Perjalanan Syaikh Taqiyuddin An Nabhani
{{LANJUTAN DARI ARTIKELSEBELUMNYA}}
Syaikh Taqiyyuddin kemudian
mengajukan pencalonan dirinya untuk menduduki Majelis Perwakilan. Namun karena
sikap-sikapnya yang menyulitkan, aktivitas politik dan upayanya yang
sungguh-sungguh untuk membentuk sebuah partai politik, dan keteguhannya
berpegang kepada agama, maka akhirnya hasil pemilu menunjukkan bahwa Syaikh
Taqiyyuddin dianggap tidak layak untuk duduk dalam Majelis Perwakilan. Namun demikian, aktivitas politik Syaikh
Taqiyyuddin tidaklah mandeg dan tekadnya pun tiada pernah luntur. Beliau terus
mengadakan kontak-kontak dan diskusi-diskusi, sehingga akhirnya beliau berhasil
meyakinkan sejumlah ulama dan qadli terkemuka serta para tokoh politikus dan
pemikir untuk membentuk sebuah partai politik yang berasaskan Islam.
Beliau lalu menyodorkan
kepada mereka kerangka organisasi partai dan pemikiran-pemikiran yang dapat
digunakan sebagai bekal tsaqafah bagi partai tersebut. Ternyata,
pemikiran-pemikiran beliau ini dapat diterima dan disetujui oleh para ulama
tersebut. Maka aktivitas beliau pun menjadi semakin padat dengan terbentuknya
Hizbut Tahrir.
Publikasi pembentukan partai
ini secara resmi tersiar tahun 1953, pada saat Syaikh Taqiyyuddin An Nabhani
mengajukan permohonan resmi kepada Departemen Dalam Negeri Yordania sesuai
Undang-Undang Organisasi yang diterapkan saat itu. Dalam surat itu terdapat
permohonan izin agar Hizbut Tahrir dibolehkan melakukan aktivitas politiknya.
Dalam surat itu terdapat pula struktur kepengurusan Hizbut Tahrir dengan
susunan sebagai berikut :
1. Taqiyyuddin An Nabhani, sebagai pemimpin Hizbut Tahrir.
2. Dawud Hamdan, sebagai wakil pemimpin merangkap sekretaris.
3. Ghanim Abduh, sebagai bendahara.
4. Dr. Adil An Nablusi, sebagai anggota.
5. Munir Syaqir, sebagai anggota.
Berdasarkan permohonan yang
diajukan tadi, di mana pihak pemerintah diharapkan dapat memaklumi pendirian
sebuah partai politik, maka Hizbut Tahrir pun lalu menyewa sebuah rumah di kota
Al Quds dan memasang papan nama yang mencantumkan nama Hizbut Tahrir. Akan
tetapi Departemen Dalam Negeri Yordania lantas mengirimkan sepucuk surat kepada
Hizbut Tahrir yang melarangnya untuk melakukan aktivitas. Inilah teks suratnya
:
No : ND/70/52/916
Tanggal : 14 Maret 1953
Tanggal : 14 Maret 1953
Kepada Yang Terhormat :
Syaikh Taqiyyuddin An Nabhani
dan seluruh pendiri Hizbut Tahrir
Syaikh Taqiyyuddin An Nabhani
dan seluruh pendiri Hizbut Tahrir
Saya telah meneliti berita
yang dilansir oleh surat kabar Ash Sharih
edisi hari ini yang berjudul :
"Organisasi Pembebasan (Hai'atut Tahrir) : Pembentukan Partai Politik Secara Resmi di Al Quds."
"Organisasi Pembebasan (Hai'atut Tahrir) : Pembentukan Partai Politik Secara Resmi di Al Quds."
Saya berharap dapat memberi
pengertian kepada Anda sekalian, bahwa apa yang dilansir mengenai pembentukan
partai secara resmi di Al Quds itu, ternyata tidak dapat dibenarkan. Selain
itu, kami beritahukan bahwa surat balasan yang Anda terima dari Kepala Kantor
saya, menjelaskan bahwa permohonan Anda telah sampai kepada saya. Bahwasanya,
Undang-Undang Dasar yang ada tidak mengizinkan aktivitas Anda sekalian. Hal itu
karena izin dan pengakuan pembentukan partai, tergantung kepada kepentingan
negara -seperti yang saya sampaikan melalui beberapa catatan yang dikirimkan kepada
Anda sekalian- yang ternyata tidak mengizinkan adanya pendirian partai.
Atas Nama Departemen Dalam
Negeri,
Ali Hasanah
Atas dasar surat ini, pihak
kepolisian segera menyerbu rumah yang disewa Hizb tadi dan mencabut papan nama
yang ada di sana. Hizb lalu dilarang untuk melakukan kegiatan apa pun. Sejak
saat itu -dan bahkan sampai saat ini- Hizb tidak dibolehkan melakukan aktivitas
dan segala aktivitasnya pun dilarang.
Namun demikian, Syaikh
Taqiyyuddin An Nabhani sama sekali tidak peduli dan tak menggubris semua itu,
bahkan beliau tetap bersiteguh untuk melanjutkan misinya menyebarkan risalah
yang telah beliau tetapkan sebagai asas-asas bagi Hizb. Beliau memang sangat
menaruh harapannya untuk membangkitkan umat Islam pada Hizbut Tahrir, gerakan
yang telah beliau dirikan dan beliau tetapkan falsafahnya dengan
karakter-karakter tertentu yang beliau gali dari nash-nash syara' dan sirah
Nabi Saw.
Oleh karena itu, Syaikh
Taqiyyuddin kemudian menjalankan aktivitas secara rahasia dan segera membentuk
Dewan Pimpinan (Qiyadah) yang baru
bagi Hizb, di mana beliau sendiri yang menjadi pucuk pimpinannya. Dewan
Pimpinan ini dikenal dengan sebutan Lajnah
Qiyadah. Beliau terus memegang kepemimpinan Dewan Pimpinan Hizb ini sampai
wafatnya beliau pada tanggal 25 Rajab 1398 H, bertepatan dengan tanggal 20 Juni
1977 M. Sepanjang masa kepemimpinan beliau, beliau telah melakukan berbagai
kegiatan politik yang luas. Hasil yang paling gemilang, ialah beliau mewariskan
kepada kita sebuah partai politik yang bermutu tinggi, kuat, dan tersebar luas.
Semua upaya beliau ini telah
menjadikan Hizbut Tahrir sebagai partai dengan kekuatan Islam yang luar biasa,
sehingga Hizb sangatlah diperhitungkan dan disegani oleh seluruh pemikir dan
politikus, baik yang bertaraf regional maupun internasional, kendatipun Hizb
tetap tergolong partai terlarang di seluruh negeri di dunia.
Di bawah kepemimpinan
beliau, Hizbut Tahrir telah melancarkan beberapa upaya pengambil-alihan
kekuasaan di banyak negeri-negeri Arab, seperti di Yordania pada tahun 1969, di
Mesir tahun 1973, dan di Iraq tahun 1972. Juga di Tunisia, Aljazair, dan Sudan.
Sebagian upaya kudeta ini diumumkan secara resmi oleh media massa, sedang
sebagian lainnya memang sengaja tidak diumumkan.
Selain itu, Hizbut Tahrir
telah mengeluarkan banyak selebaran (nasyrah)
politik yang penting, yang membeberkan berbagai persekongkolan jahat untuk
melawan umat Islam. Hizb juga banyak mengirimkan memorandum politik penting
kepada para politikus dan penguasa di negeri-negeri Islam dan negeri-negeri
lainnya, dengan maksud agar mereka mundur dari pemerintahan dan menyerahkannya
kepada Hizb. Atau dengan maksud memberi nasehat dan peringatan atas
tindakan-tindakan mereka yang dianggap sebagai tindak pengkhianatan. Atau
dengan maksud mengancam mereka bahwa umat suatu saat akan mengoreksi dan
memperhitungkan tindakan-tindakan mereka.
Walhasil, aktivitas politik
merupakan aspek paling menonjol dalam kehidupan Syaikh Taqiyyuddin. Bahkan
sampai-sampai ada yang berpendapat bahwa beliau adalah Hizbut Tahrir itu
sendiri, karena kemampuan beliau yang tinggi untuk melakukan analisis politik,
sebagaimana yang nampak dalam kecermatan selebaran politik yang dikeluarkan
oleh Hizb. Beliau juga banyak menelaah peristiwa-peristiwa politik, lalu
mendalaminya dengan amat cermat, disertai pemahaman sempurna terhadap
situasi-situasi politik dan ide-ide politik yang ada.
Maka, mereka yang mencermati
selebaran-selebaran politik yang dikeluarkan oleh Hizb, juga kitab-kitab
mengenai politik yang ditulis oleh Syaikh Taqiyuddin, serta garis-garis besar
langkah politik yang beliau susun untuk membina pemikiran politik syabab Hizb,
akan dapat menyimpulkan bahwa Syaikh Taqiyudin memang benar-benar mempunyai
kemampuan luar biasa dalam masalah politik. Sungguh, beliau termasuk salah seorang
pemikir dan politikus terulung pada abad XX ini.
{{BERLANJUT KE ARTIKEL LANJUTAN}}
Perjalanan Syaikh Taqiyuddin
An Nabhani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar