Menghindari Sikap Sombong
ruu ormas sombong terhadap syariah Islam |
{{LANJUTAN DARI ARTIKEL SEBELUMNYA}}
Sombong: Bertentangan Dengan
Hukum Allah SWT
Abu
hurairah ra, menyatakan bahwa Rasulullah Saw., bersabda dalam hadits qudsi,
Allah Yang Maha Mulia Lagi Maha Agung Berfirman:
“Kemuliaan adalah pakaian-Ku dan
kebesaran adalah seledang-Ku, maka barangsiapa yang menyaingi Aku dalam salah
satunya maka Aku pasti akan menyiksanya.” [HR. Muslim]
Begit
pula, sabda Nabi Saw.:
“Suatu ketika ada seorang laki-laki
berjalan dengan memakai perhiasan dan bersisir rambutnya, ia mengherani
(ta’jub) dirinya sendiri dengan penuh kesombongan di dalam perjalanannya itu,
Kemudian, tiba-tiba Allah Swt. menyiksanya: ia selalu timbul tenggelam di permukaan
bumi sampai hari kiamat.” [HR. Bukhori
dan Imam Muslim]
Dalam
kedua hadits ini tegas sekali Allah Swt., akan menyiksa siapa saja orang sombong.
Artinya, Allah Swt. mengharamkan sikap sombong (merasa diri lebih dari orang
lain, menganggap yang lain lebih rendah, dan menampakkannya), ataupun
ujub/angkuh (bangga terhadap diri sendiri tanpa memperlihatkannya). Kesombongan
hanyalah Milik-Nya. Hanya Dia yang berhak untuk ‘sombong’. Tidak layak siapapun
angkuh dan sombong, sebab memang tidak ada yang dapat disombongkan.
Bahkan
Nabi Saw., menekankan persoalan ini dengan bertanya kepada para sahabat:
“maukah kalian aku beri tahu ahli
neraka?” Baliau pun menjelaskan “Yaitu, setiap orang yang kejam, rakus dan
sombong” [HR. Bukhori dan Muslim]
Jelas
bahwa balasan mereka yang sombong adalah neraka.
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada
sifat sombong walaupun sebesar dzaroh (biji terkecil)”
Lantas ada
seseorang yang berkomentar:
“Sesungguhnya seseorang itu suka memakai pakaian yang bagus dan sepatu bagus”
Menanggapi hal
ini Rasulullah saw, menyatakan:
“Sesungguhnya Allah itu indah, suka pada
keindahan. Sombong itu
menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia” [HR. Imam Muslim]
Satu
hal yang penting dicamkan bahwa menghindari kesombongan bukan berarti
menghindari punya kelebihan, melainkan menghindari adanya perasaan ataupun
ungkapan mengagung-agungkan diri sendiri serta mengangap orang lain lebih
rendah darinya. Orang mengenakan pakaian bagus, bukan berarti sombong atau
angkuh. Orang berpegang teguh kepada kebenaran Islam dan menentang
mentah-mentah pemikiran dan idiologi kufur, tidak mengindikasikan adanya
kesombongan. Sebaliknya, saat seseorang mengenakan pakaian bagus, misalnya,
disertai dengan sikap merasa bahwa dia lebih tinggi dan orang lain di bawah
dia, saat itulah kesombongan muncul. Saat seseorang tidak setuju dengan adanya perjuangan penegakan Syariah
Islam, berarti dia sombong terhadap kebenaran, dia wajib bertobat.
Begitu
juga, orang yang berpakaian serba jelek bila hati yang tertanam rasa bahwa ia
lebih zuhud daripada orang lain, ketika itu kesombongan nampak. Sama dengan
itu, seseorang yang menyampaikan Islam dengan progresif, semangat yang berkobar
serta menentang keras kebatilan disertai dengan argumentasi mematikan,
sementara di hatinya tidak terbetik sedikitpun rasa bangga akan diri sendiri
atau sikap memandang rendah orang lain, maka kesombongan tidak melekat dalam
dirinya. Jadi persoalannya
terletak dalam sikap memandang rendah orang lain, pada saat ia memandang tinggi
diri sendiri. Sikap menolak kebenaran ajaran Islam (al-Qur’an dan as-Sunnah)
mengenai apapun, sekecil apapun penolakannya di dalam hati, berarti itu sombong
terhadap kebenaran dan pelakunya tidak akan masuk Surga jika tidak bertaubat.
Selain
itu, orang seperti –orang yang
sombong—ini akan sulit menerima kebenaran yang disampaikan oleh orang
lain. Mengapa? Sebab, sudah merasa dirinya lebih dan orang lain serba rendah sehingga
–dalam pandanganya—mana mungkin orang ‘tinggi’ menerima sesuatu dari orang
‘rendah’.
Menghindari Sikap Angkuh Dan
Sombong
Sikap
angkuh dan sombong dapat menimpa siapa saja: saya, anda, kita, dia dan mereka.
Sekali lagi, dapat menimpa siapa saja. Ungkapan seperti ‘kalau bukan saya, mana
mungkin bisa!’, ‘Untung saja ada saya kalau tidak wah bahaya..’, ‘saya ini
orang terkenal lho!’ dan ‘ah, dia kan ngajinya juga baru kemaren sore,
sedangkan saya lulusan perguruan tinggi agama’ dan sejumlah uangkapan yang
lain, merupakan indikasi sikap kesombongan. Untuk menjinakkannya, perlu
menempuh beberapa hal. Antara lain sebagai berikut:
1.
Senantiasa mengingat dan
menanamkan keyakinan bahwa sombong dan ujub itu dosa. Bukan orang lain yang
akan merasakan balasan buruknya dari Allah Swt. melainkan diri sendiri.
2.
Yakinlah, kesombongan tidak
akan menambah apapun selain kerugian. Tidak ada orang yang suka siapapun yang
angkuh dan sombong. Sama seperti anda dan saya.
3.
Sering-seringlah mengingat
kelemahan diri sendiri. Pada berbagai kesempatan –santai, saat istirahat, bengong
di kendaraan, sejenak menjelang tidur, atau kapan saja— cobalah memikirkan
kelemahan kita dibandingkan dengan orang lain. Dengan mengetahui kelemahan,
insyaAllah akan muncul sikap rendah hati (tawadlu’). Sebaliknya, tanpa
mengetahui kelemahan, seseorang akan merasa dirinyalah yang paling
segala-galanya. Hal ini tidak berarti jangan mengetahui kelebihan diri sendiri.
Tidak seperti itu! memahami potensi dan keunggulan diri sendiri amatlah
penting. Namun mangetahui keunggulan diri sendiri tersebut jangan sampai
melahirkan sikap menganggap rendah orang lain.
4.
Seperti telah disebutkan,
memelihara sifat sombong berarti membangun benteng penghalang datangnya
kebenaran ajaran Islam pada dirinya. Dengan adanya sombong, seseorang cenderung
menolak kebenaran sekalipun telah jelas di depan mata. Padahal, menolak
kebenaran berarti mengunci gerbang perubahan ke arah kebaikan yang bermuara
kepada kebahagiaan. Konsekuensinya, kebahagiaan dunia dan akhirat, bila
demikian, hanyalah sebuah angan-angan hampa.
5.
Bila Anda sering melayat
orang yang meninggal dunia, jangan hentikan kebiasaan itu! Selain sebagai
pemenuhan atas perintah Allah Swt., melayat itu juga dapat Anda gunakan sebagai
perenungan. Padahal, teman atau tetangga Anda yang telah meninggal itu mungkin
saja seorang jutawan, atau barangkali kyai terkenal, boleh jadi dia itu orang
yang popularitasnya luar biasa. Semuanya serba kecil di hadapan Allah Rabbul
‘alamin. Bila seperti ini realitasnya, apa lagi alasan untuk bersombong diri?!
6.
Setiap kali muncul keinginan
untuk sombong atau membanggakan diri, segeralah mohon ampunan kepada Allah Dzat
Pemutar balik Hati. Berlindunglah dari kesombongan, dan berdo’alah kepada
Allah! Mudah-mudahan Allah Swt. mengabulkan.
Akhirnya, mulai detik ini benih-benih
kesombongan tidak boleh ada dalam diri kita, apalagi sebagai pengemban dakwah.
Kesombongan dan keangkuhan merupakan indikasi kelemahan diri sendiri.
Kesombongan dan keangkuhan merupakan perbuatan yang jauh dari simpatik.
Akibatnya, orang yang di dakwahi justru menyingkir dari kita. Sangat berbahaya bila ada
sedikit saja keengganan dalam hati untuk menghadapi dan menerima kebenaran
setiap ajaran Islam; akidah, syariah, maupun khilafah. Dahulu, iblis
enggan tunduk kepada satu perintah Allah Swt. karena kesombongannya. Jadi
sombong atau ujub? No way!
Diolah dari artikel: MENJINAKKAN KESOMBONGAN DIRI
Menghindari Sikap Sombong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar