Zaman
Abu Jahal Berulang?
Tahukah Anda apa yang
diucapkan oleh Abu Jahal terhadap dakwah yang disampaikan oleh Rasulullah SAW
ketika beliau menyampaikan Islam di Mekah? Dalam kitab Sirah Nabawiyah Ibnu
Hisyam disebutkan kata-kata Abu Jahal: “Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya Muhammad
seperti kalian lihat tidak mau berhenti dari mencela agama kita, melecehkan
nenek moyang kita, membodoh-bodohkan mimpi-mimpi kita, dan menghina tuhan-tuhan
kita.”
Hal serupa diungkapkan
oleh tokoh-tokoh Quraisy dalam sebuah pertemuan yang diikuti oleh Abdullah bin
Amir. Mereka berkata: “Ia [Muhammad] membodoh-bodohkan mimpi-mimpi kita,
menghina nenek moyang kita, mencaci agama kita, memecah-belah persatuan kita, dan
mencela tuhan-tuhan kita.”
Coba bandingkan dengan
tudingan orang yang anti Islam terhadap ulama dan umat Islam: bahwa umat Islam
telah menistakan agama mereka, memecah-belah persatuan bangsa, menghina tuhan
mereka.
Abu Jahal dan para
tokoh Quraisy berkumpul di Daar an-Nadwah.
Mereka bermusyawarah untuk mencari jalan bagaimana menghentikan dakwah
Rasulullah SAW. Dalam pertemuan itu, akhirnya disepakati jalan untuk
menghentikan dakwah Nabi SAW. Caranya adalah dengan mengumpulkan pemuda tangguh
dari setiap kabilah dan membekalinya dengan senjata, kemudian mendatangi rumah
Muhammad SAW untuk menghabisinya.
Lho kok mirip juga dengan aksi mengumpulkan
preman sekarang? []emje
Modus
ala Moerdani Lahir Kembali?
Di awal Orde Baru,
umat Islam mengalami tekanan yang luar biasa. Padahal sebelumnya, umat Islam
ini punya jasa besar dalam ikut memberantas Partai Komunis Indonesia (PKI).
Rupanya kekuatan Islam
ini tak diperbolehkan untuk terus-menerus berkembang menjadi sebuah arus besar
yang dianggap bisa 'merongrong' wibawa Orde Baru saat itu. Melalui tangan Ali
Moertopo dan kemudian dilanjutkan oleh LB Moerdani, berbagai skenario dilakukan
untuk melemahkan kekuatan Islam saat itu.
Almarhum Husein Umar,
generasi Masyumi, pernah menyebut LB Moerdani-lah yang menjadikan umat Islam
berhadap-hadapan dengan militer dan pemerintah. Di mata pemerintah dan militer
waktu itu, umat Islam digolongkan sebagai ancaman. Umat Islam dianggap sebagai
ekstrim kanan. Di masa itu pula, banyak aktivis Islam ditangkap dan diculik
tanpa dasar hukum.
Pada tahun 1983-1985,
Moerdani menggalakkan kebijakan bahwa semua ormas dan parpol harus berasaskan
Pancasila. Peristiwa menarik sesudahnya, yaitu kasus “lembaran putih”.
“Lembaran putih" merupakan surat protes yang dikeluarkan oleh Petisi 50
dan ditandatangani oleh sejumlah tokoh Islam. Peristiwa ini dijadikan alasan
oleh Moerdani untuk menangkap para penceramah yang dianggap garis keras seperti
AM Fatwa, Abdul Qadir Jailani, Tasrif Tuasikal, HM Sanusi, HR Dharsono, Oesmany
El Hamidy, Mawardi Noor, Tonie Ardie, dan lain-lain.
Akankah kriminalisasi
ulama saat ini merupakan pengulangan modus LB Moerdani dalam bentuk baru? Anda
bisa nilai sendiri.
Mereka
Bicara
Habib
Novel Bamukmin, Sekjen Front Pembela Islam:
Ideologi
Anti Ulama
Ya kita melihat
kriminalisasi ulama ini sedang digalakkan oleh sekelompok, termasuk oleh
partai-partai juga, yang tidak suka dengan statement
ulama, selalu diserang oleh mereka. Seperti perkataan salah satu ketua umum
partai berlogo banteng yang menyebut ulama itu peramal masa depan. Itu kan penghinaan.
Lebih dari itu
penyerangan terhadap ulama ini dilakukan secara sistematis, mulai dari Ormas
preman. Dari sisi hukum yang mereka cari celah-celah kesalahan ulama. Setiap
ada indikasi yang bisa menjebloskan ulama secara hukum, mereka kerjakan. Mereka
membidik ulama dengan berbagai cara. Bahkan ceramah ulama untuk memantapkan
akidah umat Islam sendiri dipermasalahkan oleh mereka. Selalu dibenturkan,
ulama dengan Pancasila, umat Islam dengan Pancasila, ulama, dan lambang negara.
Tapi kriminalisasi
ulama ini, terbukti mengada-ngada karena tidak ada bukti yang kuat, tapi mereka
terus mencari kesalahan ulama. Saya katakan pergerakan kriminalisasi ini adalah
sebuah pembentukan ideologi yang anti ulama, dan agama. Mereka ingin pisahkan
ulama dengan umatnya. Mereka ingin pisahkan agama dengan umatnya. Itulah
cara-cara yang mirip komunis.
Orang besar bergerak
di balik semua ini, merekalah yang memberikan isyarat untuk membenci ulama dan
agama Islam. Adu-domba ini sama seperti polanya LB Moerdani, tapi bentuk
berbeda pola, untuk membantai dengan memanfaatkan aparatur negara.[]
Ricky
Fattamazaya, Ketua Umum Gema Pembebasan
Pertarungan
Ideologi Semakin Jelas
Mereka melihat ada
ancaman di sana. Suara tokoh-tokoh Islam sangat didengar sekarang oleh umat
sehingga hal itu bisa menggangu kepentingan mereka dan tuan-tuannya. Gerakan
Islamlah satu-satunya yang dapat mengalahkan gerakan-gerakan yang datang dari
kepentingan personal maupun ideologi lainnya. Dan gerakan Islam yang
benar-benar ikhlas ketika berjuang, dan dari dulu sampai kiamat dengan membawa
ideologi Islam senantiasa menjadi momok menakutkan bagi ideologi
kapitalis-demokrasi dan sosialis-komunis.
Ada indikasi kuat
bahwa rezim yang berkuasa hari ini dibantu oleh aparat-aparat negara. Dan ini
semua untuk mengamankan kepentingan tuannya yakni asing dan aseng.
Fase ini, pertarungan
ideologi semakin jelas tampak di depan mata. Ideologi Kapitalis-Demokrasi
dijaga oleh hamba-hambanya, tidak mau kepentingannya terganggu. Di sisi lain,
Ideologi Sosialis-Komunisme semakin berani tampak dipermukaan dibawa oleh
budak-budaknya, intinya adalah semua sedang bermain hari ini.
Rakyat harus sadar
semua ini terjadi karena rezim khianat dan sistem kufur kapitalis-demokrasi
yang diterapkan, saatnya rakyat bangkit ke arah kemuliaan yakni berjuang
bersama-sama menyerukan terapkan syariah dan tegakkan khilafah karena dengan
itu segala problem yang ada dapat terjawab dan kita hidup mulia.
Singkatnya seruan kita
hari ini adalah revolusi Islam.[]
Bacaan: Tabloid Media
Umat edisi 190
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar