Penguasa ini ada
kecenderungan untuk mempertahankan kekuasaan kelompoknya karena memang itu
terasa nikmat bagi mereka. Oleh karena itu, mereka akan membungkam dan
menghadang setiap kelompok yang dianggap akan membahayakan kekuasaan mereka.
Bahkan mengubah hukum agar kezalimannya dianggap legal. Lantas bagaimana agar
pemerintah tak lagi bertindak represif? Temukan jawabannya dalam wawancara
wartawan Tabloid Media Umat Joko Prasetyo dengan Ketua DPP Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI) Rokhmat S Labib. Berikut petikannya.
Apakah
Anda melihat pemerintah semakin represif akhir-akhir ini?
Tampak sekali
pemerintah semakin represif. Lebih dari itu, rezim ini juga semakin menunjukkan
anti kepada Islam
Indikasinya?
Jadi begini, ketika
penguasa ini melakukan kezaliman kepada rakyat, tentu saja akan mendorong
rakyat untuk melakukan perlawanan. Perlawanan yang paling mudah adalah lewat
kata-kata. Tetapi kalau kita lihat penguasa ini sedemikian takutnya dengan
kata-kata. Lalu penguasa bertindak represif agar rakyat tidak lagi berani
bersuara. Dan berkali-kali penguasa memblokir belasan situs Islam, baik jelang
Aksi Bela Islam II maupun III dan terbaru pada awal Januari lalu.
Memang tidak semua
situs dakwah Islam diblokir, tetapi yang diblokir, umumnya situs dakwah Islam.
Apakah Islam itu sedemikian membahayakan? Dan pada saat yang sama situs
pornografi bertebaran banyak sekali tidak diblokir. Dan sampai sekarang,
situs-situs yang menghina Islam, melecehkan Nabi Muhammad SAW tetap dibiarkan.
Sebelumnya juga beredar atribut-atribut komunis, tidak ada tindakan tegas.
Humas
Kominfo menyatakan alasan pemblokiran di antaranya adalah adanya ujaran
kebencian dan pelanggaran terhadap suku, agama, ras dan antargolongan (SARA)...
Tapi pemerintah tidak
pernah menielaskan itu semua.
Pemerintah juga tidak
pernah menunjukkan mana yang dimaksud? Apakah seluruh isinya, atau hanya
sebagian konten saja yang mengandung SARA. Banyak situs yang menista Islam
tetapi sejauh ini pemerintah tidak terlihat mengambil tindakan.
Pidato politik ketua
umum partai penguasa sekarang, Megawati, juga menunjukkan betapa besar
kebenciannya kepada Islam. Bagaimana mereka menyebut umat Islam yang meyakini
agamanya disebut sebagai “para pemimpin ideologi tertutup yang kerap meramal
kehidupan setelah dunia fana, padahal mereka sendiri tentu belum pernah
melihatnya!” Ini kan amatlah serius. Dia
bukan hanya tidak percaya, tetapi juga melecehkan ajaran Islam dan para
pemeluknya tentang keyakinan akan adanya pembalasan di akhirat.
Apa
yang harus dilakukan oleh umat untuk menghadapi pemerintahan yang semakin
represif?
Pertama, umat itu harus sadar bahwa
menyampaikan kebenaran itu merupakan sebuah kewajiban. Yang namanya kewajiban
harus ditunaikan. Jadi meskipun pemerintahan sangat represif kita harus tetap
melakukan amar makruf nahi munkar.
Artinya, semua kemungkaran, kemaksiatan, kezaliman yang dilakukan oleh penguasa
itu harus kita tolak, seraya menyampaikan kebeharan. Rasulullah SAW bersabda,
”Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang
zalim.” (HR Abu Dawud).
Tapi
resikonya bisa diciduk…
Jadi umat harus sadar,
bahwa Allah SWT akan memberikan pahala yang terbaik kepada mereka yang
menyampaikan kebenaran kepada penguasa. Dan tentu kalau Rasulullah SAW
memberikan status demikian, ada resiko yang besar memang. Akan tetapi jangan
khawatir, Rasulullah SAW menyebut orang-orang yang gugur karena menyampaikan
dakwah kepada penguasa fasik sebagai sayyid
al-syuhada, penghulu syuhada. Rasulullah SAW bersabda: ”Penghulu syuhada
adalah Hamzah bin Abdul Muthallib, dan orang yang berkata di hadapan seorang
penguasa yang zalim, lalu dia memerintahkannya (pada kemakrufan) dan
melarangnya (terhadap kemunkaran), kemudian penguasa itu membunuhnya.” (HR.
al-Hakim).
Jadi umat harus sadar
sesadar-sadamya, ini merupakan kewajiban dan tidak boleh berhenti meskipun
dihalangi oleh siapapun.
Kedua, umat juga harus sadar,
sesadar-sadarnya, inilah fakta demokrasi. Dalam demokrasi, orang boleh
menyampaikan apa saja. Ini adalah negara demokrasi, orang bebas untuk
berbicara. Berbicara untuk merendahkan dan menghinakan Islam. Tetapi begitu
menyampaikan Islam, yang muncul adalah kalimat-kalimat tudingan: Islam radikal,
lslam garis keras, bahkan dituduh teroris. Para aktivisnya pun dihukum.
Ini semua terjadi
karena hukum diserahkan kepada manusia.
Mengapa
begitu?
Penguasa itu ada
kecenderungan untuk mempertahankan kekuasaan mereka. Oleh karena itu mereka
berupaya sekuat mungkin untuk menjaga dan mempertahankan kekuasaan mereka.
Mereka juga akan melakukan berbagai upaya untuk menghalangi orang lain yang
dapat membahayakan kekuasaan mereka. Termasuk melakukan tindakan represif.
Kadang-kadang,
tindakan itu bertentangan dengan hukum yang berlaku. Sementera mereka
berteriak: hukum sebagai panglima. Lalu bagaimana caranya agar mereka tidak
melanggar undang-undang? Caranya mudah, mereka tinggal membuat undang-undang
yang melegalkan tindakan mereka. Maka jadilah, tindakan represif itu sesuai
undang-undang.
Oleh karena itu,
selama hukum itu diserahkan kepada penguasa untuk membuatnya, maka mereka akan
membuat berbagai macam UU dan peraturan yang mendukung, melegitimasi, dan
melegalisasi tindakan represif mereka.
Maka, siapapun yang
tidak menginginkan penguasa yang represif, hukum itu tidak diserahkan kepada
penguasa. Tidak pula kepada rakyat seperti dalam demokrasi karena sesungguhnya
itu hanya slogan yang menipu karena faktanya rakyat tak lebih sebagai stempel semata.
Maka hukum yang adil hanya dari Dzat yang Maha Adil. itu Allah SWT. Itulah
syariah dengan tuntunannya yang kaffah.
Ketika yang diterapkan
hukum Allah Swt., maka penguasa tidak bisa bertindak seenaknya sendiri. Mereka
tidak diberi otoritas membuat hukum yang menguntungkan mereka atau melegalkan
tindakan salah mereka. Ketika mereka melanggar hukum, mereka juga diperlakukan
secara sama dengan yang lainnya di hadapan hukum. Realitas ini tidak akan
terjadi dalam sistem kerajaan atau demokrasi. Itu hanya dalam khilafah
lslamiyyah.
Namun
dalam upaya mengganti sistem ini pastilah akan berhadapan dengan rezim
represif...
Ya, itu risiko
perjuangan. Namun kita tidak boleh mundur dalam berjuang. Sebab, tegaknya syariah
dan khilafah wajib dalam keadaan apapun. Kita juga harus yakin bahwa Allah Swt.
akan memberikan pertolongan kepada hamba-hamba-Nya yang memperjuangkan
agamanya.
Kita juga harus ingat
bahwa sekuat apapun rezim zalim itu menggenggam kekuasaan, maka mereka tidak
akan mencegah ketika Allah Swt. mencabutnya. Al-Qur’an mencontohkan bagaimana
rezim-rezim represif itu pada akhirnya jatuh dengan hina. Mereka dihancurkan sedemikian
rupa oleh Allah SWT. Ada Fir'aun, ada Namruz, ada Abrahah, dan semua
rezim-rezim represif itu berakhir dengan hina. Ini harus menjadi peringatan
bagi para penguasa. []
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 189
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar