Hari ini Umat Islam
masih menjalani hidup tanpa naungan Khilafah. Sejak Khilafah diruntuhkan oleh
kaum kafir dan munafik imperialis, Umat harus bertahan hidup dalam
pemecah-belahan, penjajahan, stagnasi ekonomi, dan dominasi asing. Namun,
segala puji hanya bagi Allah Swt., bukti telah menunjuk pada momentum perubahan
yang tak terbendung dan seruan yang lebih kencang untuk Syariah, Islam dan
Khilafah.
Taji Mustafa, juru
bicara Hizbut Tahrir Inggris, pada tahun 2009 telah mengatakan, “Sejak 1924,
kita pada akhirnya dipecah-belah menjadi lebih dari 50 negara lemah dan tak
berdaya yang para penguasanya berkolusi secara sistematis dengan kekuatan
kolonial melawan masyarakatnya sendiri, sementara saudara dan saudari kita
dibantai di Palestina, Irak, Afghanistan, Somalia, dan lain-lainnya. Tanpa
Khilafah, kita tak punya tameng, terbuka bagi serangan-serangan paling brutal
dari para kolonialis.”
“Namun, mulai terjadi
perubahan di seantero dunia Muslim dan tanda-tandanya bisa dilihat semua orang.
Umat Islam bereaksi sebagai satu Umat terhadap pembantaian di Gaza, menyerukan
penggusuran para penguasa antek, dan menyeru militer-militer kaum Muslim untuk
bergerak dan membebaskan Palestina. Umat bisa melihat kegagalan Kapitalisme
global seiring krisis keuangan menebarkan bencana atas umat manusia. Umat telah
melihat janji palsu “kebebasan dan demokrasi” yang terkuak dari penjara-penjara
Abu Ghraib dan Guantanamo.”
“Telah mencoba – dan
telah melihat kegagalan – kediktatoran, sosialisme, demokrasi, monarki, dan
nasionalisme, kaum Muslimin sekarang semakin menginginkan penegakan-kembali
sistem-sistem Islam di bawah Khilafah yang mengikuti petunjuk. Alhamdulillah.”
“Mendirikan-kembali
Khilafah di tanah-tanah Muslim adalah kewajiban kolektif Umat Islam. Selain
itu, sekarang banyak orang bisa melihat apa arti dari ketiadaan institusi Islam
ini. Tanpa persatuan politik tanah-tanah Muslim di bawah kepemimpinan yang baru,
masalah-masalah yang kompleks dan beragam yang ada di tepi pantai Atlantik
Maroko hingga tepi pantai Pasifik Indonesia bisa dikatakan mustahil dipecahkan,
dipandang secara terisolasi (dengan sistem yang ada) atau melalui lensa negara
bangsa yang sudah kuno. Adalah sebuah fakta yang luar biasa bahwa dunia Muslim
memiliki sekitar 20% populasi dunia, lebih dari 60% cadangan minyak, sekitar
37% cadangan emas dan valas, dan hampir 25% personel pertahanan dunia. Selain
lemah, terpecah-belah dan dikolonisasi sebagaimana adanya, ia punya sedikit
saja pengaruh politik dan tidak punya kepemimpinan untuk mendayagunakan
berbagai sumberdaya itu.”
“Khilafah adalah
alternatif atas kerusakan dan tirani di dunia Muslim, dan Khilafah saja yang
bisa membawa kekuasaan menjauh dari para tuan tanah feodal dan para penguasa
tiran, Khilafah bisa menerapkan hukum yang sebenar-benarnya, menghasilkan
kemakmuran ekonomi bagi semua, bukannya bagi segelintir orang, dan memastikan
keputusan-keputusan politik ditetapkan di tempat-tempat seperti Kairo, Istanbul
dan Islamabad, bukan (mengikuti) London atau Washington.”
“Sekaranglah waktunya
kita bekerja untuk mendirikan-kembali Khilafah yang akan menyatukan tanah-tanah
Muslim dan menjawab panggilan serta tangisan para ibu Palestina, Irak, Somalia
dan Kashmir. Inilah waktunya angin perubahan berhembus di seluruh wilayah,
membawa bersamanya ide Khilafah, Syariah dan Islam, sehingga menjadi realitas
yang mengenyahkan pencekikan selama 9 dekade terakhir.”
Kemudian akan muncul kembali Khilafah yang mengikuti
manhaj Kenabian. (Musnad Ahmad)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar