Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Sabtu, 12 Agustus 2017

Felix Siauw Bicara De-Islamisasi Generasi Muda



Ada sebuah laporan yang viral di sosial media akhir-akhir ini, dikeluarkan oleh Wahid Institute yang mengklaim sebuah organisasi yang "Seeding Peaceful Islam”, kalimat lain dari ”Islam liberal”. Laporan ini diberi judul "Riset Potensi Radikalisme di Kalangan Aktivis Rohani Islam Sekolah-Sekolah Negeri".

Walaupun judulnya adalah ”Potensi Radikalisme”, tapi tetap saja sudah disematkan radikalisme itu pada Islam, karena tidak pernah studi semisal ini dilakukan pada pemeluk agama selain Islam. Terlepas dari niatan pembuatnya, ada beberapa yang kita bisa ambil dari riset ini.

Riset dilakukan dengan menyebarkan angket pada 1.626 rohis peserta perkemahan ”Membangun Generasi Emas Ramah dan Bermartabat” pada 2-6 Mei 2016 di Cibubur, yang dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan Islam Depag. Adapun peserta adalah pengurus atau anggota Rohis di SMU/SMK Adapun indikasi ”Radikalisme KeIslaman" menurut riset ini adalah:
1. Islam harus diimplementasikan secara penuh dan literal sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an dan Hadits tanpa kompromi. Biasanya terkait dengan isu-isu relasi sosial, ketaatan, dan hukuman pidana.
2. Biasanya bersikap reaktif baik melalui bahasa, ide, atau kekerasan fisik terhadap masalah-masalah yang dianggap menyimpang, materalistik dan sekularistik yang merusak keyakinan ummat Islam.

Dari sini saja kita sudah dapat melihat, bahwa Wahid Institute mendefiniskan aksi Bela Islam 411, dan 212 sebagai bagian dari radikalisme, termasuk jelas-jelas tuntuntan penerapan syariah dan khilafah, bahkan yang anti sekulerisme dan materialisme masuk juga dalam delik "radikal”.

Hasil risetnya, bagi Rohis ada 5 penceramah favorit mereka, yaitu Yusuf Mansur (15 persen), Oki Setiana Dewi (14 persen), Ustadz Maulana (10 persen), Mamah Dedeh (8 persen) dan Felix Siauw (6 persen). Adapun informasi keagamaan atau kajian di medsos yang mereka sukai adalah Instagram (38 persen).

Yang lebih menarik lagi, simpulan riset ini bahwa 33 persen responden mengartikan jihad adalah berperang dan mengangkat senjata melawan orang kafir, dan 78 persen mendukung ide kekhilafahan. Sebagai tambahannya 89 persen meyakini bahwa lelaki dan wanita yang bukan mahram dilarang berduaan, dan 66 persen menolak mengucapkan selamat hari raya kepada umat agama lain.

Wajar kemudian Menteri Agama baru-baru ini mengatakan bahwa Rohis harus diawasi, berkenaan pemahaman radikal yang kini mulai mengemuka. Sebab bagi penguasa hari ini, radikal itu adalah Islam, maka de-radikalisasi adalah de-Islamisasi.

Bagaimana cara untuk melakukan de-radikalisasi sekaligus de-Islamisasi ini? Penguasa melakukan dengan dua cara. Yakni monsterisasi dan stigmatisasi negatif Islam dan tokoh-tokohnya, lalu mengangkat ide dan tokoh-tokoh sekuleris dan materialis sebagai ganti yang ditawarkan untuk generasi muda kita. Buang Islam, dan tawarkan yang lainnya.

Maka tidak aneh ketika kita melihat kasus Afi Nihaya yang diangkat setinggi-tingginya oleh penguasa, seolah sebagai remaja ideal, dengan pemahaman khas liberalis, mengusung pluralisme, dengan tetap mempertahankan simbol-simbol agama seperti kerudung, sekuleris shalihah, begitu kira-kira.

Remaja idola boneka ini lalu dipoles dengan berbagai macam pencitraan, diundang ke berbagai channel televisi, bahkan kementerian dan juga berjumpa dengan Presiden. Apa daya Allah punya rencana yang lebih baik, Afi Nihaya terbuka di publik melakukan plagiasi berkali-kali dalam karyanya, berujung pada stres dan depresi, menggagalkan semua klaim ”remaja idola" yang tidak radikal.

Alhamdulillah, semakin kuat arus deradikalisasi pada kaum Muslim, menandakan bahwa sebenarnya penguasa sudah paham betul bahwa kesadaran kaum Muslim untuk kembali pada agamanya sangat tinggi, dan mereka tahu bahwa mereka terlambat, maka stigmatisasi dan monsterisasi pada ide Islam dan tokoh-tokohnya pun akan semakin sengit, tanpa ada malu.

Itulah tanda kemenangan yang dekat, yang Allah janjikan kepada kita. Yang perlu kita lakukan hanya bertahan satu hari lagi lebih lama, satu hari lagi lebih lama, dan satu hari lagi lebih lama. Cukup hingga Allah memenangkan agama yang kita cintai ini.

Felix Y. Siauw
Member @YukNgajiID

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 200
---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam