Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Kamis, 09 Juli 2020

Celaan Terhadap Orang-Orang yang Tidak Mau Menaati Nabi SAW - TAFSIR al-Fath: 11



Celaan Terhadap Orang-Orang yang Tidak Mau Keluar Bersama Rasulullah SAW

Oleh: Rokhmat S. Labib, MEI

“Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan: "Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami;" mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (TQS. al-Fath [48]: 11)

Dalam ayat sebelumnya diberitakan tentang orang-orang yang mengucapkan baiat atau janji setia kepada Rasulullah . Sebagaimana dijelaskan para mufassir, baiat itu dilakukan di bawah sebuah pohon di Hudaibiyah. Itu dilakukan setelah Rasulullah mendengar kabar terbunuhnya Utsman ra. oleh orang-orang Quraisy. Ayat itu pun mengancam siapapun yang melanggar baiatnya dan menjanjikan pahala besar bagi siapapun yang memenuhi janjinya.

Ayat ini kemudian berbicara tentang orang-orang yang tidak mau keluar bersama-Rasulullah .

Keberatan

Allah SWT berfirman: Sayaquulu al-mukhallafiin min al-a'raabi syaghalatnaa amwaalunaa wa ahluunaa (orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan: "Harta dan keluarga kami telah merintangi kami”).

Menurut al-Qurthubi, kata al-mukhallaf berarti al-matruuk (yang ditinggalkan). Al-Zuhaili berkata, "al-Mukhallaf adalah orang yang ditinggalkan di suatu tempat oleh orang-orang yang keluar dari tempat tersebut.” Disebutkan ayat ini bahwa orang-orang yang tertinggal itu adalah min al-a’raab (orang-orang Arab Badui). Menurut Ibnu Jarir al-Thabari, ketika Rasulullah hendak melakukan umrah ke Makkah pada tahun terjadinya Hudaibiyah, beliau mengajak seluruh orang-orang Arab  dan Badui di sekitar Madinah untuk keluar bersama beliau guna mewaspadai kaum Quraisy yang akan menyerang beliau, menghalang-halangi beliau ke Baitullah dan menunaikan umrah. Beliau pun membawa hewan sembelihan untuk menunjukkan kepada manusia bahwa beliau tidak menginginkan perang. Akan tetapi, sebagian besar mereka keberatan dengan ajakan itu dan memilih tidak ikut serta. Mereka itulah yang dimaksudkan oleh ayat ini.

Menurut Mujahid dan Ibnu Abbas, mereka adalah orang Badui Ghiffar, Muzainah, Juhainah, Aslam, Asyja', dan Dail. Mereka adalah orang-orang Badui yang menetap di sekitar Madinah. Demikian dikatakan al-Syaukani, al-Zamakhsyari, dan lain-lain.

Diberitakan ayat ini, bahwa orang-orang yang tidak mau menyertai Rasulullah itu akan menyampaikan alasan keberatan kepada beliau. Alasan yang mereka kemukakan adalah: Syaghalatnaa amwaalunaa wa ahluunaa (harta dan keluarga kami telah merintangi kami).

Ada dua perkara yang mereka katakan menghalangi keberangkatan mereka. Pertama, harta mereka. Dan kedua, keluarga mereka. Dua hal inilah yang harus mereka urusi dan tidak ada orang lain yang menggantikan mereka ketika ditinggalkan mereka.

Kemudian disebutkan: Fa[i]staghfir lanaa (Maka mohonkanlah ampunan untuk kami). Selain mengemukakan alasan keberatan mereka tidak mau berangkat bersama Rasulullah , mereka juga meminta kepada beliau agar dimohonkan ampunan. Akan tetapi permintaan mereka itu tidak tulus dari hati mereka. Mereka hanya berpura-pura di hadapan Rasul seolah mereka merasa berdosa. Imam al-Qurthubi berkata, "Mereka datang untuk dimohonkan ampunan, padahal apa yang mereka yakini berbeda dengan apa yang mereka tampakkan.”

Hal itu ditegaskan Allah SWT dalam firman Allah SWT selanjutnya: Yaquuluunaa bi alsinatihim maa laysa fii quluubihim (mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya). Allah SWT mendustakan perkataan mereka. Al-Baidhawi berkata, ”Ini mendustakan alasan mereka dan permohonan ampun mereka.” Al-Biqa'I juga berkata, ”Karena mereka sesungguhnya tidak sibuk dan tidak memiliki niat untuk meminta istighfar.”

Diterangkan juga oleh al-Zamakhsyari, yang membuat mereka tidak berangkat bukanlah apa yang mereka katakan. Penyebab sesungguhnya adalah keraguan mereka kepada Allah SWT dan kemunafikan. Demikian pula permintaan dimohonkan ampunan juga tidak bersumber dari kenyataan yang sesungguhnya.

Kehendak Allah SWT

Terhadap sikap mereka itu, kemudian Allah SWT berfirman: Faman yamliku lakum minaLlaah syay‘[an] (katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah). Penggalan ayat ini memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk menyampaikan jawaban atas alasan dan permohonan istighfar mereka. Jawaban terhadap mereka diawali dengan Kata man (siapakah). Kata tersebut merupakan istifhaam yang bermakna nafiy (menegasikan). Bahwa tidak ada seorangpun bisa menghalangi iradah dan qadha Allah SWT. Al-Zamakhsyari dan al-Baidhawi juga berkata, ”Maka siapakah yang bisa menghalangi kalian dari iradah dan qadha’ Allah SWT?"

Kemudian Allah SWT berfirman: In araada bikum dharr[an] aw araada bikum naf[an] (Jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu). Firman Allah SWT: In araada bikum dharr[an]  berarti ditimpakannya segala yang menimbulkan madarat bagimu, baik hilangnya harta dan musnahnya keluarga. Menurut al-Zamakhsyari, terbunuh dan kalah. Sedangkan aw araada bikum naf'[an] berarti mendapatkan kemenangan dan memperoleh ghanimah (harta rampasan perang).

Ini merupakan bantahan terhadap sangkaan mereka bahwa tidak berangkat bersama Rasulullah dapat mencegah dari bahaya atau mendatangkan manfaat.

Ayat ini diakhiri dengan firman-Nya: Bal kaanaLlaah bimaa ta'maluuna Khabiir[an] (sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan). Maksudnya, ketidakikutsertaan kalian itu bukan karena apa yang kalian nyatakan. Akan tetapi Allah SWT mengetahui semua perbuatan kalian, termasuk ketidakikutsertaan kalian. Sesungguhnya Dia mengetahui bahwa ketidakikutsertaan kalian bukan karena hal itu namun karena keraguan, kemunafikan, dan berbagai persangkaan buruk yang berpangkal dari ketidakpercayaan kepada Allah SWT. Demikian penjelasan al-Syaukani tentang penggalan ayat ini. Oleh karena itu kemudian disebutkan dalam ayat sesudahnya: “Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang Mukmin sekali-kali tidak akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya” (TQS. al-Fath [48]: 12).

Demikianlah. Orang-orang yang tidak mau ikut serta bersama Rasulullah untuk memperjuangkan agamanya akan mencari-cari alasan untuk membenarkan tindakannya. Mereka beralasan karena harus menjaga harta dan keluarga mereka. Untuk menunjukkan perasaan bersalah, mereka juga meminta kepada Rasulullah untuk dimintakan ampun kepada Allah SWT, Sebagaimana diterangkan para mufassir, sesungguhnya semua itu hanya dusta belaka. Oleh karena itu, ayat ini mencela mereka. Wa-Llaah a'lam bi al-shawaab.[]

Ikhtisar:

1. Celaan bagi orang-orang yang tidak mau keluar berperang bersama Rasulullah .

2. Allah SWT mengetahui kedustaan mereka.

3. Tidak ada seorangpun dapat mencegah kehendak dan ketetapan Allah SWT yang menimpa manusia, baik madharat maupun manfaat.

4. Allah SWT mengetahui semua perbuatan manusia.

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 196

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam