Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 26 Maret 2018

Beda Hasil Antara Perjuangan Dakwah Metode Rasul SAW Dan Praktik Demokrasi




Beda Hasil Antara Perjuangan Dakwah Metode Rasul SAW Dan Praktik Demokrasi
Oleh: Annas I. Wibowo
Dakwah Metode Rasul SAW
Demokrasi
Metode syar’i untuk tegaknya ideologi Islam, tidak ada pelanggaran nash-nash qath’i.
Metode tidak syar’i, bertentangan dengan banyak nash qath’i.
Meyakini dan mengatakan bahwa aqidah dan syariah Islam kaffah adalah harga mati.
Memaklumi bahwa hasil dari proses demokrasi tidak selalu memihak ajaran Islam, maka dimaklumi saja.
Mengkritisi aturan-aturan yang bertentangan dengan syariah Islam karena pertentangannya dengan syariah Islam, karena menyalahi keimanan, termasuk juga mengkritisi demokrasi.
Kalaupun mengkritisi aturan-aturan bukan-Islam, berangkat dari sudut pandang asas manfaat ataupun dengan dasar kebebasan pribadi, bukan mengatakan bahwa negara haruslah berasas Qur’an dan Sunnah.
Konsisten dalam dakwah penyadaran umat akan kewajiban syariah Islam kaffah. Tiap hari makin bertambah yang sadar dan turut berdakwah.
Melanggengkan demokrasi dalam pemikiran, perasaan, dan perbuatan umat.
Kebal dari kepentingan duniawi pribadi, berani berseberangan dengan semua kekuatan imperialis di dunia ini.
Rentan ditunggangi kepentingan duniawi pribadi.
Membangun peradaban Islam di atas pondasi kesadaran masyarakat atas wajibnya memegang teguh ideologi (aqidah dan syariah) Islam yang komprehensif meliputi semua segi kehidupan, serta menolak semua yang bertentangan dengan Islam.
Rentan memiliki anggapan bahwa membangun peradaban Islam adalah dengan semua amalan Islam yang tidak beresiko dimusuhi para imperialis dan antek-anteknya, jika beresiko berarti bukan membangun peradaban. 
Berupaya menyadarkan simpul-simpul kekuatan umat dalam iman dan takwa, sehingga memberi nussrah kepada terapnya sistem Islam keseluruhan dengan metode syar’i-nya yaitu Khilafah ala minhajin nubuwwah.
Tidak menjanjikan perjuangan penegakan syariah dalam bernegara.
Keberhasilan menegakkan sistem Islam diperoleh dalam jangka waktu cukup lama karena memang begitulah sunnatullahnya mengubah peradaban. Sebagai contoh, menyadarkan umat untuk menjalankan kewajiban menutup aurat saja butuh bertahun lamanya hingga mulai jadi populer.
Keberhasilan dikira bisa diraih dalam jangka pendek atau menengah, itupun yang didapat adalah perubahan pejabat, bukan perubahan sistem.
Kekuasaan untuk Islam meliputi semua aspek negara.
Para pejabat secara umum (mau dan harus mau) menjalankan sistem dan aturan yang ada (yang bukan-Islam). Kemampuan mengubah hukum (dengan merujuk pada syariah Islam) sangat kecil, apalagi mengubah sistem. Bahkan dalam demokrasi, yang sering terjadi adalah hukum berubah menjadi semakin anti-rakyat, pro-penguasa dan pro-imperialis.
Khalifah dibai’at jelas untuk memerintah berdasarkan Qur’an dan Sunnah, menerapkan syariah dalam negara. Jika menyalahi akad bai’at itu dan tidak bertobat maka khalifah langsung diganti.
Pejabat dipilih tanpa kepastian apakah janji-janji kemaslahatan untuk rakyat akan dipenuhi atau tidak, apakah akan berpihak kepada rakyat ataukah kompromi dengan kelompok-kelompok kepentingan (sekularis-liberalis-kapitalis-imperialis).
Dukungan besar dan terus-menerus oleh rakyat dan ahlul quwwah yang telah sadar serta ikhlas untuk langgengnya sistem Islam bersama khalifah dan jajarannya (nantinya, dengan izin Allah SWT) akan menjadi imunitas yang cukup dalam menghadapi rongrongan dan tipudaya musuh. Mereka bahkan akan mampu membalas dengan tipudaya yang lebih besar.
Tanpa keyakinan menyerukan tegaknya syariah Islam kaffah, dan cenderung bersikap kompromis, maka potensi dan kemampuan para pejabat untuk melawan sekularisme rendah. Demokrasi lagi-lagi dijadikan jalan oleh kaum imperialis untuk mencengkeramkan kukunya kembali, bahkan bisa jadi lebih dalam.
Dapat diumpamakan (dari segi operasionalnya saja tanpa melihat pahala/dosa) sebagai sebuah usaha untuk menang dari musuh, yang mana musuh itu hanya bisa dikalahkan dengan rudal dahsyat. Sehingga diperlukan banyak SDM, bahan-bahan yang diperlukan, kesabaran dan proses yang cukup lama untuk menghasilkannya. Sekalinya telah siap rudal itu maka kapan saja diluncurkan akan sanggup mengalahkan musuh.
Upaya yang sedang terus dikerjakan untuk membuat rudal dahsyat malah dicela dan sebagian tenaga umat yang dibutuhkan malah ditarik untuk melawan musuh menggunakan ketapel (perumpamaan dari segi operasionalnya saja tanpa melihat pahala/dosa). Lebih dari itu, bahan-bahan berharga yang diperlukan untuk pembuatan rudal itu malah diambil untuk amunisi ketapelnya. Itu akan memperlambat terwujudnya rudal dahsyat, tapi tak akan menghentikan sama sekali.
Perjuangan inipun dahulu pernah dilakukan dan menuai keberhasilan mewujudkan peradaban Islam. Ketika dikira itu tidak akan berhasil, malah mendapat pertolongan Allah SWT.
Usaha semacam itu belum pernah berhasil satu kalipun dalam sejarah, malah ketika dikira berhasil, ternyata dikalahkan oleh lawan juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam