahmad Afandi, dalam sebuah pertemuan kaum Muslimin pernah membolehkan pernikahan antara perempuan muslimah dan orang kristen, bahkan dia berharap bisa ada lebih banyak pernikahan seperti itu di negaranya! Tokoh umat Islam ini istrinya jadi kandidat pemilihan presiden di Rusia 2018!

Kita memahami bahwa orang ini ditunjuk menduduki jabatannya oleh kekuatan dari Kremlin dalam rangka menyebarkan kebingungan di antara kaum Muslimin di Dagestan, untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya, dan untuk menekan seruan Islam, dan menghentikan kebangkitan ajaran dan sistem Islam di antara penduduk, yang pada akhirnya supaya penduduk tidak berpotensi mendukung kebangkitan negara Khilafah Rasyidah yang kedua.

Umat Islam jelas tahu bahwa tidak boleh menikahkan anak perempuannya dengan seorang non-Muslim. Umat Islam membaca Qur’an dan tahu bahwa Allah yang Maha Kuasa secara jelas melarang perempuan muslimah menikah dengan non-Muslim, dan umat Islam tidak menikahkan anak-anak perempuan mereka kepada orang-orang non-Muslim. Allah Swt. berfirman dalam Kitab Suci:

“…maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka…” (TQS. al-Mumtahanah: 10)

Mengenai fakta bahwa istrinya menjago pemilu presiden Federasi Rusia, bisakah itu tidak menjadi hal yang sangat memalukan bagi seorang laki-laki, yang duduk diam saja, dan istrinya menyatakan di hadapan publik bahwa dia ingin memerintah negara itu dan memerintah semua laki-laki di negara itu!? Di mana wibawa orang semacam ini!? Syariah telah melarang perempuan menjadi penguasa, dan Nabi Muhammad Saw. melaknat pemerintahan seorang perempuan. Imam al-Bukhari mengatakan: Abu Bakar ra. berkata: “Segera setelah Rasulullah (SAW) mendapat kabar, bahwa kaum Persia menjadikan anak perempuan Kisra sebagai raja mereka, beliau bersabda:

“Sekali-kali tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (pemerintahan) mereka kepada seorang perempuan.”

Orang ini pernah mengatakan pada 16 Maret 2018 dalam khutbah Jum’at di Masjid Central Juma di Makhachkala, “Jika kamu lihat apa yang sedang terjadi di dunia, sebagai contoh, di Suriah, maka adalah Rusia yang berdiri mendukung umat Islam.”

Orang ini juga menyeru kepada umat Islam untuk ikut memilih dalam pemilu Thaghut, “Aku menyeru semua Muslim untuk pergi ke pemilihan dan memilih siapapun yang mereka pilih, siapapun yang kamu inginkan sebagai kepala negara… Maka, aku tidak mendorong kalian untuk memilih orang tertentu, aku mendorongmu untuk datang ke tempat pemilihan dan memilih siapapun yang kamu mau…,” dan bahkan untuk memilih siapapun meski seorang kafir sekalipun. Tidakkah dia tahu bahwa itu adalah urusan pemerintahan!?

Lalu di khutbah Jum’at itu dia juga mengatakan, “Terima kasih untuk negara yang kuat, makmur dan digdaya, Rusia.”

Allah Swt. jelas melarang kaum Muslimin menjadikan orang kafir sebagai kepala pemerintahan:

“…Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (TQS. an-Nisaa’: 141)

Pernyataan dalam ayat ini dengan “lan” menunjukkan penafi’an yang sempurna dan selamanya, yang menjadi indikasi pelarangan mutlak atas orang kafir memerintah atas kaum Muslimin.

Allah Yang Maha Kuasa mewajibkan untuk memerintah berdasarkan wahyu:

“dan putuskanlah perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu…” (TQS. al-Ma’idah: 49)

Wahai kaum Muslimin, mufti ini, anak didiknya Kremlin, yang menjual akhiratnya demi dunia yang murah, sedang menyerumu untuk hancur!? Masalah-masalah kita tidak akan pernah beres selama kita mendengarkan para imam rusak semacam itu dan mengikutinya! Problem kaum Muslimin hanya akan bertambah karena para pelayan Thoghut semacam itu, yang menyerukan untuk membangkangi Allah Yang Maha Kuasa!

Sejak awal berdirinya negara Islam di tangan nabi tercinta Muhammad Saw. di tanah yang diberkahi, Madinah, dan hingga pemimpin umat Islam terakhir Khalifah Abdul Hamid II di Istanbul, kaum Muslimin tidak pernah memilih orang kafir atau perempuan sebagai penguasa untuk diri mereka sendiri. Kaum Muslimin, lebih jauh, juga tidak setuju pada fakta bahwa mereka diperintah oleh Thaghut!

Hari ini, ketika di banyak bagian dunia orang-orang membicarakan tentang pembangkitan negara Khilafah Rasyidah kedua, ketika bendera-bendera Islam naik kembali di banyak bagian dunia, para kolonialis yang tidak beriman, termasuk mereka yang ditolong oleh para imam yang rusak, berupaya maksimal untuk mematikan seruan bagi kebangkitan jalan hidup Islam.

Bergeraklah bersama, janganlah melayani para kolonialis tak beriman, janganlah merapat kepada para tiran dan pengkhianat, dan mereka yang berupaya makar bersama kaum kafir melawan Islam dan kaum Muslimin! Bergabunglah dengan Hizb ut Tahrir, yang sedang berusaha mengembalikan negara Khilafah Rasyidah di atas manhaj Kenabian! Dan semoga Allah menolong kita!


Senin, 26 Maret 2018

Beda Hasil Antara Perjuangan Dakwah Metode Rasul SAW Dan Praktik Demokrasi




Beda Hasil Antara Perjuangan Dakwah Metode Rasul SAW Dan Praktik Demokrasi
Oleh: Annas I. Wibowo
Dakwah Metode Rasul SAW
Demokrasi
Metode syar’i untuk tegaknya ideologi Islam, tidak ada pelanggaran nash-nash qath’i.
Metode tidak syar’i, bertentangan dengan banyak nash qath’i.
Meyakini dan mengatakan bahwa aqidah dan syariah Islam kaffah adalah harga mati.
Memaklumi bahwa hasil dari proses demokrasi tidak selalu memihak ajaran Islam, maka dimaklumi saja.
Mengkritisi aturan-aturan yang bertentangan dengan syariah Islam karena pertentangannya dengan syariah Islam, karena menyalahi keimanan, termasuk juga mengkritisi demokrasi.
Kalaupun mengkritisi aturan-aturan bukan-Islam, berangkat dari sudut pandang asas manfaat ataupun dengan dasar kebebasan pribadi, bukan mengatakan bahwa negara haruslah berasas Qur’an dan Sunnah.
Konsisten dalam dakwah penyadaran umat akan kewajiban syariah Islam kaffah. Tiap hari makin bertambah yang sadar dan turut berdakwah.
Melanggengkan demokrasi dalam pemikiran, perasaan, dan perbuatan umat.
Kebal dari kepentingan duniawi pribadi, berani berseberangan dengan semua kekuatan imperialis di dunia ini.
Rentan ditunggangi kepentingan duniawi pribadi.
Membangun peradaban Islam di atas pondasi kesadaran masyarakat atas wajibnya memegang teguh ideologi (aqidah dan syariah) Islam yang komprehensif meliputi semua segi kehidupan, serta menolak semua yang bertentangan dengan Islam.
Rentan memiliki anggapan bahwa membangun peradaban Islam adalah dengan semua amalan Islam yang tidak beresiko dimusuhi para imperialis dan antek-anteknya, jika beresiko berarti bukan membangun peradaban. 
Berupaya menyadarkan simpul-simpul kekuatan umat dalam iman dan takwa, sehingga memberi nussrah kepada terapnya sistem Islam keseluruhan dengan metode syar’i-nya yaitu Khilafah ala minhajin nubuwwah.
Tidak menjanjikan perjuangan penegakan syariah dalam bernegara.
Keberhasilan menegakkan sistem Islam diperoleh dalam jangka waktu cukup lama karena memang begitulah sunnatullahnya mengubah peradaban. Sebagai contoh, menyadarkan umat untuk menjalankan kewajiban menutup aurat saja butuh bertahun lamanya hingga mulai jadi populer.
Keberhasilan dikira bisa diraih dalam jangka pendek atau menengah, itupun yang didapat adalah perubahan pejabat, bukan perubahan sistem.
Kekuasaan untuk Islam meliputi semua aspek negara.
Para pejabat secara umum (mau dan harus mau) menjalankan sistem dan aturan yang ada (yang bukan-Islam). Kemampuan mengubah hukum (dengan merujuk pada syariah Islam) sangat kecil, apalagi mengubah sistem. Bahkan dalam demokrasi, yang sering terjadi adalah hukum berubah menjadi semakin anti-rakyat, pro-penguasa dan pro-imperialis.
Khalifah dibai’at jelas untuk memerintah berdasarkan Qur’an dan Sunnah, menerapkan syariah dalam negara. Jika menyalahi akad bai’at itu dan tidak bertobat maka khalifah langsung diganti.
Pejabat dipilih tanpa kepastian apakah janji-janji kemaslahatan untuk rakyat akan dipenuhi atau tidak, apakah akan berpihak kepada rakyat ataukah kompromi dengan kelompok-kelompok kepentingan (sekularis-liberalis-kapitalis-imperialis).
Dukungan besar dan terus-menerus oleh rakyat dan ahlul quwwah yang telah sadar serta ikhlas untuk langgengnya sistem Islam bersama khalifah dan jajarannya (nantinya, dengan izin Allah SWT) akan menjadi imunitas yang cukup dalam menghadapi rongrongan dan tipudaya musuh. Mereka bahkan akan mampu membalas dengan tipudaya yang lebih besar.
Tanpa keyakinan menyerukan tegaknya syariah Islam kaffah, dan cenderung bersikap kompromis, maka potensi dan kemampuan para pejabat untuk melawan sekularisme rendah. Demokrasi lagi-lagi dijadikan jalan oleh kaum imperialis untuk mencengkeramkan kukunya kembali, bahkan bisa jadi lebih dalam.
Dapat diumpamakan (dari segi operasionalnya saja tanpa melihat pahala/dosa) sebagai sebuah usaha untuk menang dari musuh, yang mana musuh itu hanya bisa dikalahkan dengan rudal dahsyat. Sehingga diperlukan banyak SDM, bahan-bahan yang diperlukan, kesabaran dan proses yang cukup lama untuk menghasilkannya. Sekalinya telah siap rudal itu maka kapan saja diluncurkan akan sanggup mengalahkan musuh.
Upaya yang sedang terus dikerjakan untuk membuat rudal dahsyat malah dicela dan sebagian tenaga umat yang dibutuhkan malah ditarik untuk melawan musuh menggunakan ketapel (perumpamaan dari segi operasionalnya saja tanpa melihat pahala/dosa). Lebih dari itu, bahan-bahan berharga yang diperlukan untuk pembuatan rudal itu malah diambil untuk amunisi ketapelnya. Itu akan memperlambat terwujudnya rudal dahsyat, tapi tak akan menghentikan sama sekali.
Perjuangan inipun dahulu pernah dilakukan dan menuai keberhasilan mewujudkan peradaban Islam. Ketika dikira itu tidak akan berhasil, malah mendapat pertolongan Allah SWT.
Usaha semacam itu belum pernah berhasil satu kalipun dalam sejarah, malah ketika dikira berhasil, ternyata dikalahkan oleh lawan juga.

Jumat, 16 Maret 2018

Ya Allah, Menangkanlah Ideologi Islam Dan Para Penyerunya Atas Semua Ideologi Lain


Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, Engkaulah Allah yang tiada tuhan selain Engkau, yang Maha Esa, tempat bergantung, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tiada seorangpun yang menyerupai.
Aku memohon kepada-Mu, dengan kalimat-kalimat-Mu yang sempurna, ya Allah, jadikanlah orang-orang yang menyerukan aqidah dan syariah Islam, yang membela agama-Mu, yang membela orang-orang yang beriman, jadikanlah mereka selalu berada di atas petunjuk-Mu, limpahkanlah karunia-Mu kepada mereka, karuniakanlah rahmat-Mu kepada mereka, turunkanlah berkah-Mu kepada mereka.
Ya Allah, mudahkanlah urusan-urusan mereka, kokohkanlah kedudukan mereka, berkahilah semua rizkinya, selamatkanlah mereka dari kejahatan makhluk-makhluk-Mu, dari kejahatan fitnah yang terjadi pada malam dan siang hari, dari kejahatan yang tidak dapat mereka tahan kejahatannya. Ya Allah, sesungguhnya bala tentara-Mu tidak akan terkalahkan, janji-Mu tidak akan diingkari, Maha Suci Engkau dan segala pujian untuk-Mu.
Dengan rahmat-Mu ya Allah, yang Maha Hidup dan berdiri sendiri, berilah pertolongan kepada mereka dalam urusan mereka, janganlah Engkau menyerahkan urusan mereka kepada diri mereka sendiri sekejap mata pun. Singkirkanlah kesusahan mereka. Ya Allah, janganlah Engkau jadikan malapetaka yang menimpa kami pada agama kami, dan janganlah Engkau jadikan dunia sebagai bagian yang besar dari keinginan kami dan tujuan kami yang utama.
Ya Allah, Tuhan langit dan Tuhan Arsy yang agung, jadilah Engkau penyelamat bagi mereka dari kejahatan penguasa zhalim, orang-orang fasik dan pengikut-pengikutnya, berilah keyakinan pada mereka dalam menghadapi berbagai kesulitan, tolonglah mereka dari orang-orang yang zhalim dan balaskanlah untuk mereka, serta tolonglah mereka dari orang-orang yang memusuhi mereka. Maha agung perlindungan-Mu dan Maha mulia puji bagi-Mu. Tiada daya dan kekuatan selain dengan pertolongan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung.
Ya Allah, Engkau mendengar pujian yang disampaikan kepada-Mu, temani dan jagalah mereka, berilah mereka keutamaan perlindungan dari api Neraka. Ya Allah, ridhailah segala amal mereka dan terimalah amal mereka, ampunilah mereka, perbaikilah keadaan mereka semuanya, masukkanlah mereka ke Surga tanpa kesulitan.
Ya Allah, Tuhan langit dan bumi dan segala yang ada pada keduanya, aku memohon kepada-Mu kebaikan negeri ini, kebaikan penduduknya, lindungilah kami dari kejahatannya. Ya Allah, lindungilah kami dari menyesatkan atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, menzhalimi atau dizhalimi, membodohi atau dibodohi. Maha Benar Allah yang memenuhi janji-Nya dan memberikan pertolongan-Nya kepada hamba-Nya, dan memenangkannya atas umat-umat lainnya. Ya Allah, sesungguhnya tidak menjadi hina orang-orang yang telah Engkau beri kemuliaan, dan tidak mulia orang-orang yang Engkau musuhi. Engkau Maha Suci wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi. Tidak ada tempat keselamatan selain kepada-Mu. Semoga shalawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Aamiin, Ya ArhamarRahimin.

“…orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezhaliman. Dan orang-orang yang zhalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” (TQS. asy-Syu’araa’: 227)

“(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya." (Allah berfirman): "Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (TQS. al-Anfal: 49)

“Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari'at tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari'at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.”(TQS. al-Hajj: 67)

“Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (TQS. al-Ma’idah: 92)

“Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan." (TQS. al-Ma’idah: 100)

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini...” (TQS. al-Kahfi: 28)

Selasa, 13 Maret 2018

Iklim Perubahan Menuju Islam Kaffah



Hari ini Umat Islam masih menjalani hidup tanpa naungan Khilafah. Sejak Khilafah diruntuhkan oleh kaum kafir dan munafik imperialis, Umat harus bertahan hidup dalam pemecah-belahan, penjajahan, stagnasi ekonomi, dan dominasi asing. Namun, segala puji hanya bagi Allah Swt., bukti telah menunjuk pada momentum perubahan yang tak terbendung dan seruan yang lebih kencang untuk Syariah, Islam dan Khilafah.

Taji Mustafa, juru bicara Hizbut Tahrir Inggris, pada tahun 2009 telah mengatakan, “Sejak 1924, kita pada akhirnya dipecah-belah menjadi lebih dari 50 negara lemah dan tak berdaya yang para penguasanya berkolusi secara sistematis dengan kekuatan kolonial melawan masyarakatnya sendiri, sementara saudara dan saudari kita dibantai di Palestina, Irak, Afghanistan, Somalia, dan lain-lainnya. Tanpa Khilafah, kita tak punya tameng, terbuka bagi serangan-serangan paling brutal dari para kolonialis.”

“Namun, mulai terjadi perubahan di seantero dunia Muslim dan tanda-tandanya bisa dilihat semua orang. Umat Islam bereaksi sebagai satu Umat terhadap pembantaian di Gaza, menyerukan penggusuran para penguasa antek, dan menyeru militer-militer kaum Muslim untuk bergerak dan membebaskan Palestina. Umat bisa melihat kegagalan Kapitalisme global seiring krisis keuangan menebarkan bencana atas umat manusia. Umat telah melihat janji palsu “kebebasan dan demokrasi” yang terkuak dari penjara-penjara Abu Ghraib dan Guantanamo.”

“Telah mencoba – dan telah melihat kegagalan – kediktatoran, sosialisme, demokrasi, monarki, dan nasionalisme, kaum Muslimin sekarang semakin menginginkan penegakan-kembali sistem-sistem Islam di bawah Khilafah yang mengikuti petunjuk. Alhamdulillah.”

“Mendirikan-kembali Khilafah di tanah-tanah Muslim adalah kewajiban kolektif Umat Islam. Selain itu, sekarang banyak orang bisa melihat apa arti dari ketiadaan institusi Islam ini. Tanpa persatuan politik tanah-tanah Muslim di bawah kepemimpinan yang baru, masalah-masalah yang kompleks dan beragam yang ada di tepi pantai Atlantik Maroko hingga tepi pantai Pasifik Indonesia bisa dikatakan mustahil dipecahkan, dipandang secara terisolasi (dengan sistem yang ada) atau melalui lensa negara bangsa yang sudah kuno. Adalah sebuah fakta yang luar biasa bahwa dunia Muslim memiliki sekitar 20% populasi dunia, lebih dari 60% cadangan minyak, sekitar 37% cadangan emas dan valas, dan hampir 25% personel pertahanan dunia. Selain lemah, terpecah-belah dan dikolonisasi sebagaimana adanya, ia punya sedikit saja pengaruh politik dan tidak punya kepemimpinan untuk mendayagunakan berbagai sumberdaya itu.”

“Khilafah adalah alternatif atas kerusakan dan tirani di dunia Muslim, dan Khilafah saja yang bisa membawa kekuasaan menjauh dari para tuan tanah feodal dan para penguasa tiran, Khilafah bisa menerapkan hukum yang sebenar-benarnya, menghasilkan kemakmuran ekonomi bagi semua, bukannya bagi segelintir orang, dan memastikan keputusan-keputusan politik ditetapkan di tempat-tempat seperti Kairo, Istanbul dan Islamabad, bukan (mengikuti) London atau Washington.”

“Sekaranglah waktunya kita bekerja untuk mendirikan-kembali Khilafah yang akan menyatukan tanah-tanah Muslim dan menjawab panggilan serta tangisan para ibu Palestina, Irak, Somalia dan Kashmir. Inilah waktunya angin perubahan berhembus di seluruh wilayah, membawa bersamanya ide Khilafah, Syariah dan Islam, sehingga menjadi realitas yang mengenyahkan pencekikan selama 9 dekade terakhir.”

Kemudian akan muncul kembali Khilafah yang mengikuti manhaj Kenabian. (Musnad Ahmad)


Jumat, 09 Maret 2018

Perayaan-Perayaan Para Kolonialis Setelah Penghancuran Khilafah Akan Berakhir



Selama 92 tahun, sejak runtuhnya Khilafah pada 1924 di tangan para kolonialis, dunia Muslim dari Maroko sampai Indonesia telah benar-benar didominasi oleh Barat. Meski dunia Muslim memiliki sumberdaya melimpah, populasi yang besar dan muda, dan budaya [Islam] yang sebelumnya telah mendominasi dunia, hari ini Barat mengendalikan pembangunan ekonomi, kemampuan militer dan kedaulatan tanah-tanah Muslim.

100 tahun yang lalu orang-orang Perancis, Inggris dan Rusia membagi-bagi Timur Tengah dengan perjanjian Sykes-Picot, dan bangsa-bangsa dibuat-buat untuk memisah-misah dunia Muslim. Hanya beberapa tahun setelah perjanjian ini, mereka menghapus Khilafah dan menyingkirkan kekuasaan Islam yang menyatukan Umat.

Namun, berbagai strategi dan rencana mereka tidak menghasilkan apapun selain kegagalan – itu semua justru menampakkan kontradiksi yang jelas antara para penguasa antek di dunia Muslim dan masyarakat. Para penguasa tetap tulus kepada Barat, menjunjung garis-garis batas palsu yang didiktekan para kolonialis. Mereka itu tidak seperti Umat, yang justru telah yakin bahwa garis-garis batas itu adalah pemecahbelahan. Sudah jelas dari urusan Suriah hingga Palestina dan di manapun kaum Muslimin menderita, bahwa kaum Muslimin dari negara-negara yang berbeda bergerak untuk menolong mereka. Mereka tidak lagi melihat garis-garis batas paksaan itu sebagai sebuah identitas tapi mereka bergerak murni karena motivasi keimanan Islam untuk menolak penindasan apapun yang dihadapi kaum Muslimin.

Di dunia Muslim, (Neo) Kolonialisme tidak menghasilkan apapun selain kesengsaraan. Kebanyakan dari dunia Muslim menderita berbagai kejahatan para penguasa yang tidak kompeten yang lebih loyal kepada Washington, London, atau Paris daripada kepada masyarakatnya sendiri. Kekayaan luas dunia Muslim berada di pasar-pasar keuangan dan perusahaan Barat bukannya berada di dalam pembangunan ekonomi ataupun pemutakhiran infrastruktur. Para ulama, pemikir dan politisi yang aktif dunia Muslim banyak tersimpan di penjara-penjara para penguasa.

Nilai-nilai Barat tidak hanya gagal di dunia Muslim tapi juga telah menciptakan kesengsaraan di dunia luas. Belum lama ini, Oxfam dalam laporan tahunannya mengenai kekayaan menunjukkan bahwa 86 orang memiliki lebih dari setengah kekayaan dunia, itu berarti lebih dari gabungan kekayaan 3 milyar orang termiskin dunia. Jurang kemiskinan makin lebar, ketidakadilan ekonomi menjadi dominan dan para politisi hanya melayani kepentingan kaum kaya dan kuat.

Keinginan Umat untuk perubahan, dari subbenua India, hingga Timur Tengah, Afrika dan Asia telah menjadi momok bagi para kapitalis, dan inilah yang membuat para pemerintah Barat tidak tidur pulas malam hari. Upaya terbaik mereka adalah mencoba mencitraburukkan (ajaran Islam) Khilafah dengan mengaitkannya dengan sebuah milisi yang melayani kepentingan mereka. Mereka juga berharap bahwa serangan-serangan terhadap jalan hidup kita, kezhaliman hukum dan larangan masuk ke negara tertentu akan mengintimidasi umat Islam sehingga bisa bungkam.

Khilafah Rasyidah adalah rahmat bagi umat manusia secara keseluruhan, bukan hanya umat Islam. Khilafah membawa sistem pemerintahan, keadilan ekonomi, dan pemenuhan spiritual bagi dunia untuk menggantikan ideologi materialistis dan individualistis yang ada sekarang. Khilafah akan punya perekonomian yang dibangun atas prinsip pemenuhan kebutuhan masyarakat dan pendistribusian kekayaan, bukannya sekedar menaikkan GDP dan membiarkan distribusi (semua jenis) kekayaan ditentukan pasar. Khilafah punya sejarah panjang dan rekam jejak kesuksesan dalam menyatukan beragam orang dan mengatur urusan-urusan mereka, jauh lebih lama daripada model negara bangsa, yang justru memperkuat kelompok-kelompok etnis tertentu dan menstigmatisasi kelompok minoritas. Khilafah memuliakan keluarga dan menempatkannya sebagai kepentingan sentral masyarakat, bukannya menjungjung tinggi individualisme seperti yang ditemukan di Barat yang telah menghancurkan keluarga.

Kami berdo’a kepada Allah Swt. untuk merahmati kita dengan naungannya dan dengan Khilafah rasyidah, dan memohon supaya kita menjadi orang-orang yang menunjukkan pada dunia bahwa ada pengganti (wajib) bagi kesengsaraan yang telah dihasilkan Kapitalisme. Bukanlah Khilafah yang akan menyebabkan kekacauan melainkan berlanjutnya penerapan kapitalisme global, yang telah menggiring umat manusia pada kemunduran, ketidakadilan, dan kemerosotan dalam semua segi kehidupan manusia.


“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih di antara kalian, bahwa Dia benar-benar akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; Dia benar-benar akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka; dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah Aku tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatupun. Siapa saja yang kafir sesudah janji itu, mereka itulah orang-orang yang fasiq.” (TQS. an-Nur [24]: 55)

Hizb ut-Tahrir Britain


Selasa, 06 Maret 2018

Kita Kehilangan Khilafah Karena Nasionalisme, dan Kita Harus Menolaknya untuk Mendapatkan Khilafah Kembali



Pada 3 Maret 1923, majalah The Economist di London menulis tentang perhatian Inggris selama negosiasi sebelum penandatanganan Perjanjian Lausanne di tahun itu,
“Jika Pemerintahan (Mustafa) Kemal jatuh, kita mungkin akan dikonfrontasi oleh ambisi Turki untuk memimpin perlawanan-balik Muslim melawan Barat, dengan tujuan mengakhiri peningkatan pengaruh Barat, tidak hanya di Turki sendiri tapi di seantero dunia Timur tengah. Itu akan berarti pengembalian Khilafah, aliansi perlawanan dengan Rusia, dan pemunculan masalah yang aktif di Afrika Barat-Laut, Tripoli, Mesir, Palestina, Suriah, Mesopotamia, Persia, dan India… Telah nyata bahwa perjuangan politik di Angora (Ankara) adalah penting bagi Imperium Inggris.”

Jauh dari (pikiran) menjadikan Khilafah ditinggalkan dan akhirnya dihapuskan, sebenarnya adalah setahun kemudian (secara nyata) ia menjadi korban nasionalisme asing; sebuah pemikiran yang sama sekali asing dari Islam dan kaum Muslim.
Publikasi yang sama (The Economist) menulis pada 8 Maret 1924:
“Penolakan Khilafah oleh orang-orang Turki menandai era ekspansi ide-ide Barat atas dunia non-Barat, karena prinsip-prinsip kedaulatan nasional dan pemerintahan-mandiri Barat kita, adalah kekuatan utama yang karenanya ‘Abdu’l Mejid Efendi menjadi korban. Baik berdasarkan tradisi maupun berdasarkan teori, Khalifah adalah pemegang tahta absolut atas dunia muslim, dan oleh karenanya hampir mustahil untuk menemukan tempat bagi dia dalam sebuah negara nasional (baik itu disebut republik ataupun monarki konstitusional) di mana kedaulatan ada pada parlemen para wakil rakyat.”

94 tahun setelahnya, para kolonialis Barat tetap tidak mampu menekan keinginan persatuan politik di antara dunia Muslim, meski mereka mengerahkan usaha terbaiknya untuk memecah-belah kita selama seabad lalu. Meskipun begitu, mereka tetap ingin memaksakan pola pikir nasionalis atas kita, dengan harapan mereka bisa menunda beberapa tahun sebelum kembalinya Khilafah yang tak bisa dihindari.

Nasionalisme adalah ide yang menghancurkan persatuan Umat Islam dan yang telah lama memalingkan kita dari tugas menegakkan-kembali Khilafah. Nasionalisme itulah yang menjadi dalih yang disodorkan oleh para raja, presiden, dan perdana menteri pengkhianat ketika mereka diam saja berdiri menyaksikan ribuan kaum Muslim di Suriah disembelih; sebagaimana mereka juga tetap begitu atas kaum Muslim Rohingya di Burma, kaum Muslim di Palestina, kaum Muslim di Yaman, di Bosnia, di Chechnya dan di manapun tempat yang dipandang para kolonialis sebagai ladang pembantaian demi kepentingan mereka.

Nasionalisme juga merupakan pemikiran yang merobek Uni Soviet dan saat ini sedang mengacau di Eropa dan Amerika. Itu adalah ide menjijikkan (fanatisme jahiliyah/ ashobiyah, pent.), tidak cocok untuk menyatukan umat manusia. Itu tidak lebih baik dari kesukuan yang Nabi Muhammad Saw. sebut:

دَعُوهَا فَإِنَّهَا مُنْتِنَةٌ

“Tinggalkan itu, karena itu busuk.”

Nasionalisme, xenophobia (membenci bangsa asing), dan pemisahan adalah karakteristik khas tatanan dunia yang didominasi Barat di mana kita hidup di dalamnya selama seabad ini.

Khilafah yang akan datang yang didirikan di atas manhaj Kenabian, bukan negara nasionalistis, di mana etnis-etnis ataupun bangsa-bangsa tertentu punya hak lebih dibanding yang lain sebagaimana terjadi di Inggris, Amerika dan semua negara bangsa hari ini.

Sebaliknya, Islam adalah risalah untuk semua manusia, dan Khilafah adalah negara bagi semua, Muslim dan non-Muslim.

Pada tanggal yang menandai sebuah kehilangan besar bagi seluruh dunia ini, kami menyeru pada kaum Muslimin untuk tidak membiarkan setahun lagi berlalu, tanpa mengambil semua kesempatan untuk mengingatkan pada dunia tentang kebaikan yang telah diingkarinya, sementara Negara Islam masih absen. Kita harus juga membeberkan pada dunia akan kejahiliyahan tatanan dunia liberal dominasi-Barat, yang tidak membawa apapun selain kesengsaraan dan penderitaan, kecuali bagi segelintir elit.

Sekarang adalah saatnya bagi umat Islam untuk menolak semua garis batas nasional yang digunakan kolonialis untuk memecah-belah kita. Sekarang adalah saatnya untuk menyeru para Muslim berkekuatan di militer yang terpisah-pisahkan di tanah-tanah Muslim untuk mengabaikan pemisahan-pemisahan buatan, dan bertindak sebagai satu Umat untuk melindungi yang lemah dan kembali menawarkan Islam kepada dunia.

وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. al-Hajj: 40)

Yahya Nisbet,
Perwakilan Media Hizbut Tahrir Inggris,
3 Maret 2018


Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam