Mengapa
Mau Berkorban Untuk Islam
(Materi
Pengajian Jelang Buka Puasa)
Bulan
Ramadhan adalah bulan peningkatan iman dan taqwa. Di bulan ini kaum Muslimin
berpuasa supaya bisa menjadi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah Swt. Berpuasa
itu lebih repot atau tidak jika dibandingkan dengan tidak berpuasa? Lebih
susah/ lebih berat atau lebih enak/ lebih ringan? Lebih susah/ lebih berat.
Mengapa mau puasa padahal harus berkorban tidak makan, tidak minum, dan tidak
melakukan hal lain yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai tenggelam
matahari? Karena kita beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan al-Qur’an, bahwa
puasa Ramadhan adalah kewajiban, jika tidak dilakukan maka berdosa, ada ancaman
siksa, kecuali bagi yang berudzur.
Mengapa
kita percaya, beriman kepada al-Qur’an? Karena al-Qur’an itu tidak mungkin
buatan manusia ataupun jin, tapi al-Qur’an itu pasti buatan Allah Swt. Sang
Pencipta langit dan bumi dan segala sesuatu di dunia ini. Sehingga kita
mengimani al-Qur’an dan seluruh isinya. Semua ayat-ayatnya pasti adalah
petunjuk bagi manusia dan bagi orang-orang yang bertakwa.
“Tidaklah
mungkin al-Qur’an ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (al-Qur’an itu)
membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah
ditetapkannya (al-Qur’an), tidak ada keraguan di dalamnya, dari Tuhan semesta
alam.” (QS. Yunus: 37)
“Bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda…” (QS. al-Baqarah: 185)
“Kitab
ini (al-Qur’an) tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
(QS. al-Baqarah: 2)
Puasa
Ramadhan ini hanyalah satu contoh bahwa kaum Muslimin dituntut dan mau untuk berkorban
demi menjalankan syariat Islam. Contoh yang lain: ada orang kafir/ orang
non-Muslim di Barat yang tertarik memeluk Islam karena keheranan dia ketika dia
mengetahui bahwa umat Islam mengerjakan shalat wajib lima waktu dalam sehari
(24 jam) seumur hidup sejak baligh. Jika dibandingkan dengan tidak sholat lima
waktu tiap hari seumur hidup tentunya lebih repot melaksanakan kewajiban
shalat. Tetapi karena beriman dan bertakwa maka kaum Muslimin mau berkorban
menjalankan syariat Islam.
Contoh
yang lain lagi adalah berhaji bagi yang mampu. Padahal berhaji itu membutuhkan
banyak pengorbanan, pengorbanan waktu, pikiran, tenaga, dan dana. Seandainya
tidak berhaji tentu uangnya bisa dipakai untuk berfoya-foya. Apalagi jika
suami-istri. Misalnya, Rp80 juta kali 2 = Rp160 juta.
Kewajiban
di dalam Islam itu ada banyak. Jika dipenuhi semuanya -dan memang wajib
dipenuhi- maka membutuhkan banyak pengorbanan. Dan itulah konsekuensi menjadi
manusia makhluk ciptaan Allah, menjadi Abdullah. Manusia diciptakan untuk beriman
dan menaati aturan-aturan, syariat dari Allah Swt. Jika rela berkorban untuk
itu, maka Allah Swt. telah menjanjikan Surga, setelah kita pindah alam, melalui
peristiwa kematian.
“Apa
yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan
sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. an-Nahl: 96)
Ajaran
Islam itu ada lima jenis hukumnya, atau disebut ahkamul khomsah, yaitu ada yang
wajib, sunnah, mubah, makruh, haram. Bertakwa itu termasuk beramal mengikuti
hukum-hukum itu. Kalau wajib berarti memang harus dikerjakan, harus diutamakan,
apapun amalan yang wajib itu. Tidak boleh pilih-pilih kewajiban.
“Yaitu
orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka
berkata: "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya…” (QS.
an-Nisaa’: 46)
Bicara
soal pengorbanan, teladan kita adalah generasi terbaik Islam, generasi awal,
generasi para pahlawan, Nabi Muhammad Saw. dan para Shahabat dan Shahabiyat.
Pengorbanan mereka demi menjalankan syariat Islam sudah masyhur. Dari
pengorbanan yang mudah sampai yang paling berat, mereka telah contohkan.
Sehingga kaum Muslim yang menjalankan seluruh syariat Islam atau berupaya
supaya bisa memenuhi seluruh kewajiban, mereka itu adalah teladan dan menjadi
pahlawan. Di dalam Islam, yang harus jadi teladan, yang harus jadi pahlawan
tidak hanya ustadz-ustadz atau ulama, tapi semuanya harus menjadi pahlawan yang
rela berkorban demi ajaran-ajaran Islam dan umat Islam.
“Hai
orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa
ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia:
"Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama)
Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kamilah
penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman
dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang
beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang
menang.” (QS. ash-Shaff: 14)
oleh: Annas I. Wibowo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar