Download Buku Seruan Perjuangan Umat Islam Untuk Memimpin Dunia
Organisasi kami (hizbut tahrir) telah tumbuh dalam kekuatan jumlah dan pengaruh selama 60 tahun, dengan tujuan jelas, tidak pernah menyimpang dari metode intelektual dan politik. Ide-ide Islam yang kami adopsi telah semakin detail dan terbangun selama puluhan tahun. Selama 12 bulan terakhir saja, Hizbut Tahrir telah menyebarkan berbagai tulisan, buku, seminar dan konferensi mengenai Krisis Finansial Global dan model ekonomi alternatif Islam; Hizbut Tahrir di Denmark, mempublikasikan makalah mengenai Copenhagen Summit tentang perubahan iklim - yang didistribusikan di konferensi itu (Hizbut Tahrir tidak dilarang di Denmark, telaah di Juni 2008 menyimpulkan untuk kedua kalinya dalam 4 tahun tidak terdapat dasar untuk pelarangan); Hizbut Tahrir di Indonesia mengadakan konferensi 6000 ulama Islam internasional di Indonesia setelah konferensi 2007 oleh Hizbut Tahrir Indonesia dengan peserta lebih dari 100.000.
Selama puluhan tahun, dunia Muslim telah
berpindah dari pandangan skeptis mengenai tujuan kami (membangkitkan Islam
sebagai dasar kehidupan politik dan mendirikan kembali Khilafah) ke pandangan
positif yang didukung lebih dari 70% populasi menurut beberapa
polling.
Tidak ada 'ancaman' dari Hizbut Tahrir
terhadap kehidupan ataupun anggota badan. Para pemerintah kolonial Barat tahu
hal ini dengan baik. Tapi dilema yang mereka hadapi adalah 'ancaman' bagi
kelangsungan politik rezim-rezim antek di dunia Muslim yang mendahulukan
kepentingan kolonial dan korporat Barat daripada kepentingan Islam dan umat
Islam. Jika misi Hizbut Tahrir untuk memenangkan opini publik dan dukungan para
tokoh di negeri-negeri Muslim berhasil, para "kacung otoriter" itu
akan tergusur digantikan dengan sistem Islam, yang sepenuhnya akuntabel dan di
mana kekuasaan adalah milik rakyat.
Ancaman lain yang mereka pikirkan adalah
bahwa Hizbut Tahrir memperlihatkan dampak-dampak kerusakan jalan hidup sekular
kapitalis dan membeberkan kebijakan kolonial yang melukai Islam dan kaum
Muslim. Hal ini bisa merugikan kepentingan para pemerintah, tapi saya
berargumen bahwa hal ini seperti menghilangkan ego dengan cermin yang
merefeksikan gambaran yang buruk, tapi nyata.
Model yang kami gali dari ajaran Islam
menawarkan kestabilan yang sangat dibutuhkan dunia Muslim; sementara kebijakan
Inggris, Amerika dan para sekutunya adalah penyebab dan terus menggulirkan
kekacauan dan keguncangan. Perjanjian Sykes-Picot, penghapusan Khilafah dan
pencaplokan Palestina menusuk hati dan pusat dunia Muslim. Maka,
perkara-perkara menjadi rusak dan 'anarki merajalela di dunia' karena dunia Muslim
tidak lagi memiliki 'pusatnya'. Adalah 'pusat' ini yang kita berusaha dirikan
kembali, karena Islam mewajibkan dan ini adalah prioritas terbesar seluruh umat
Islam; dan ini memang 'mengancam' kolonialisme.
Ketika umat Islam berjuang untuk tujuan ini, para
pemerintah dan pemikir Barat dengan sangat mudah melabeli kita sebagai
'ekstrimis' atau menghubungkan dengan 'terorisme' secara bohong. Namun, adalah
ironi bahwa suatu ketika George Washington pernah dilabeli teroris oleh
penguasa Inggris, karena dia berjuang untuk membebaskan orang-orang Amerika
dari kekuasaan kolonial Inggris berdasarkan keyakinannya dalam Declaration of
Independence. Dan ketika ingat bahwa seorang Inggris bernama Thomas Paine
menginspirasi para pendiri Amerika, dengan pamflet provokatif yang disebut
'Common Sense' di 1776, mereka saat ini tidak mendeskripsikan dia sebagai
perantara untuk memproduksi teroris, tidak juga ide-ide yang memotivasi mereka
itu disebut 'ekstrim'!
Hizbut Tahrir dipengaruhi oleh Islam semata;
senjata kami tidak lain adalah ide dan kata-kata; tujuan kami adalah pembebasan
dunia Muslim dari kolonialisme dan penegakkan kembali Khilafah sehingga
masyarakat bisa hidup dalam keamanan dan keadilan Islam dan kami sejujurnya
yakin bahwa dukungan bagi sasaran ini akan tumbuh semakin kuat.
... Seharusnya tidak dibingungkan dengan yang
tampaknya kontradiksi mengenai dukungan mayoritas untuk Khilafah maupun untuk
sistem politik "demokratis". Hal ini karena kebanyakan umat Islam
memandang istilah "demokrasi" sebagai istilah generik untuk kewajiban
rakyat memilih dan meminta tanggung jawab pemerintah mereka - sesuatu yang
Islam telah gariskan sekitar satu milenium sebelum negara sekular modern
mengadopsi hal ini. Maka itu seharusnya tidak dianggap sebagai suatu bentuk
dukungan terhadap demokrasi liberal yang dipraktekkan di Eropa Barat atau
Amerika Utara karena sistem Islam berbeda secara mendasar dengan demokrasi
dalam hal bahwa Syariah adalah sumber legislasinya. Hal ini, tentu, berbeda
dengan ideal demokrasi, yang menyatakan bahwa pemerintah harus oleh 'rakyat'
(saya katakan ideal karena kenyataannya sistem demokrasi adalah oligarki di
mana hanya segelintir kaum kaya dan berkuasa yang sebenarnya mempengaruhi
legislasi).
Hal ini ditemui dalam polling
yang lain yang dilakukan di Pakistan tahun 2008 yang mengilustrasikan
dukungan terhadap peran Islam yang lebih besar dalam kehidupan politik maupun
terhadap 'demokrasi'. Dalam polling ini pertanyaan 'demokrasi' yang ditanyakan
menunjuk khususnya pada "diperintah oleh para wakil yang dipilih oleh
rakyat".
Sistem Islam adalah sistem di mana rakyat
memilih pemimpinnya dan bisa menyingkirkan pemimpin itu jika dia melanggar
kontrak bai'at. Selain itu, akuntabilitas
oleh rakyat tidak hanya merupakan hak tapi juga sebuah kewajiban warga. Hal
ini bisa dilakukan oleh individu, kelompok atau partai politik, atau melalui
banyak cara lain - Masjid, media, atau tuntutan hukum. Selain itu, kami
merancang adanya kembali sebuah institusi Islam (Mahkamah Mazalim), yang
merupakan cabang dari Peradilan, yang peran satu-satunya adalah mengawasi
pemimpin dan menjembatani keluhan oleh warga terhadap pemimpin.
Selain itu, dalam Negara Islam para warga
non-Muslim diberi ruang
dan penghormatan untuk mempraktekkan agama mereka sendiri. Jadi pernyataan
dalam polling oleh Maryland University bahwa 'orang agama apapun harus bebas
beribadah menurut agamanya sendiri' sepenuhnya sesuai dengan sistem yang
diusung Hizbut Tahrir.
Namun, adalah lelucon bahwa (orang Barat)
berbicara (pada Umat Islam) mengenai pemilihan bebas atau kedaulatan ketika hal
seperti itu tidak ada di dunia Muslim sejak penghancuran Khilafah Utsmani.
Tidak ada 'kedaulatan' yang hilang (karena tidak pernah ada sejak Khilafah
tiada)! Sejumlah besar pasukan langsung menduduki Afghanistan, Iraq, Kuwait,
Qatar, dsb. Di Pakistan, Amerika Serikat telah mengebom target-target di negeri
itu dan jaringan keamanan Amerika memiliki kekuasaan bebas berkebalikan dengan
keinginan populasi Pakistan.
Pemilu utamanya adalah usaha manipulatif
untuk melegitimasi para diktator seperti Mubarak dan Karimov; atau diadakan
dengan kerangka rancangan di mana daftar kandidat telah disetujui sebelumnya,
seperti di iraq; atau campuran keduanya seperti dalam sirkus paling baru di
Afghanistan.
Hizbut Tahrir tidak pernah mengklaim bahwa ia
adalah satu-satunya wakil Umat Muslim. Tapi adalah fakta bahwa kami mewakili
tren besar dalam Umat Islam mengenai aspirasi kesatuan Dunia Muslim, pembebasan
tanah Muslim yang terjajah, penerapan Syariah dan penegakkan Khilafah.
... Waktunya telah tiba bagi para pemerintah
Barat untuk menerima bahwa orang lain ingin hidup sesuai dengan nilai-nilai dan
prinsip mereka sendiri, dan mengakhiri campur tangan mereka yang telah
menyebabkan kekacauan dan kesengsaraan tak terkira.
Kami tidak malu untuk mengguncang sistem yang
ada ketika mendiskusikan konflik ideologi. Kritik kami sepenuhnya berlegitimasi
dengan puluhan tahun menyaksikan usaha gagal (Barat) untuk menimpakan sistem
demokrasi di dunia Muslim, melalui kekuatan langsung maupun campur tangan
kolonial.
Abdul Wahid
Chairman, UK Executive Committee
Hizbut Tahrir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar