Penyebab Kerusakan Moral Barat – Kerusakan Moralitas Masyarakat Inggris
Kapitalisme Dan Pencarian Moralitas
Pidato oleh Perdana Menteri Inggris David Cameron (Desember 2011) menandai ulang tahun ke-400 bibel King James. Cameron menyatakan bahwa Inggris harus bangga terhadap warisan Kristennya, dan bahwa Kekristenan telah "membantu membentuk nilai-nilai yang menentukan..." Inggris secara politik, budaya, dan moral. Cameron menyatakan bahwa Kekristenan telah mempengaruhi banyak aspek yang relevan bagi tradisi Inggris seperti arsitektur, literatur, budaya, musik dan politik, dan mungkin dalam beberapa hal menjadi sumber referensi oleh para individu untuk mengisi kekosongan moral di dalam masyarakat sekular.
Ini tentu bukan contoh pertama bahwa Cameron secara terbuka menggarisbawahi pembusukan moral dalam masyarakat. Setelah kerusuhan Inggris Agustus 2011, Cameron berjanji menjegal "keruntuhan moral gerak-lambat". Analisis ini menghadapi serangan balik dari Tony Blair yang berkomentar: "Menyalahkan penurunan moral untuk kerusuhan itu menjadi judul yang bagus tapi kebijakan yang buruk". Jelas terdapat perbedaan pendapat dari perspektif politik atas apa penyebab kerusakan moral. Cameron meyakini penyebab utamanya adalah kerusakan keluarga; Blair sebaliknya mengatribusikan kerusakan moral pada pengucilan dan alienasi kaum muda dari arus utama sosial. Cameron maupun Blair memandang penurunan moral sebagai masalah individual atau keluarga tapi gagal mengidentifikasi penyebab utama di balik penurunan moral yang tumbuh dari akar kapitalisme.
Moral dan Moralitas terinstitusi adalah berkaitan dengan perilaku. Perilaku bukan hanya satu set perbuatan, tapi perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan alasan atau niat. Suatu perbuatan dipandang bermoral berdasarkan kriteria jelas benar atau salah. Dalam masyarakat barat, perkara yang secara moral ditolak di satu keadaan bisa menjadi diterima di keadaan yang lain. Ambil contoh pernikahan gay - hingga Abad ke-21 - praktek ini secara moral tidak diterima. Ketidakkonsistenan ini dikarenakan perubahan terus-menerus dari apa yang masyarakat pandang benar dan diterima secara sosial dan apa yang tidak. Oleh karena itu telah hilanglah hari-hari di mana moral Inggris dibentuk oleh ajaran Kristen.
Dalam karya awal filosof John Dewey, berjudul "Essay & Outlines of Critical Theory of Ethics", dia menjelaskan bagaimana seorang anak tumbuh di dalam institusi moral dan dengannya berkembang moralitas:
"Si anak dilahirkan sebagai anggota keluarganya; seiring dia tumbuh dia menyadari bahwa orang lain punya berbagai kepemilikan yang harus dia hormati. Dia berjalan di atas institusi kepemilikan... seiring dia tumbuh ...dia menyadari orang-orang di luar keluarga yang perbuatannya harus dia hargai sebagaimana dia menghargai perbuatannya sendiri: masyarakat ...Kemudian dia menyadari berbagai institusi politik; kota, negara dan bangsa. Dia menyadari berbagai institusi pendidikan, sekolah, perguruan tinggi; berbagai institusi religius, gereja dsb., dsb. Di manapun dia menjumpai orang-orang punya keinginan-keinginan bersama dan menawarkan tujuan-tujuan bersama dan menggunakan cara kerjasama".
Menurut Dewey, berbagai institusi mempromosikan tatanan moral, dan individu mempelajari ini dalam masa hidupnya. Kapitalisme barat tidak punya tatanan moral tetap yang intrinsik dari dalam Kapitalisme. Oleh karena itu, moralitas harus dipinjam dari sumber lain dan sedikit banyak diinstitusionalisasi. Sebagai contoh, sekolah diharapkan tidak hanya mengajar Kurikulum Nasional, tapi juga menyinggung dilema moralitas dengan menciptakan perasaan 'liberal' mengenai benar dan salah. Gereja hanyalah satu institusi untuk membantu mengkompensasi kekosongan moral Kapitalisme. Berbagai perubahan dalam masyarakat berarti bahwa tatanan moral Kekristenan seringkali dipandang kuno. Apa yang terlihat jelas adalah bahwa sejak Musa dengan 10 perintah (ten commandments), hingga Kekristenan hari ini, Kekristenan telah menyediakan tidak lebih dari tatanan moral yang kosong dari sistem-sistem pemerintahan dan memberi jalan bagi sekularisme. Oleh karena itu sekularisme merupakan kompromi yang dicapai karena hal ini. Bagi Cameron untuk sekarang kembali ke akar Kristen dan meminta Gereja untuk bantuan menjinakkan masyarakat adalah sangat hipokrit.
TEGANGAN: INDIVIDUAL VS KOMUNAL
Moral bukanlah sistem unik dalam masyarakat yang tetap, tapi membolehkan para individu dan masyarakat untuk mengambil posisi tentang nilai. Namun pandangan benar dan salah dalam Kapitalisme adalah usaha penyeimbangan yang sulit, karena pandangannya atas benar dan salah terus berubah. Sistem Pengadilan Kriminal (The Criminal Justice System) adalah contoh jelas dari tatanan moral yang terus berubah yang masyarakat yakini mengenai apa yang bisa diterima dan benar. Sekularisme telah membuktikan bahwa ketika manusia adalah penentu apa yang benar dan salah, tatanan moral tidak bisa lagi diselamatkan dengan memperingati akar Judeo-Christian atau the 10 commandments.
Masyarakat sekular di Inggris membanggakan diri atas toleransi terhadap agama-agama lain dan penerimaannya terhadap kebebasan religius. Para individu 'seharusnya' dibiarkan untuk mematuhi berbagai tatanan moral dari berbagai sumber dengan syarat bahwa mereka taat hukum. Oleh karena itu, di mana pandangan religius individu atas benar dan salah berbenturan dengan hukum, hukumlah yang didahulukan. Selain itu, ide kebebasan dan prinsip hedonistik memaksimalkan kepuasan, berarti bahwa tegangan ada di antara pandangan benar dan salah oleh individu dan yang oleh masyarakat. Sebagai contoh, keliaran seksual Vs kesucian seksual, eksploitasi Vs kehormatan, konsumerisme Vs sumbangan, Individualisme Vs kepekaan sosial. Oleh karena itu ekspresi atau perilaku religius ditoleransi berdasarkan toleransi/diamnya orang-orang terhadap 'norma' meskipun berkonflik dengan posisi nilai atau moralnya. Oleh karena itu, toleransi dalam masyarakat barat adalah mitos. Berbagai pikiran, nilai dan hukum yang dominan di masyarakatlah yang akan selalu berkuasa.
Apa yang Menyebabkan Kerusakan Moral?
Di sepanjang ceramah di antara para politisi, apa yang secara fundamental diabaikan adalah pembahasan ide-ide yang dominan di masyarakat yang menghalangi moralitas dan nilai-nilai orang-orang. Apa yang diabaikan adalah pengakuan bahwa masyarakat adalah guru yang lebih efektif daripada individu. Pemisahan agama dari negara, berarti bahwa moral dicari oleh para individu dari agama, atau apa yang dominan dipandang sebagai benar atau salah oleh masyarakat. Mungkin yang harus dipertanyakan adalah ide independensi dan kebebasan dan bagaimana ini telah berkontribusi pada pembusukan moral dalam masyarakat. Tentu, nilai-nilai materialisme dan ide kebebasan untuk memiliki sebanyak yang diinginkan inilah yang mendorong para bankir kota untuk berinvestasi untuk memuaskan kerakusan mereka - tanpa pandang konsekuensinya. Bukti-bukti semacam itu membuktikan bahwa ide-ide kapitalisme adalah penyebab riil di balik kerusakan moral. Meski terbukti hubungan jelas antara pembusukan moral masyarakat dan ide-ide dan nilai-nilai kapitalisme, Cameron meyakini bahwa jalan yang harus ditempuh adalah 'Liberalisme Berotot'.
LIBERALISME BEROTOT
Bagaimana cara terbaik mengintegrasikan kaum Muslim ke dalam masyarakat sekular terus menjadi dilema di antara para politisi. Mengatasi tegangan antara nilai-nilai masyarakat sekular dan nilai-nilainya kaum Muslim dan yang lain-lain telah mendorong negara-negara Eropa untuk mengadopsi posisi politik mengenai bagaimana mengintegrasikan kaum Muslim ke dalam dominasi pikiran-pikiran dan nilai-nilai sekular. Mereka yang cenderung sayap kanan mempromosikan ide asimilasi berhukuman. Ini berarti bahwa kaum Muslim adalah warga yang baik - tidak hanya dengan mematuhi hukum, tapi juga dengan mengadopsi dan mendukung ide-ide semacam kebebasan, kesetaraan, pemisahan agama dari kehidupan, demokrasi, dan materialisme. Ide-ide semacam itu berkontradiksi dengan prinsip Islam. Pola pikir sekularis ini menghasilkan para politisi melarang 'simbol-simbol religius' (termasuk hijab dan niqab) di publik - seperti di Perancis. Inggris telah mengklaim menjadi masyarakat netral dan toleran. Namun Cameron punya penolakan terhadap cara Inggris menangani tegangan antar nilai. Cameron telah belajar bagaimana 'untuk tidak' menjadi masyarakat toleran pasif dari rekan Eropanya: "Singkatnya, kita butuh sedikit sekali toleransi pasif seperti beberapa tahun lalu dan jauh lebih banyak liberalisme berotot, aktif. Masyarakat toleran pasif berbicara pada warganya, selama kamu mematuhi hukum, kami akan membiarkanmu. Ia berdiri netral di antara berbagai nilai. Tapi aku meyakini negara liberal sesungguhnya harus melakukan lebih; ia percaya pada nilai-nilai tertentu dan mempromosikannya." (Cameron: 2011)
Oleh karena itu, liberalisme berotot akan berusaha secara aktif mempromosikan nilai-nilai dan ide-ide tertentu dalam masyarakat; meski ada kontradiksi yang mungkin antara keyakinan dan nilai individual seseorang dan apa yang Kapitalisme ingin promosikan. Pandangan semacam itu mempromosikan asimilasi berhukuman dan lebih jauh menunjukkan tegangan antara moral individu dan masyarakat.
Tanggungjawab kaum Muslim di Inggris
Dengan adanya keyakinan Cameron untuk secara aktif mempromosikan nilai-nilai tertentu yang dipegang sekularisme - yaitu kebebasan dan independensi individual, norma-norma keadilan sosial barat, materialisme dan sebagainya. Kaum Muslim harus jelas memahami keyakinan, nilai-nilai dan pandangan tentang moralitas mereka yang memancar dari Islam. Sebagai kaum Muslim di barat, kita harus menjaga identitas jelas Islam kita; memastikan bahwa moral, nilai-nilai, dan ide-ide kita tetap kokoh terpelihara. Kita juga harus membeberkan agenda integrasi untuk memisahkan kita dari identitas Muslim kita menuju identitas sekular Inggris - sesuai dengan kesetujuan dan penerimaan ide-ide dan nilai-nilai barat. Kita juga harus tetap teguh pada akar kita sebagai kaum Muslim sebagai bagian dari Umat Muslim, yang sakitnya dan penderitaannya di seluruh dunia menjadi perhatian Umat Muslim keseluruhan.
Allah Swt. mengingatkan orang-orang beriman:
"...Barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". [Terjemah Makna Qur'an Surat (20) Ta-Ha: 123-124]
Ruksana Rahman :: Khilafah Magazine :: Januari 2012
Poin-poin:
· Cameron maupun Blair memandang penurunan moral sebagai masalah individual atau keluarga tapi gagal mengidentifikasi penyebab utama di balik penurunan moral yang tumbuh dari akar kapitalisme.
· Dalam masyarakat barat, perkara yang secara moral ditolak di satu keadaan bisa menjadi diterima di keadaan yang lain.
· Kapitalisme barat tidak punya tatanan moral tetap yang intrinsik dari dalam Kapitalisme. Oleh karena itu, moralitas dipinjam dari sumber lain dan sedikit banyak diinstitusionalisasi.
· Sejak Musa dengan 10 perintah (ten commandments), hingga Kekristenan hari ini, Kekristenan telah menyediakan tidak lebih dari tatanan moral yang kosong dari sistem-sistem pemerintahan dan memberi jalan bagi sekularisme.
· Yang harus dipertanyakan adalah ide independensi pribadi dan ide kebebasan dan bagaimana ini telah berkontribusi pada pembusukan moral dalam masyarakat.
· Ide-ide kapitalisme adalah penyebab riil di balik kerusakan moral. Terbukti hubungan jelas antara pembusukan moral masyarakat dan ide-ide dan nilai-nilai kapitalisme.
· Kaum Muslim harus jelas memahami keyakinan, nilai-nilai dan pandangan tentang moralitas mereka yang memancar dari Islam. Sebagai kaum Muslim, kita harus menjaga identitas jelas Islam kita; memastikan bahwa moral, nilai-nilai, dan ide-ide kita tetap kokoh terpelihara. Kita juga harus membeberkan agenda musuh untuk memisahkan kita dari identitas Muslim kita menuju identitas sekular. Kita juga harus tetap teguh pada akar kita sebagai kaum Muslim sebagai bagian dari Umat Muslim, yang sakitnya dan penderitaannya di seluruh dunia menjadi perhatian Umat Muslim keseluruhan.