Tanyalah pada anak
Anda, menurut mereka siapakah superhero yang paling hebat. Maka kemungkinan
besar jawabannya antara lain; Superman, Batman, Ironman, Spiderman, The Flash,
Hulk, Thor, Kapten Amerika, atau bahkan lebih mengerikan lagi kalau jawabannya
Deadpool atau Wonder Woman.
Bagi anak-anak, itulah
referensi yang mereka dapat tentang yang namanya “superheroes” dan apa kesamaan
dari semua superheroes hari-hari ini? Ya, betul, mereka sama-sama berasal dari
Amerika, mereka diciptakan di sana.
Pertanyaannya, mengapa
kebanyakan (kalau tidak dikatakan hampir semua) superheroes itu dibuat di
Amerika dan populer lewat Hollywood? Jawabannya sederhana, sebab memang itulah
yang mereka rindukan, sebuah kehidupan ada superheroes yang membuat situasi menjadi
aman, ada penolong dalam setiap kejahatan.
Sebab adanya suatu
film, biasanya menunjukkan kalau mereka justru tidak memiliki cerita di film
itu dalam kenyataan, maka untuk itulah film dibuat, sebab tidak ada
kenyataannya, sebab itulah cita-cita orang-orangnya. Untuk kasus Amerika,
banyaknya superheroes justru karena Amerika adalah negeri yang paling tidak
aman sedunia.
Dalam tulisannya The
Most Dangerous Place on Earth di tahun 2007, Dr Shahid Qureshi memublikasikan
bahwa di Amerika terjadi pembunuhan setiap 22 menit, perkosaan terjadi setiap 5
menit, perampokan terjadi setiap 49 detik, pencurian terjadi setiap 10 detik,
dan menghabiskan 674.000.000.000 dolar Amerika setiap tahunnya untuk menangani
kriminalitas di negaranya.
Sama seperti di Jepang
dan Korea Selatan, film-film yang mereka buat super romantis, jelas-jelas
membuat remaja-remaja Indonesia galau dan baper saat menontonnya, sambil
berkomentar ”so sweet”, “Ya Allah pengen banget dapet cowok kayak gitu..", dan membuat idola-dola bermata sipit
ramai di Indonesia. Kenyataannya? Jepang dan Korea selatan berkompetisi
memperebutkan piala dunia dalam kategori tingkat bunuh diri tertinggi di dunia.
Peradaban khayal,
kebahagiaan semu, kehidupan tipu-tipu, kemajuan artifisial, itulah yang kita
lihat pada peradaban yang tidak dibangun atas dasar ketakwaan, rapuh dan hanya
fatamorgana saja, terlihat dari jauh sempurna namun ketika didekati hanya hawa
panas dan udara saja. Amerika, Korea Selatan, dan Jepang, ternyata hanya indah
di layar saja, tak seindah aslinya.
Lihatlah bagaimana
kemajuan peradaban Barat meminta korban, memerlukan tumbal, Jepang dan Korea
Selatan punya problem bunuh diri, Cina problemnya atheis, Amerika problemnya sex, drugs,
crime. Tiap majunya peradaban, adalah
mundurnya akhlak.
Tidak begitu dengan
yang ditawarkan ulslam. Peradaban Islam adalah peradaban yang riil tanpa
polesan atau pencitraan. Peradaban Islam tegak di atas akidah Islam yang muncul
dari pengakuan sempurna akan adanya Allah dalam setiap aspek kehidupan, karena
semua Muslim sadar bahwa Allah adalah asal dan tempat kembalinya.
Dan Muslim tak perlu
contoh khayalan untuk menyemangatinya, Islam tak kehabisan tokoh-tokoh yang
menginspirasi dan bukan fiksi, tapi nyata dan memang terbukti adanya. Pribadi
Muhammad SAW takkan pernah habis digali, dicontohi dan diteladani. Di belakangnya
juga banyak tokoh yang tak lekang dimakan zaman semisal Abu Bakar, Umar, Utsman
dan Ali.
Saat peradaban lain
memerlukan "tumbal” untuk kemajuan bangsanya, Islam justru menawarkan
kesempurnaan hidup dunia dan akhirat. Kebahagiaan sejati di dunia dan juga
tanpa batas di akhirat. Bukan hanya memajukan kualitas hidup, tapi juga manusia
yang hidup di dalamnya. Begitulah peradaban Islam.
Sekarang mana yang
kita harapkan, dinina-bobokan peradaban khayal Barat yang kuat dalam hal
pencitraannya tapi rapuh rusak di dalamnya, ataukah peradaban Islam yang
terbukti mampu menghasilkan generasi-generasi emas yang sudah mewarnai
peradaban?
Felix Y. Siauw
Tim @YukNgajiID
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 193
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar