Membongkar Paham Sekularisme
[ Mengungkap Paham Sekularisme ]
Bagian 1 Perang Ide-Ide : Kapitalisme Barat versus Islam
2 Membongkar Sekularisme
"Aku yakin bahwa sekularisme pluralistik, dalam jangka panjang, adalah racun yang lebih berbahaya daripada penindasan langsung"
- Francis Schaeffer
Mantan Sekretaris Luar Negeri Inggris Jack Straw sekali lagi menyidangkan kontroversi dengan menyarankan supaya para wanita Muslim harus menyingkirkan cadarnya. Sebelumnya, Straw menyebabkan marah dan menangis di antara kaum Muslim dan non-Muslim, ketika dia memerintahkan perang melawan Irak, dan menyangkal hubungan apapun antara kebijakan luar negeri Inggris dan teror buatannya sendiri. Tapi Straw bukan satu-satunya menteri yang membuat tuduhan-tuduhan palsu tentang karakter Islam dari komunitas Islam di Inggris. Ruth Kelly, Sekretaris komunitas, menyerukan "debat baru dan jujur" i tentang kelayakan multikulturalisme. Sekretaris Dalam Negeri John Reid menyatakan bahwa para orangtua kaum Muslim harus memata-matai anak-anak mereka. Adalah jelas bahwa pemerintah Inggris telah masuk dalam perang salib untuk menyaingi prinsip pluralisme yang dibanggakan, dan kebebasan beragama dalam usaha terakhir untuk menjaga Inggris sekular.
Sejak 11 September, di bawah alasan perang terhadap teror, Barat telah mengambil satu set tindakan yang khusus ditujukan pada kaum Muslimin yang tinggal di Barat. Tindakan-tindakan itu termasuk penahanan tanpa alasan, penyiksaan fisik, pemenjaraan tanpa pengadilan, pengamatan masjid-masjid, membungkam para Imam, dan kematian dalam penahanan polisi. Beberapa bahkan dipaksa untuk menjadi mata-mata. Kaum Muslim juga telah menyaksikan pelecehan Islam tiada henti oleh media barat.
Semua ini telah meninggalkan impresi tak terhapus di dalam pikiran kaum Muslimin bahwa demokrasi sekular di Barat tidak mampu menjamin kedamaian dan keamanan kaum Muslim untuk mempraktekkan agama mereka.
Wabah atas kaum Muslimin yang hidup di bawah kediktatoran sekular yang didukung oleh Barat lebih parah lagi. Di negeri-negeri seperti Uzbekistan, kaum Muslim laki-laki secara rutin ditahan karena berjenggot atau mengunjungi masjid terlalu sering. Di Turki, kaum Muslimah yang memilih pendidikan universitas dipaksa menanggalkan hijab (jilbab) mereka.
Tapi hukuman yang paling kejam disiapkan untuk mereka yang berusaha mengkritik rezim-rezim tirani itu; pemenjaraan, penyiksaan, dan pembunuhan ekstra-judisial bisa rutin ditemukan di negeri-negeri seperti itu. Jadi kita juga menemukan kaum Muslimin yang hidup di dunia Muslim teryakinkan bahwa sekularisme adalah cacat dan tidak layak untuk mengatur mereka.
Bahkan non-Muslim yang hidup di bawah sekularisme merasa bahwa agama mereka terancam. Banyak Kristen di Barat memandang pastur homoseksual, pendeta wanita, anak haram, dan komersialisasi Natal sebagai usaha-usaha keji oleh para fundamentalis sekular untuk mengubur nilai-nilai Kristen, menggantinya dengan yang sekular.
Demikian juga, sekularisme telah gagal untuk melindungi sekte-sekte Kristen di Irlandia Utara dan menjaga nyawa orang-orang Yahudi, Kristen dan Muslim yang hidup di palestina. India, negara sekular terbesar di dunia, cenderung pada kekerasan terhadap agama di mana orang-orang Hindu, Kristen, Muslim dan Sikh semuanya adalah korban sekularisme. Jadi, Sebagaimana Kaum Muslimin, non-Muslim juga mencari sistem pengganti yang bisa menyediakan mereka dengan kesempatan untuk mempraktekkan agama mereka dalam damai.
Islam adalah satu-satunya ideologi di dunia di mana rakyat dari berbagai kepercayaan bisa sembahyang dan mengerjakan tugas agama mereka tanpa mengalami balas dendam atau ketidak-amanan. Dalam prakteknya ini dijamin oleh negara Khilafah. Di masa lalu Khalifah melindungi hak-hak non-Muslim dan Kaum Muslim, tanpa mendiskriminasi di antara mereka. Ambil contoh Palestina: di bawah kekuasaan Khilafah, kaum Muslim, Yahudi, dan Kristen hidup dalam harmoni, satu contoh yang tak tertandingi dalam sejarah umat manusia.
Dengan memacu pemaksaan sekularisasi terhadap Kaum Muslimin, Kristen dan Yahudi, para pemerintah Barat beresiko mengasingkan mereka. Sebaliknya, para pemerintah Barat harus mengevaluasi-kembali kebijakan asimilasi paksa mereka dan mengulas secara kritis pertanyaan yang lebih luas di masa kita - apakah sekularisme bisa benar-benar menjamin hak-hak rakyat dari berbagai kepercayaan.
7 Oktober 2006
[ Menggugat Paham Sekularisme ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar