Pernahkah kita
bertanya, mengapa seorang Muhammad yang sangat dicintai oleh kaumnya, tinggi
nasabnya, indah perangainya, jujur lisannya dan semua mengenalnya sebagai
al-amin (yang terpercaya), lantas bisa sangat dibenci oleh kaumnya sendiri
setelah Beliau membawa Islam?
Apa yang sebenarnya
Beliau dakwahkan sehingga perlakuan yang Beliau terima dari kaumnya sangat
bertolak belakang dengan sebelum Beliau diutus menjadi Nabi dan Rasul?
Seandainya Rasulullah
hanya mengajarkan berpakaian sorban dan jubah saja, apakah Beliau dibenci?
Tentu tidak. Seandainya Rasulullah hanya membawa ajaran tentang janggut dan
akhlak saja, apakah Beliau akan dibenci? Tentu tidak. Lalu apa yang membuat
Beliau begitu dibenci?
Jawabannya sederhana,
sebab Rasulullah membawa pemikiran Islam, yang pemikiran itu berbeda secara
diameteral dengan apa yang diyakini oleh kaum kafir Quraisy pada saat itu.
Pertarungannya adalah pertarungan pemikiran.
Pertarungannya antara
pemikiran bathil yang diemban kafir Quraisy pada masa itu yang sudah melembaga
dan lama, dengan Islam yang Rasulullah bawa, yang menghancurkan sendi-sendi
yang paling prinsip yang selama ini dipraktekkan kaum Quraisy.
Rasul misalnya
mengkritik sesembahan palsu yang saat itu diyakini, bahkan disembah di dalam
Ka'bah. Tidak hanya itu, Rasulullah juga banyak memberikan koreksi terhadap
struktur sosial, tentang strata masyarakat, tentang muamalah yang hanya
berpihak pada yang kaya, tentang penguasa yang zalim, juga perbaikan posisi
wanita.
Hal-hal inilah yang
akhirnya membuat kafir Quraisy naik pitam lalu memutuskan melakukan tindakan
fisik, seperti penganiayaan dan pemboikotan melengkapi propaganda yang tadinya
mereka lakukan, sebab mereka merasa terancam.
Mereka terancam akan
pengikut Nabi Muhammad yang semakin banyak, yang pada gilirannya akan mengubah
tatanan masyarakat, yang bila itu terjadi, artinya mereka yang sudah nyaman
dalam kemaksiatan dan menjadi raja dalam ketidakadilan, akan hilang pula posisinya.
Maka mereka melakukan
apa saja agar Rasulullah dan para sahabatnya menghentikan dakwahnya. Sebab
keberhasilan Islam sama saja kejatuhan mereka. Nilai-nilai yang selama itu ada
dalam masyarakat yang menguntungkan baginya hendak diubah oleh Islam, tentu mereka
tak suka.
Dan dari Al-Qur’an
kita belajar, bahwa kisah Rasulullah melawan kezaliman yang melembaga itu bukan
kisah yang pertam-tama, tapi kisah rutin yang terjadi pada Nabi dan Rasul yang
Allah utus untuk umat manusia.
Begitulah para Nabi
dan Rasul diutus untuk menghentikan kezaliman. Dan kezaliman terbesar itu
adalah mengufuri Allah, enggan beriman kepada-Nya. Juga mengentikan
ketidakadilan, lalu membawa manusia pada penghambaan total pada Allah dengan
terikat pada syariah-Nya.
Kita lihat bagi
Namrudz, ada Ibrahim yang Allah utus untuk menghentikan kezalimannya. Saat
muncul Firaun, maka Allah utus Musa untuk menghentikan kesombongannya. Bagi
Raja Romawi yang pongah, Allah utus Isa Almasih untuk meruntuhkan
keangkuhannya.
Setiap kezaliman dan
kesombongan pasti akan dihentikan, pertanyaanya jika sekarang Nabi sudah tidak
lagi Allah utus, maka siapakah yang mengemban amanah dakwah ini?
Alhamdulillah, inilah beda kita dengan yang
lainnya. Islam adalah satu-satunya agama yang masih Allah persilakan untuk
memiliki mukjizat dari-Nya, yaitu Al-Qur’an. Maka kita adalah pewaris-pewaris
Nabi, dan yang Rasul wariskan adalah dakwah di jalan Islam.
Berarti bila kita
benar-benar mengikuti Rasulullah, bukankah seharusnya kita mengemban sesuatu
yang menjadikan Quraisy itu murka? Pemikiran Islam yang menyeluruh? Dan bila
ada yang tidak suka, bukankah memang inilah namanya perjuangan?
Yang sudah kita tahu
pasti, kebenaran akan dimenangkan, dan setiap kezaliman akan ditumbangkan. []
Felix Y. Siauw: Member
@YukNgajiID
---
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 186
Tidak ada komentar:
Posting Komentar