Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Sabtu, 30 Juli 2016

Pembinaan kader dan kerangka tubuh gerakan Islam


 

 
Pertama, Tahap Pembinaan Dan Pengkaderan (Tatsqif)
Tahap ini dimulai sejak Beliau Saw. diutus menjadi rasul. Pada tahap ini Rasulullah Saw. melakukan pembinaan para kader dan membuat kerangka tubuh gerakan. Ketika turun firman Allah Swt. dalam surat Al Muddatsir (surat yang turun setelah surat Iqra’/ al-Qalam, lihat: Manna’ Khalil Qatthan, Mabahits fi Ulumil Qur’an, terj. hal.92):“Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan!” (TQS. al-Muddatstsir: 1-2), Beliau Saw. mulai mengajak masyarakat untuk memeluk Islam. Dimulai dari istrinya Khadijah ra., sepupunya Ali bin Abi Thalib ra., mantan budaknya Zaid bin Haritsah, dan sahabatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq ra., lalu Beliau menyeru seluruh masyarakat. Beliau berkeliling mendatangi rumah-rumah mereka. Beliau Saw. menyampaikan: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menyembah-Nya dan janganlah kalian menserikatkan-Nya dengan sesuatu apapun.” Beliau menyeru manusia, mengikuti ayat di atas.

Setelah Rasulullah Saw. mengajak penduduk Mekkah untuk masuk Islam, sebagian orang menerima dan beriman kepadanya lalu masuk Islam dan sebagian yang lain menolaknya. Rasul mengumpulkan orang-orang yang beriman di sekeliling Beliau dalam suatu kelompok atas dasar agama baru itu secara rahasia. Para sahabat Beliau apabila hendak berjamaah shalat mereka pergi ke padang-padang rumput dan menyembunyikan sholat mereka dari kaum mereka. Kepada orang-orang yang baru masuk Islam, Rasulullah Saw. mengutus orang yang sudah lebih dulu masuk Islam dan faqih dalam dinul Islam untuk mengajarkan Al-Qur’an. Beliau Saw. pernah mengirim Khabbab bin al-Arat untuk mengajarkan al-Qur’an kepada Fathimah binti al-Khaththab dan suaminya, Sa’id bin Zaid di rumahnya. Ketika Umar bin Khaththab (kakak Fathimah) memergoki mereka sedang belajar di rumah Said, di mana Khabbab membacakan Al-Qur’an kepada mereka, Umar pun masuk Islam.

Beliau Saw. menjadikan rumah Al Arqam bin Abil Arqam (Daar al-Arqam) sebagai markas kutlah (kelompok dakwah) dan madrasah bagi dakwah baru ini. Di rumah Arqam itulah Rasulullah Saw. mengumpulkan para shahabat, mengajar Islam kepada mereka, membacakan Al-Qur’an kepada mereka, menjelaskannya, memerintahkan mereka untuk menghafal dan memahami al-Qur’an. Dan setiap kali ada yang masuk Islam, langsung digabungkan ke Darul Arqam. Beliau Saw. di markas pengkaderan itu selama 3 tahun membina (yutsaqqif) kaum muslimin generasi pertama itu, sholat bersama mereka, tahajud di malam hari yang lalu diikuti oleh para sahabat, Beliau Saw. membangkitkan keruhanian mereka dengan sholat, membaca al-Qur’an, membina pemikiran mereka dengan memperhatikan ayat-ayat Allah dan meneliti ciptaan-ciptaan-Nya, dan membina akal pikiran mereka dengan makna-makna dan lafazh-lafazh Al-Qur’an serta pemahaman dan pemikiran Islam, dan melatih mereka untuk bersabar terhadap berbagai halangan dan hambatan dakwah, dan mewasiatkan kepada mereka untuk senantiasa taat dan patuh sehingga mereka benar-benar ikhas lillahi ta’ala (lihat: Taqiyuddin An Nabhani, Ad Daulah Al Islamiyah, hal.11-12). Rasul tetap merahasiakan aktivitas bersama para pengikutnya, dan terus melakukan upaya-upaya pengkaderan dan pembinaan (tatsqiif) hingga turun firman Allah Swt.:
﴿فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ﴾
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS. al-Hijr: 94) 

Tahap Kedua, Tahap Interaksi Dan Perjuangan (Marhalah Tafaul wal Kifah)
Meskipun aktivitas pada tahap pertama dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, akan tetapi masyarakat Mekah mengetahui bahwa Muhammad Rasulullah Saw. telah membawa agama baru. Mereka juga mengetahui banyak orang masuk Islam. Kafir Mekah pun tahu bahwa Rasulullah dan kutlah-nya merahasiakan kutlah dan pemelukan agamanya. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Makkah telah tahu adanya agama dan dakwah baru serta kutlah baru, sekalipun mereka tidak tahu, di mana mereka berkumpul, dan siapa saja di antara orang-orang mukmin yang berkumpul. 

Setelah masuk Islamnya Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khaththab (3 hari setelah masuk Islamnya Hamzah), turun firman Allah Swt.:
﴿فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ ! إِنَّا كَفَيْنَاكَ الْمُسْتَهْزِئِينَ ! الَّذِينَ يَجْعَلُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا ءَاخَرَ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ﴾
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu), yaitu orang-orang yang menganggap adanya tuhan yang lain di samping Allah, maka mereka kelak akan mengetahui (akibat-akibatnya)” (QS. al-Hijr: 94-96)

Beliau Saw. pun menerangkan perintah Allah Swt. secara terang-terangan. Beliau Saw. pun menampilkan kutlahnya secara terang-terang kepada seluruh masyarakat, sekalipun masih ada sebagian kaum muslimin yang menyembunyikan ke-Islamannya bahkan sampai penaklukan kota Makkah. Setelah aksi menampilkan kutlah secara terang-terangan di Ka’bah, terjadilah pergesekan dakwah dan kelompok dakwah dengan masyarakat Makkah dan para pemimpinnya yang sangat cinta kepada kepemimpinan sistem jahiliyyah. Perjuangan kelompok dakwah Nabi dan para sahabat pun berubah dari fase rahasia (daur al istikhfa) ke fase terang-terangan (daur al-I’lan). Berpindah dari fase mengkontak orang-orang yang memiliki kesediaan menerima Islam ke fase berbicara kepada masyarakat secara menyeluruh….


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam