Di tengah gempuran
opini negatif oleh musuh-musuh Islam terhadap ide khilafah, dr Zakir Naik
menguatkan perjuangan menegakkan khilafah. Ia menyatakan, khilafah adalah
representasi sistem terbaik dari Al-Qur’an dan hadits. Menurutnya, itulah yang
dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW dan para khalifah setelahnya.
Oleh karena itu, ia
berkeyakinan khilafah mesti ditegakkan. Bahkan, di daerah asalnya, India, tidak
sedikit masyarakat yang tergabung dalam pergerakan untuk mengembalikan
khilafah. "Saya yakin khilafah akan tegak sebelum kiamat. Itu sudah
merupakan janji Allah. Artinya, diinginkan atau tidak diinginkan oleh kita,
khilafah akan (tegak) kembali," ujarnya di GH Universal, Bandung.
Namun demikian, ia
menekankan pentingnya persatuan umat Islam. Sebab, umat Islam mesti belajar
dari sejarah kelam runtuhnya khilafah terakhir di Turki pada 1924. Mengapa umat
Islam mesti belajar, karena justru yang meruntuhkan khilafah adalah sebagian umat
Islam sendiri. Musuh Islam tidak dapat menghancurkan Islam ketika umat Islam
bersatu dalam naungan khilafah.
"Oleh karena itu,
musuh Islam memecah-belah persatuan umat Islam sehingga mereka dapat
meruntuhkan khilafah dengan bantuan sebagian umat Islam yang sudah
terpecah-belah. Umat Islam saling memusuhi dan saling menyerang sampai akhirnya
mereka tidak memiliki pemersatu lagi," tutur Zakir.
Ia menekankan perlunya
kesadaran umat Islam untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah, dan untuk
memperkuat persatuan.
“Jangan sampai
masyarakat terhasut oleh apa yang disampaikan oleh pihak yang memusuhi Islam.
Mereka (musuh Islam) melabeli sekelompok orang bersenjata yang gemar membunuhi
orang dengan sebutan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Padahal mestinya,
sekelompok orang bersenjata tersebut bukan dinamakan ISIS, tapi Anti Islamic
State (Anti Negara Islam). Karena yang mereka lakukan tidak mencerminkan
Islam,” ujarnya.
Menurut pandangannya,
khilafah berasal dari Islam dan khilafah mesti ditegakan dan pasti akan tegak.
Akan tetapi, ISIS bukanlah representasi dari Islam dan ISIS bahkan bukan
berasal dari Islam. Khilafah yang benar adalah khilafah yang berdasarkan manhaj atau jalan kenabian. Yang dicontohkan
oleh khulafaurrasyidin. Dirinya juga
meyakini, apa yang berasal dari Islam akan dapat diterapkan baik dulu, saat
ini, dan di masa yang akan datang.
“Indonesia sebagai
negeri Muslim terbesar sudah selayaknya menjadi contoh bagi negeri Muslim
lainnya, termasuk negara lain di dunia. Akan tetapi, masyarakat di Indonesia
mesti lebih dekat kepada Al-Qur’an dan hadits. Dengan demikian, Indonesia dapat
menjadi contoh masyarakat Islam yang baik yang dapat memberikan inspirasi bagi
negara lain," ujarnya.
Demokrasi
Berbeda dengan Islam
Adapun dalam melihat
fenomena saat ini, Zakir merasa prihatin atas aplikasi demokrasi yang
diterapkan terhadap sejumlah negeri-negeri Muslim. Ia menuturkan, pada 1970 dan
1980an, homoseksual dilarang di hampir seluruh negara di dunia. Akan tetapi, ia
sangat terkejut ketika pada 1996 mendapati gambar sebuah pria berciuman dengan
pria di halaman depan sebuah surat kabar.
"Mengapa hal itu
bisa terjadi, tentu saja karena demokrasi. Ketika suara mayoritas menyatakan
homoseksual boleh, maka homoseksual menjadi dipersilakan. Bahkan, mereka yang
menentang homoseksual justru yang akan dipenjara,” ujarnya.
Oleh karena itu,
secara prinsip, demokrasi berbeda dengan Islam. Prinsip demokrasi adalah suara
terbanyak menang. Adapun prinsip Islam, kebenaranlah yang menang, yakni yang
berasal dari Al-Qur’an dan Sunnah.
Kedatangan
Zakir Naik ke Indonesia yakni untuk menyampaikan pesan kedamaian. Kedua, untuk
menghilangkan citra negatif Islam yang disebarkan oleh media massa yang anti
terhadap Islam. Sebab, propaganda oleh media massa anti Islam tersebut
dipercayai oleh masyarakat dan memengaruhi pola pikir masyarakat. Ketiga, untuk
meyakinkan para intelektual sains bahwa Islam aplikatif baik itu ketika berada
di zaman Rasulullah, saat ini, dan hingga di masa yang akan datang. []tachta rizqi yuandri
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 194
---
video terkait:
"Pemerintahan Islam, itu adalah khilafah, bukan demokrasi"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar