Partai ideologi Islam harus memiliki “masterplan” atau fikrah,
yakni rincian berbagai ide, konsep dan gagasan –berdasarkan dalil-dalil Islam
yang rinci– yang akan ditawarkan sebagai solusi dari berbagai permasalahan
kehidupan. Dengan begitu, ketika kelompok dakwah/partai politik tersebut
berhasil menegakkan kekuasaan Islam, maka konsep tersebut langsung bisa
dilaksanakan (applicable).
Setelah Rasulullah Saw. membina para Sahabat selama 3 tahun,
Allah Swt. memerintahkan Beliau untuk keluar secara terang-terangan (Al-Hafidh
Ibn Jarir at-Thabari, Tarikh al-Umam wa
al-Muluk, Dar al-Fikr, Beirut, t.t. Juz III, hal. 402) sekaligus partai
yang solid dan kuat itu menentang pemikiran-pemikiran non-Islam serta para elit
politiknya yang memberlakukan sistem aturan kufur kepada masyarakat Makkah.
Hamzah bin ‘Abdul Muthallib masuk Islam, dan tiga hari
kemudian ‘Umar bin al-Khatthab juga memeluk Islam. Ini terjadi pada bulan
Dzulhijjah, tahun ke-5 bi’tsah.
(Al-‘Allamah Shafiyyu ar-Rahman al-Mubarakfuri, ar-Rahiq
al-Makhtum: Bahts[un] fi as-Sirah an-Nabawiyyah ‘ala Shahibiha Afdhala
as-Shalata wa as-Salam, Dar Ihya’ at-Turats, Beirut, t.t. hal. 89-90).
Jika proses ini berjalan baik maka opini di tengah-tengah masyarakat akan
didominasi oleh opini Islam. Aktivitas membina kader dakwah juga terus
dilakukan untuk terus memantapkan pengemban dakwah yang ada, juga untuk
memperbanyak kuantitas mereka. Dengan itu, proses memahamkan masyarakat dengan
Islam bisa semakin intensif.
Nabi
Saw. pernah menyampaikan Islam dengan cara mengumpulkan masyarakat di Bukit
Shafa di mana Beliau langsung terang-terangan menampakkan risalahnya,
menyampaikan kepada mereka bahwa sesungguhnya Beliau adalah seorang Nabi yang
diutus, dan Beliau meminta agar mereka mengimaninya; juga pernah dengan
mengundang makan bersama. Ini merupakan bentuk pembinaan umum (tatsqif jama’i).
Imam al-Bukhari telah mengeluarkan riwayat dari Ibn Abbas ra.
ia berkata:
لَمَّا نَزَلَتْ:
﴿وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ﴾، صَعِدَ النَّبِيُّ عليه الصلاة والسلام
عَلَى الصَّفَا، فَجَعَلَ يُنَادِي: «يَا بَنِي فِهْرٍ، يَا بَنِي عَدِيٍّ» –
لِبُطُونِ قُرَيْشٍ – حَتَّى اجْتَمَعُوا فَجَعَلَ الرَّجُلُ إِذَا لَمْ
يَسْتَطِعْ أَنْ يَخْرُجَ أَرْسَلَ رَسُولًا لِيَنْظُرَ مَا هُوَ، فَجَاءَ أَبُو
لَهَبٍ وَقُرَيْشٌ، فَقَالَ: «أَرَأَيْتَكُمْ لَوْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ خَيْلًا
بِالوَادِي تُرِيدُ أَنْ تُغِيرَ عَلَيْكُمْ، أَكُنْتُمْ مُصَدِّقِيَّ؟» قَالُوا:
نَعَمْ، مَا جَرَّبْنَا عَلَيْكَ إِلَّا صِدْقًا، قَالَ: «فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ
بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ» فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ: تَبًّا لَكَ سَائِرَ
اليَوْمِ، أَلِهَذَا جَمَعْتَنَا؟ فَنَزَلَتْ: ﴿تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ
وَتَبَّ مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَب﴾.
“Ketika
turun ayat (artinya) “Dan berilah peringatan
kepada kerabat terdekatmu” (TQS. Asy-Syu’araa’: 214), Nabi Saw. naik ke bukit Shafa, dan Beliau
mulai menyeru: “Wahai Bani Fihrin, wahai Bani
Adi –untuk satu marga Quraisy- sehingga mereka berkumpul, dan jika
seorang laki-laki tidak bisa keluar dia mengirim utusan untuk melihat apa itu.
Lalu datanglah Abu Lahab dan Quraisy, maka Beliau bersabda: “Bagaimana pendapatmu seandainya aku beritahukan
bahwa pasukan ada di lembah ingin menyerang kalian, apakah kalian
membenarkanku?” Mereka berkata: “Benar, kami tidak punya pengalaman
denganmu kecuali engkau jujur.” Beliau bersabda: “Aku
memberi peringatan kepada kalian di depan azab yang pedih.” Maka Abu
Lahab berkata: “Celakalah kamu sepanjang hari, apakah untuk ini engkau
mengumpulkan kami?” Maka turunlah ayat (artinya): “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.”
(TQS. al-Masad [111]: 2)
Imam
Muslim telah mengeluarkan dari Ibn Abbas, ia berkata:
لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ
الْآيَةُ: ﴿وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ﴾، وَرَهْطَكَ مِنْهُمُ
الْمُخْلَصِينَ، خَرَجَ رَسُولُ اللهِ عليه الصلاة والسلام حَتَّى صَعِدَ
الصَّفَا، فَهَتَفَ: «يَا صَبَاحَاهْ»، فَقَالُوا: مَنْ هَذَا الَّذِي يَهْتِفُ؟
قَالُوا: مُحَمَّدٌ، فَاجْتَمَعُوا إِلَيْهِ، فَقَالَ: «يَا بَنِي فُلَانٍ، يَا
بَنِي فُلَانٍ، يَا بَنِي فُلَانٍ، يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ، يَا بَنِي عَبْدِ
الْمُطَّلِبِ»، فَاجْتَمَعُوا إِلَيْهِ، فَقَالَ: «أَرَأَيْتَكُمْ لَوْ
أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ خَيْلًا تَخْرُجُ بِسَفْحِ هَذَا الْجَبَلِ، أَكُنْتُمْ
مُصَدِّقِيَّ؟» قَالُوا: مَا جَرَّبْنَا عَلَيْكَ كَذِبًا، قَالَ: «فَإِنِّي
نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ»، قَالَ: فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ:
تَبًّا لَكَ أَمَا جَمَعْتَنَا إِلَّا لِهَذَا، ثُمَّ قَامَ فَنَزَلَتْ هَذِهِ
السُّورَةُ تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَقَدْ تَبَّ، كَذَا قَرَأَ الْأَعْمَشُ
إِلَى آخِرِ السُّورَةِ.
“Ketika
turun ayat (artinya): “Dan berilah peringatan
kepada kerabatmu yang terdekat” dan tokoh-tokohmu di antara mereka yang
ikhlas. Rasulullah Saw. keluar hingga Beliau naik ke bukit Shafa dan berteriak: “Wahai pagi”. Mereka berkata: “Siapa yang
berteriak itu?” Mereka mengatakan:
“Muhammad.” Lalu mereka berkumpul kepada
Beliau. Maka Beliau bersabda: “Ya bani fulan,
ya bani Fulan, ya bani Fulan, ya bani Abdu Manaf, ya bani Abdul Muthallib.”
Mereka pun berkumpul kepada Beliau. Lalu Beliau bersabda: “Bagaimana pendapat kalian seandainya aku beritahukan
bahwa sepasukan berkuda keluar di balik gunung ini apakah kalian membenarkan
aku?” Mereka menjawab: “Kami tidak punya pengalaman denganmu kecuali
engkau benar.” Beliau bersabda: “Maka aku
memberi peringatan kepada kalian di depan azab yang sangat pedih.” Ibn
Abbas berkata: “Maka Abu Lahab berkata: “Celakalah kamu, apakah engkau
mengumpulkan kami untuk ini?” Kemudian turun surat ini “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.”
(TQS. al-Masad [111]: 2) Demikianlah
al-A’masy membaca surat ini hingga akhir surat.
Ahmad bin Yahya bin Jabir bin Dawud al-Baladzuri (w. 279 H)
meriwayatkan dalam kitabnya “Jamal bin Ansâb
al-Asyrâf” ia berkata: “Muhammad bin Sa’ad dan al-Walid bin Shalih telah
menceritakan kepadaku dari Muhammad bin Umar al-Waqidi dari Ibn Abiy Sabrah
dari Umar bin Abdullah dari Ja’far bin Abdullah bin Abi al-Hakam, ia berkata:
لَمَّا نَزَلَتْ عَلَى
النَّبِيِّ عليه الصلاة والسلام ﴿وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ﴾،
اشْتَدَّ ذَلِكَ عَلَيْهِ وَضَاقَ بِهِ ذَرْعًا… فَلَمَّا أَصْبَحَ رَسُولُ
اللَّهِ عليه الصلاة والسلام ، بَعَثَ إِلَى بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ.
فَحَضَرُوا وَمَعَهُمْ عِدَّةٌ مِنْ بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ، وَجَمِيعُهُمْ خَمْسَةٌ
وَأَرْبَعُونَ رَجُلا… فَجَمَعَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ عليه الصلاة
والسلام ثَانِيَةً، فَقَالَ: «الْحَمْدُ لِلَّهِ
أَحْمَدُهُ، وَأَسْتَعِينُهُ وَأُومِنُ بِهِ وَأَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ، وَأَشْهَدُ
أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ». ثُمَّ قَالَ: «إِنَّ
الرَّائِدَ لا يَكْذِبُ أَهْلَهُ. وَاللَّهِ لَوْ كَذَبْتُ النَّاسَ جَمِيعًا، مَا
كَذَبْتُكُمْ. وَلَوْ غَرَرْتُ النَّاسَ، مَا غررتكم وَاللَّهِ الَّذِي لا إِلَهَ
إِلا هُوَ، إِنِّي لَرَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ خَاصَّةً وَإِلَى النَّاسِ
كَافَّةً. وَاللَّهِ، لَتَمُوتُنَّ كَمَا تَنَامُونَ، وَلَتُبْعَثُنَّ كَمَا
تَسْتَيْقِظُونَ، وَلَتُحَاسَبُنَّ بِمَا تَعْمَلُونَ، وَلَتُجْزَوُنَّ
بِالإِحْسَانِ إِحْسَانًا وَبِالسُّوءِ سوءا. وَإِنَّهَا لَلْجَنَّةُ أَبَدًا،
وَالنَّارُ أَبَدًا. وَأَنْتُمْ لأَوَّلُ مَنْ أُنْذِرُ».
فَقَالَ أَبُو
طَالِبٍ: “مَا أَحَبَّ إِلَيْنَا مُعَاوَنَتَكَ وَمُرَافَدَتَكَ،
وَأَقْبَلَنَا لِنَصِيحَتِكَ، وَأَشَدَّ تَصْدِيقَنَا لِحَدِيثِكَ. وَهَؤُلاءِ
بَنُو أَبِيكَ مُجْتَمِعُونَ. وَإِنَّمَا أَنَا أَحَدُهُمْ، غَيْرَ أَنِّي
وَاللَّهِ أَسْرَعُهُمْ إِلَى مَا تحب. فامض لما أمرت به. فو الله، لا أَزَالُ
أَحُوطُكَ وَأَمْنَعُكَ، غَيْرَ أَنِّي لا أَجِدُ نَفْسِي تُطَوِّعُ لِي فِرَاقَ
دِينِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ حَتَّى أَمُوتَ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ.”
وَتَكَلَّمَ الْقَوْمُ كَلامًا لَيِّنًا، غَيْرَ أَبِي لَهَبٍ فَإِنَّهُ قَالَ: “يَا
بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، هَذِهِ وَاللَّهِ السَّوْءَةُ، خُذُوا عَلَى يَدَيْهِ
قَبْلَ أَنْ يأخذ على يده غيركم. فإن اسلمتوه حِينَئِذٍ، ذُلِلْتُمْ. وَإِنْ
مَنَعْتُمُوهُ قُتِلْتُمْ” فَقَالَ أَبُو طالب: «والله،
لنمنعه مَا بَقِينَا».
“Ketika
turun kepada Nabi Saw. ayat (artinya) “Dan
berilah peringatan kepada kerabat terdekatmu,” hal itu menjadi hal yang
berat dan membuat dada Beliau terasa sempit… ketika pagi hari Rasulullah Saw.
mengutus kepada Bani Abdul Muthallib. Lalu mereka hadir dan bersama mereka
sejumlah orang dari Bani Abdu Manaf, semuanya empat puluh lima orang … lalu
Rasulullah mengumpulkan mereka kedua kalinya. Dan Beliau bersabda: “Segala puji hanya bagi Allah aku memuji-Nya. Aku
meminta pertolongan-Nya dan aku beriman kepada-Nya dan bertawakal kepada-Nya.
Aku bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya”.
Kemudian Beliau bersabda: “Sesungguhnya seorang
pemimpn tidak membohongi warganya. Dan demi Allah seandainya aku berdusta
kepada seluruh manusia, aku tidak akan berdusta kepada kalian. Seandainya aku
menipu manusia niscaya aku tidak akan menipu kalian. Demi Allah yang tiada
tuhan melainkan Dia, sesungguhnya aku adalah Rasulullah kepada kalian secara
khusus dan kepada manusia seluruhnya. Demi Allah tidaklah kalian mati seperti
kalian tidur, dan sungguh kalian akan dibangkitkan seperti kalian dibangunkan,
dan sungguh kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kalian
perbuat, dan sungguh kalian diberi balasan atas kebaikan dengan kebaikan dan
keburukan dibalas keburukan. Dan sungguh adalah Surga itu kekal dan Neraka itu
kekal. Dan kalian sungguh adalah orang pertama-tama yang aku peringatkan.”
Lalu Abu Thalib berkata: “Alangkah senang bagi kami membantu dan menyertaimu
dan kami menyambut nasihatmu dan sangat membenarkan pembicaraanmu. Dan mereka
anak bapak moyangmu berkumpul. Melainkan aku adalah salah seorang dari mereka.
Hanya saja aku, demi Allah, yang paling cepat kepada apa yang engkau sukai.
Jalankan apa yang diperintahkan kepadamu. Demi Allah aku akan terus menjaga dan
melindungimu. Hanya saja aku tidak menemukan diriku suka untuk meninggalkan
agama Abdul Muthallib hingga aku mati di atas apa sebagaimana dia.” Kaum itu
berbicara lembut. Kecuali Abu Lahab, ia berkata: “Wahai bani Abdul Muthallib,
ini demi Allah adalah keburukan. Tindaklah dia sebelum dia ditindak oleh selain
kalian. Jika kalian menyerahkan dia saat itu, kalian dihinakan. Dan jika kalian
melindunginya maka kalian diperangi.” Abu Thalib berkata: “Demi Allah sungguh
kami akan melindunginya selama kami ada.”
“Dan katakanlah: "Sesungguhnya aku adalah pemberi
peringatan yang menjelaskan." (QS. Al-Hijr: 89)
….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar