Beda Hasil Antara
Perjuangan Dakwah Metode Rasul SAW Dan Praktik Demokrasi
|
|
Oleh: Annas I. Wibowo
|
|
Dakwah Metode Rasul SAW
|
Demokrasi
|
Metode
syar’i untuk tegaknya ideologi
Islam, tidak ada pelanggaran nash-nash qath’i.
|
Metode
tidak syar’i, bertentangan dengan
banyak nash qath’i.
|
Meyakini
dan mengatakan bahwa aqidah dan syariah Islam kaffah adalah harga mati.
|
Memaklumi
bahwa hasil dari proses demokrasi tidak selalu memihak ajaran Islam, maka dimaklumi saja.
|
Mengkritisi
aturan-aturan yang bertentangan dengan syariah Islam karena pertentangannya
dengan syariah Islam, karena menyalahi keimanan, termasuk juga mengkritisi
demokrasi.
|
Kalaupun
mengkritisi aturan-aturan bukan-Islam, berangkat dari sudut pandang asas
manfaat ataupun dengan dasar kebebasan pribadi, bukan mengatakan bahwa negara
haruslah berasas Qur’an dan Sunnah.
|
Konsisten
dalam dakwah penyadaran umat akan kewajiban syariah Islam kaffah. Tiap hari
makin bertambah yang sadar dan turut berdakwah.
|
Melanggengkan
demokrasi dalam pemikiran, perasaan, dan perbuatan umat.
|
Kebal
dari kepentingan duniawi pribadi, berani berseberangan dengan semua kekuatan
imperialis di dunia ini.
|
Rentan
ditunggangi kepentingan duniawi pribadi.
|
Membangun
peradaban Islam di atas pondasi kesadaran masyarakat atas wajibnya memegang
teguh ideologi (aqidah dan syariah) Islam yang komprehensif meliputi semua
segi kehidupan, serta menolak semua yang bertentangan dengan Islam.
|
Rentan
memiliki anggapan bahwa membangun peradaban Islam adalah dengan semua amalan
Islam yang tidak beresiko dimusuhi para imperialis dan antek-anteknya, jika
beresiko berarti bukan membangun peradaban.
|
Berupaya
menyadarkan simpul-simpul kekuatan umat dalam iman dan takwa, sehingga
memberi nussrah kepada terapnya
sistem Islam keseluruhan dengan metode syar’i-nya
yaitu Khilafah ala minhajin nubuwwah.
|
Tidak
menjanjikan perjuangan penegakan syariah dalam bernegara.
|
Keberhasilan
menegakkan sistem Islam diperoleh dalam jangka waktu cukup lama karena memang
begitulah sunnatullahnya mengubah
peradaban. Sebagai contoh, menyadarkan umat untuk menjalankan kewajiban
menutup aurat saja butuh bertahun lamanya hingga mulai jadi populer.
|
Keberhasilan
dikira bisa diraih dalam jangka pendek atau menengah, itupun yang didapat
adalah perubahan pejabat, bukan perubahan sistem.
|
Kekuasaan
untuk Islam meliputi semua aspek negara.
|
Para
pejabat secara umum (mau dan harus mau) menjalankan sistem dan aturan yang
ada (yang bukan-Islam). Kemampuan mengubah hukum (dengan merujuk pada syariah Islam) sangat kecil, apalagi
mengubah sistem. Bahkan dalam demokrasi, yang sering terjadi adalah hukum berubah menjadi semakin anti-rakyat, pro-penguasa dan pro-imperialis.
|
Khalifah
dibai’at jelas untuk memerintah berdasarkan Qur’an dan Sunnah, menerapkan
syariah dalam negara. Jika menyalahi akad bai’at itu dan tidak bertobat maka
khalifah langsung diganti.
|
Pejabat
dipilih tanpa kepastian apakah janji-janji kemaslahatan untuk rakyat akan
dipenuhi atau tidak, apakah akan berpihak kepada rakyat ataukah kompromi
dengan kelompok-kelompok kepentingan (sekularis-liberalis-kapitalis-imperialis).
|
Dukungan
besar dan terus-menerus oleh rakyat dan ahlul
quwwah yang telah sadar serta ikhlas untuk langgengnya sistem Islam
bersama khalifah dan jajarannya (nantinya, dengan izin Allah SWT) akan menjadi imunitas
yang cukup dalam menghadapi rongrongan dan tipudaya musuh. Mereka bahkan akan
mampu membalas dengan tipudaya yang lebih besar.
|
Tanpa
keyakinan menyerukan tegaknya syariah Islam kaffah, dan cenderung bersikap
kompromis, maka potensi dan kemampuan para pejabat untuk melawan sekularisme
rendah. Demokrasi lagi-lagi dijadikan jalan oleh kaum imperialis untuk
mencengkeramkan kukunya kembali, bahkan bisa jadi lebih dalam.
|
Dapat
diumpamakan (dari segi operasionalnya saja tanpa melihat pahala/dosa) sebagai
sebuah usaha untuk menang dari musuh, yang mana musuh itu hanya bisa
dikalahkan dengan rudal dahsyat. Sehingga diperlukan banyak SDM, bahan-bahan
yang diperlukan, kesabaran dan proses yang cukup lama untuk menghasilkannya.
Sekalinya telah siap rudal itu maka kapan saja diluncurkan akan sanggup
mengalahkan musuh.
|
Upaya
yang sedang terus dikerjakan untuk membuat rudal dahsyat malah dicela dan
sebagian tenaga umat yang dibutuhkan malah ditarik untuk melawan musuh
menggunakan ketapel (perumpamaan dari segi operasionalnya saja tanpa melihat
pahala/dosa). Lebih dari itu, bahan-bahan berharga yang diperlukan untuk
pembuatan rudal itu malah diambil untuk amunisi ketapelnya. Itu akan
memperlambat terwujudnya rudal dahsyat, tapi tak akan menghentikan sama sekali.
|
Perjuangan inipun dahulu pernah dilakukan dan menuai keberhasilan mewujudkan peradaban Islam. Ketika dikira itu tidak akan berhasil, malah mendapat pertolongan Allah SWT.
|
Usaha
semacam itu belum pernah berhasil satu kalipun dalam sejarah, malah ketika
dikira berhasil, ternyata dikalahkan oleh lawan juga.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar