KH Fatihuddin Munawir, M.ag., Mudir Ma’had Maskumambang
Hizbut
Tahrir Memperjuangkan Syariat Islam
KH Fatihuddin Munawir,
M.Ag. adalah Mudir ma'had Maskumambang, membantu tugas keseharian Pemangku
Pondok KH. Najih Ahyat. Kyai Fatih, panggilan akrabnya, merupakan pribadi yang 'sareh', terbuka dan rasional. Meskipun
sebagai putra menantu dari pemangku Pondok yang sudah menjadi bagian integral
dari keluarga besar Maskumambang.
Lelaki kelahiran
Rembang, 24 Februari 1958 yang berkiprah di lingkungan pesantren yang berkultur
Muhammadiyah secara turun-temurun tersebut terbuka terhadap ide-ide baru
asalkan tetap dalam koridor memperjuangkan syariah Islam dalam kerangka besar Izzul Islam wal Muslimin.
Ketika untuk pertama
kalinya Pesantren Maskumambang berkenan menjadi tuan rumah agenda Hizbut Tahrir
DPD Gresik dalam acara Silaturahim Akbar Hizbut Tahrir bersama Ulama dan Tokoh
Umat (8/9/2012), Ponpes Maskumambang mau mempersilahkan acara tersebut diadakan
karena Hizbut Tahrir memperjuangkan syariat Islam.
Kyai Fatih dikarunia 4
putra, yang sulung Iftah alumnus 82 Al Azhar Mesir, putra kedua Ghoits lulusan
Fatih Univercity istambui Turki, putri ketiga Zamzamiyah masih menempuh
semester terakhir di Hubungan Internasional UGM. Si bungsu masih menempuh
semester akhir Manajemen bisnis Universitas Negeri Malang.
Selain sebagai mudir
ma'had, Kyai Fatih juga mengemban amanah sebagai Ketua STIT Maskumambang,
sekretaris Forum KBIH Gresik, Ketua Khodim Pesantren Maskumambang dan Ketua
DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) 2015-2020. []rif'an/joy
Pondok
Pesantren Maskumambang, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Jawa Timur
Saat perjuangan
melawan imperialisme (penjajahan) Belanda, Pesantren Maskumambang dijadikan
sebagai markas para pejuang kemerdekaan dari Gresik, Surabaya dan Lamongan.
Sebagaimana pesantren lainnya di lndonesia, Maskumambang juga dijadikan sebagai
pusat perlindungan, konsolidasi, penyiapan logistik dan hal-hal lain yang
terkait dengan perjuangan fisik melawan Belanda-NICA yang membonceng Sekutu
ingin menancapkan kembali kuku cengkeraman penjajahannya di Indonesia pada
akhir tahun 1945-an.
Pada masa
neoimperialisme (penjajahan gaya baru) seperti saat ini pun, Ponpes
Maskumambang melakukan perlawanannya dengan bersemangat menyongsong kebangkitan
Islam, sesuai dengan salah satu misi Maskumambang yaitu memperjuangkan Izzul Islam wal Muslimin. Salah satunya dengan
keterbukaan Maskumambang terhadap dakwah syariah dan khilafah. Mulai dari
penerimaan kunjungan dari pengurus Hizbut Tahrir, Gresik maupun
Jawa Timur, sampai menjadi tuan rumah dalam beberapa kegiatan dakwah ideologis
untuk melawan neoimperialisme.
Silaturrahim Akbar
Keluarga Besar Hizbut Tahrir bersama ulama dan kyai dari beberapa
pondok pesantren dari Surabaya, Sidoarjo dan Gresik diadakan di Ponpes
Maskumambang pada Sabtu (8/9/2012) dengan dihadiri Ketua Umum DPP Ustadz
Rokhmat S. Labib bersama 2.300 ulama, kyai dan asatidz. KH Fatihuddin Munawir,
M.Ag. selaku mudir pesantren mengatakan, ”Ponpes Maskumambang mau menerima
Hizbut Tahrir karena Hizbut Tahrir memperjuangkan syariat Islam."
Untuk kedua kalinya
Ponpes Maskumambang menjadi tuan rumah pada agenda Silaturahmi Ulama dan Tokoh
Umat Gresik di (8/09/2013) yang digelar di Aula pondok pesantren dan dihadiri
lebih dari 300 ulama, kyai, ustadz serta tokoh umat.
Kebersamaan masih
berlanjut, pada agenda Konferensi Islam dan Peradaban (2014), Ponpes
Maskumambang juga menghadirkan ratusan santri, pelajar dan asatidznya. Hal
tersebut juga dilakukan pada Rapat dan Pawai Akbar pada Mei 2015 baru lalu.
Salah satu keinginan
kuat dari KH Fatih adalah melihat kaum Muslimin bersatu padu dalam suatu
perjuangan menuju kejayaan Islam dan kaum Muslimin.
Visi
Misi
Visi Ponpes
Maskumambang adalah beraqidah shahihah, beramal sholeh, berilmu manfaat dan
berakhlak karimah.
Sedangkan misi Ponpes
Maskumambang sebagai penjabaran visi di atas antara lain: pertama, mengamalkan akidah Islam secara murni
dan konsekuen, serta menjauhkan diri dari segala bentuk perbuatan syirik dan
yang membawa kepada syirik. Kedua,
menjadikan keseluruhan kehidupan Rasulullah sebagai uswah hasanah dan menanamkan semangat memperjuangkan izzul Islam wal muslimin dalam kerangka
mewujudkan kemajuan serta kemuliaan bangsa dalam ridha Allah.
Ketiga, pengklasifikasian
keahlian/profesionalisme, mencintai ilmu pengetahuan dan teknologi,
mengutamakan bahasa Arab dan Inggris sebagai alat untuk memahami literatur dan
sebagai alat untuk berkomunikasi serta terampil dalam menjalani hidup. Keempat, mengupayakan secara sungguh-sungguh
terbentuknya pribadi Muslim yang memiliki sifat-sifat terpuji, menghindarkan
diri dan lingkungan dari sifat-sifat tercela, beradab, sopan-santun, memberi
rasa aman dan damai terhadap lingkungan.
Sejarah
Pondok Pesantren
Maskumambang didirikan pada tahun 1859 M/1281 H oleh KH Abdul Djabbar di Desa
Sembungan Kidul, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur, (+ 40
KM arah barat laut Kota Surabaya), sebagai usaha beliau untuk mencetak
kader-kader dai yang diharapkan dapat menghapus kepercayaan-kepercayaan
masyarakat yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.
Pada awal berdirinya,
Pesantren Maskumambang hanya mendidik masyarakat sekitar Maskumambang, itupun
terbatas pada pelajaran Al-Qur’an dan tafsir, serta fiqih. Metode yang
dipergunakan juga masih terbatas pada metode sorogan, bandongan, dan halaqah.
Pada tahun 1907 KH Abdul Djabbar berpulang ke Rahmatullah dalam usia 84 tahun,
dan kepemimpinan pesantren diteruskan KH Moch Faqih yang terkenal dengan
sebutan Kyai Faqih Maskumambang. Santri yang datang mengaji tidak hanya berasal
dari sekitar Maskumambang, tetapi banyak juga yang berasal dari daerah lain.
Pada tahun 1937 KH
Moch. Faqih wafat diteruskan oleh putranya yang keempat yaitu KH Ammar Faqih.
Pada masa kepemimpinan diselenggarakan pula Madrasah Banat (madrasah putri).
Pada 25 Agustus 1965
KH Ammar Faqih berpulang ke Rahmatullah. Sebelum berpulang, ia menyerahkan
kepemimpinan pesantren kepada menantu yang kedua, yaitu KH Nadjih Ahjad sampai
saat ini. Dalam memimpin pesantren, KH Nadjih Ahjad melakukan pembaruan-pembaruan,
antara lain dalam bidang kelembagaan dengan terbentuknya Yayasan Kebangkitan
Ummat Islam (YKUI), organisasi, metode dan sistem pendidikan (meliputi MI, MTs,
SMK 1, SMK 2 dan STIT), kurikulum, serta bidang sarana dan prasarana. []rif'an/joy
Sumber: Tabloid Media
Umat edisi 155
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar