Semakin tinggi
sekolahnya, mestinya semakin banyak ilmunya dan semakin bertakwa kepada Allah
SWT, tetapi fakta sebaliknya justru yang terjadi. Kalau di dunia Barat, tentu
saja wajar, tapi anehnya gejala umum ini terjadi di negeri-negeri Islam.
Mengapa begitu? Untuk mendapatkan jawabannya, wartawan Tabloid Media Umat Joko
Prasetyo dan Riza Aulia mewawancarai Direktur Divisi Muslimah pada Kantor Media
Pusat Hizbut Tahrir Nazreen Nawaz. Berikut petikannya.
Seperti
apa fakta dunia pendidikan di negeri-negeri Islam saat ini?
Hari ini, dunia Muslim
sedang menghadapi krisis pendidikan yang parah yang memiliki beberapa masalah
dengan berbagai bentuk.
Ketiadaan
infrastruktur misalnya. Ada 12 juta anak-anak yang mengalami krisis
infrastruktur sekolah. Mulai dari bangunan sekolah yang runtuh hingga yang
benar-benar tidak memiliki bangunan sekolah, sehingga di banyak bagian dunia
Muslim tidak sedikit yang melakukan aktivitas belajar-mengajar di tenda-tenda.
Contohnya?
Di Afganistan, 65
persen sekolah terpaksa menyelenggarakan pendidikan di bawah langit terbuka. Di
Pakistan hanya 50 persen sekolah yang bangunannya dianggap layak. Rakyat harus survive (bertahan) atas kenaikan listrik,
bahan pangan dan lain sebagainya. Sehingga alokasi untuk pendidikan sangat
minim yakni sekitar 2-3 persen dari produk domestik bruto (GDP) Pakistan.
Akibatnya, banyak anak-anak tidak mendapatkan fasilitas pendidikan yang layak.
Krisis lainnya adalah
kurikulum. Dan pada umumnya kurikulum pendidikan yang diterapkan di dunia Islam
merupakan kurikulum sekular yang diambil dari Barat. Akibatnya, anak didik
lebih cenderung menjadi slaves
(budak-budak) untuk melayani kepentingan Barat.
“Cenderung
menjadi budak" itu seperti apa contohnya?
Mereka menjadi terlalu
mengagungkan Barat serta menjadi pengemban ide-ide Barat dan lebih parahnya
malah menentang penerapan syariat Islam secara kaffah. Di Turki misalnya,
peserta didik di sana didorong untuk mengagungkan Kemal Pasha Attaturk. Padahal
pada kenyataannya Kemal penghancur khilafah.
Kemudian yang kedua,
dijejalkannya prinsip-prinsip nasionalistik. Negara-negara di Arab seperti
Yordania, Maroko Aljazair dan lain sebagainya, kental sekali penanaman ide-ide
nasionalisme. Dan dalam waktu yang bersamaan, mencerabut ajaran-ajaran Islam, seperti
pelajaran bahasa Arab, pelajaran tentang para sahabat Rasulullah SAW dan lain
sebagainya. Dan menggantinya dengan pelajaran-pelajaran yang terkait ide-ide
nasionalisme.
Sehingga
menjadi alergi dengan ide penyatuan seluruh negeri Islam dalam naungan
khilafah?
Iya, tentu saja
dampaknya jadi seperti itu. Di Pakistan dan Bangladesh misalnya, orang-orang
yang mendidik masyarakat untuk menyadari dan memahami kewajiban menegakkan
kembali khilafah itu dikriminalisasi. Di pendidikan formal Bangladesh dan
Pakistan tidak boleh pula mengajarkan kisah para pahlawan Islam.
Bahkan di Bangladesh,
kisah pahlawan-pahlawan Islam digantikan dengan kisah pahlawan-pahlawan Hindu.
Di Bangladesh juga orang-orang atheis, komunis dan sekuler memegang
jabatan-jabatan kunci di bidang pendidikan.
Lebih parahnya lagi,
di Bangladesh itu bila kita mengajarkan bahwa ”Islam adalah satu-satunya agama
yang benar” itu dilarang. Atau mengatakan ”Islam lebih tinggi dari agama-agama
lain" itu tidak boleh.
Beberapa aktivis
Hizbut Tahrir Bangladesh pun dikeluarkan dari universitas gara-gara menjelaskan
wajibnya menegakkan khilafah. Hal yang sama juga terjadi di Pakistan.
Bahkan aktivitas di
luar kampus pun jadi masalah. Contohnya di Uttara, Dhaka, Bangladesh. Pada 30
Agustus 2015, dua Muslimah yang satu seorang dokter gigi dan satunya lagi
seorang insinyur diculik dan disiksa secara fisik oleh aparat rezim.
Satu-satunya 'kejahatan' kedua Muslimah itu adalah karena mengundang kenalan
mereka untuk berpartisipasi dalam konferensi online
tentang Islam dan kewajiban menegakkan khilafah.
Mengapa
dunia Islam malah menerapkan sistem pendidikan sekuler?
Salah satu alasan
utama untuk ini adalah karena sistem pendidikan di negeri kita diimpor dari
zaman kolonial, ketika kolonialis Barat menduduki negeri kita, sehingga dari
generasi ke ke generasi, secara represif mereka menerapkan sistem pendidikan
kolonial ini.
Dan sistem ini tidak
pernah dimaksudkan untuk benar-benar mendidik anak-anak kita dengan cara yang
terbaik. Ini tidak pernah dimaksudkan untuk meningkatkan keberhasilan akademik
rakyat kita, itu tidak pernah dimaksudkan untuk menciptakan kemajuan dan pembangunan
di tanah kita. Itu pada dasarnya dimaksudkan untuk melakukan dua hal. Nomor
satu, memperbudak pemikiran anak-anak kita ke budaya Barat dan sistem yang
mereka buat.
Dan kedua, untuk
menjaga seluruh wilayah dalam kegelapan sehingga kita akan terus bergantung
pada Barat untuk pengembangan diri dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasar. Jadi ini adalah penyebab utama dan ini adalah jenis realitas krisis
parah yang mempengaruhi dunia Muslim saat ini.
Jadi agenda yang
sangat jelas, mensekulerkan pemikiran pemuda, meliberalisasi pemikiran mereka,
jadi bagaimana Anda berharap untuk membangun karakter insan bertakwa dengan
tujuan sistem pendidikan seperti ini?
Aneh
ya, padahal Barat kan sudah tidak menjajah lagi, kok negeri-negeri Islam masih
menerapkan sistem pendidikan sekuler?
Memang militer Barat
meninggalkan sebagian besar negeri-negeri Islam pasca keberhasilannya
meruntuhkan Khilafah Islam sekitar 93 tahun yang lalu. Mereka pergi lantaran
telah berhasil menanamkan ide-ide kufurnya ke benak kaum Muslimin yang kemudian
menjadi rezim negara-bangsa. Sehingga yang diterapkan adalah sistem pemerintah
yang dimaui Barat yakni sistem sekuler dan rezim sekular di tanah kita.
Jadi karena penguasa
rezim ini telah cukup memenuhi penawaran dari guru mereka, master Barat dan melaksanakan agenda mereka.
Dalam pendidikan, dalam politik, dan setiap bidang kehidupan.
Dan itu terus
dipelihara Barat sampai sekarang. Salah satu contoh dari hal ini, mereka
menggunakan berbagai alat, LSM atau organisasi lainnya. Tahun lalu, UNESCO
mengatur dengan Departemen Luar Negeri Pemerintah AS, pertemuan tingkat tinggi
dengan Departemen Pendidikan yang menawarkan negara-negara anggota, sekarang
kita tahu ada 195 negara anggota UNESCO.
Dan pertemuan ini
adalah khusus untuk kementerian pendidikan agar menggunakan strategi nasional
untuk mendorong melalui agenda terhadap apa yang disebut deradikalisasi. Dan
kita tahu apa yang mereka maksud dengan radikalisasi.
Deradikalisasi adalah
cara Barat untuk mengendurkan semangat kaum Muslimin dalam memperjuangkan
tegaknya syariah, mengkriminalisasi orang-orang yang mendukung konsep khalifah,
orang-orang yang mendukung jihad melawan pendudukan, bahkan orang-orang yang mendukung
hukum sosial Islam yang (ada aturan) memisahkan pria dan wanita. Orang-orang
ini telah diberi label ekstrimis dan radikal oleh pemerintah Barat dan
politisi.
Jadi pertemuan yang
digagas UNESCO tersebut untuk mendorong agenda ini. Anda dapat melihat secara
kasat mata di negeri tempat tinggal Anda bagaimana mereka memanipulasi
kurikulum hingga seperti maunya Barat. []
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 193, Pendidikan Sekuler Cetak Generasi Budak Barat
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar