Cara Menghentikan Penghinaan Terhadap Islam dan Pengembannya
BAGAIMANA MENGHENTIKAN PENGHINAAN NABI Saw.
Terus-Menerus
Menghina Nabi dan Melecehkan Islam, bukti kebencian Yahudi
Bagaimana jika anda dituduh dan dihina orang
oleh seseorang sebagai penipu, orang yang suka melakukan pelecehan seksual
terhadap anak, padahal anda orang baik-baik, sudah pasti anda tidak terima
dengan tuduhan dan penghinaan tersebut.
Bagaimana perasaan anda jika
orang terkasih anda, anak atau orang tua anda yang selama ini anda
yakini dan saksikan sebagai orang baik-baik tiba-tiba ramai dibicarakan dan
diberitakan sebagai lelaki hidung belang dan suka melakukan pelecehan seksual?
Bagaimana pula perasaan anda, jika pasangan
hidup yang yang selama ini anda kenali lemah-lembut, sangat penyayang,
perhatian, sangat setia pada anda, senantiasa membantu kesulitan anda,
memotivasi anda, menunjuki anda jalan-jalan kebaikan yang membuat hidup anda
sukses, bahkan rela mati demi melindungi anda, tiba-tiba di hadapan anda dia
dihina sebagai pelaku kekerasan, suka menipu serta maniak seks? Pastilah wajar
jika anda marah dan membelanya. Anda tentu ingin memberi orang yang menghina
tersebut hukuman yang pantas bagi perbuatannya. Sungguhlah aneh jika anda diam
saja dan membiarkan penghinaan tersebut.
Salah satu kewajiban seorang Muslim adalah
mencintai, memuliakan, dan menghormati Nabi Muhammad SAW sebelum mencintai,
memuliakan, dan menghormati manusia lain.
Mengapa demikian?
Alasannya, tidak hanya karena pribadinya yang
tidak pernah cacat; lebih dari itu, beliau dihormati dan dimuliakan karena
beliau adalah sosok manusia yang dipilih Sang Pencipta untuk menyampaikan
risalah-Nya yang sempurna kepada seluruh umat manusia. Selain itu, Alquran
telah menyematkan sejumlah predikat mulia yang akan mencegah siapa saja dari
tindakan pelecehan dan penghinaan kepada Rasulullah SAW.
Walaupun beliau SAW tidak pantas dihina dan
dilecehkan, namun, sejak beliau SAW memikul tugas risalah dari Allah SWT hingga
sekarang, tidak sedikit orang yang terus berusaha menghina personalitasnya
maupun risalah Islam yang dibawanya.
Orang-orang kafir terus mengusik kaum
Muslimin, terus menerus menghina Nabi SAW dan Islam, kian hari penghinaan
mereka semakin lantang, daftar panjang penghinaan mereka terus bertambah.
Beragam aksi dan bentuk penghinaan terus menerus bermunculan. Mulai majalah,
film, hingga aksi pembakaran Al-Qur`an.
Kali ini sebuah film murahan ‘Innocence of
Muslim’ menyerang Islam dengan menggambarkan Islam sebagai sebagai agama
kekerasan, penuh kebencian, dan mengeksploitasi seksual. Penghinaan ini
langsung disusul dengan penghinaan lainnya, sebuah majalah Spanyol, El Jueves
memasang karikatur Nabi Muhammad SAW pada sampul depannya, lalu menggambarkan
sejumlah Muslim yang berdiri seperti barisan para tersangka saat diidentifikasi
polisi.
Hanya berselang 1 minggu, majalah Prancis,
Charlie Hebdo, memasang karikatur yang menghina Rasulullah SAW. Sampul depan
majalah tersebut menunjukkan seorang Yahudi Ortodoks mendorong sosok bersorban
di kursi roda dan beberapa karikatur Nabi dimasukkan pada halaman isinya,
termasuk beberapa digambarkan dalam keadaan telanjang.
Tidak berhenti sampai di situ, penghinaan
berikutnya sudah disiapkan. Majalah satir terkemuka Jerman Titanic berencana
menampilkan halaman depan yang menunjukkan sebuah foto Bettina Wulff yang
sedang dirangkul oleh seorang pria Arab yang mengenakan sorban dan memegang
pisau. Headline majalah edisi Oktober yang terbit pada 28 September mengatakan:
“Barat Bangkit: Bettina Wulff Garap Film tentang Muhammad.” Edisi yang menghina
Islam tersebut rencananya akan dicetak sebanyak 100.000 eksemplar.
Pertengahan Agustus 2012, sebuah kelompok
anti Islam bernama Pro-German menggelar pesta menggambar karikatur Nabi
Muhammad SAW di Berlin, Ibukota Jerman.
Tahun 2008 lalu, politisi anti-Islam Belanda
Geert Wilders membuat film Fitna di internet. Dalam film itu
ia mengutip cuplikan video kasus-kasus kekerasan di seluruh dunia. Intinya,
dalam film berdurasi 15 menit itu, ia mencitrakan Islam sebagai agama barbar
yang tidak berperkemanusiaan. Ajaran Islam digambarkan sebagai ajaran
kekerasan. Tidak berhenti di situ, setelah dinyatakan tidak bersalah oleh pengadilan
Belanda, Wilders sudah menyiapkan film berikutnya dengan judul yang sama, Fitna
2. Ia mengumumkan, filmnya yang akan mencerca kehidupan Nabi Muhammad
tersebut akan dirilis tahun 2012. Seperti dikutip situs NIS News
Bulletin (2/5/2011), Wilders mengungkapkan film terbarunya akan mengupas
“kehidupan barbar dari roh sakit Muhammad”. Wilders mengatakan ingin merangsang
“debat publik” tentang Nabi Muhammad agar umat Islam meninggalkan Islam
(murtad).
Pada 30 September 2005, harian Denmark,
Jyllands-Posten memuat karikatur Nabi SAW. Sebelumnya juga beredar novel The
Satanic Verses karya Salman Rushdie yang jelas-jelas sangat melecehkan
Islam.
Koran Perancis France Soir, Die Welt di
Jerman, La Stampa di Italia dan El Periodico di Spanyol memuat karikatur
yang dianggap menghina Nabi Muhammad SAW dan agama Islam. Menanggapi tindakan France Soir itu,
pemerintah Perancis mengatakan mendukung kebebasan pers. Di bawah tulisan
"Ya, kami berhak menggambar Tuhan", France Soir memasang gambar
kartun Tuhan dalam agama Budha, Yahudi, Islam dan Kriten terbang di awan.
Beberapa gambar kartun menampilkan Nabi Muhammad sebagai teroris. Kartun itu
memperlihatkan tuhan agama Kristen mengatakan: "Jangan mengeluh Muhammad,
kami semua sudah pernah digambarkan dalam karikatur."
Aksi Burn A Quran Day, juga
berulang kali terjadi, sejak 2010 oleh pendeta Florida Terry Jones dan
jamaahnya. Aksi yang sama juga dilakukan oleh tentara-tentara AS pada Februari
(2012) membakar secara sengaja 315 salinan materi keagamaan termasuk Alquran di
penjara Bagram, Afghanistan (Eramuslim.com, 13/09). Penghinaan terhadap Alquran
juga dilakukan di penjara-penjara kejam Amerika Serikat di Guantanamo.
Redaktur mingguan Perancis “Charlie Hebdo”,
yang menerbitkan karikatur Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, menegaskan
bahwa ia akan meneruskan upayanya dalam menjelek-jelekkan Islam hingga
mengolok-olok Islam menjadi hal yang lumrah.
Mengapa Rasul SAW dicela?
Sebagai seorang suri tauladan seluruh umat
manusia, tidak ada kekurangan dan kecacatan pada akhlak beliau. Kurang lembut
apa beliau sehingga mendapatkan penghinaan dan pelecehan? Lihatlah akhlak
belaiu.
Ketika Rasulullah
saw. ditanya tentang hak tetangga, dia berkata: “Tolonglah ia ketika minta
tolong kepadamu. Berilah ia pinjaman ketika meminjam. Kunjungilah dia ketika
sakit. Ucapkan selamat bila memperoleh kebaikan (misal: rizki, anak,
kepulihan). Sampaikan takziah (duka cita) bila mendapat musibah (kematian),
antarkan jenazahnya bila meninggal. Jangan kamu tinggikan bangunanmu sehingga
menghalagi udara ke rumahnya kecuali dengan izinnya dan janganlah kamu sakiti
tetanggamu dengan bau masakanmu kecuali engkau berikan sebagian kepadanya
(misal: kuah/sop daging). Jika engkau membeli buah-buahan berikanlah sebagian.
Jika engkau tidak (mau) memberinya, masukkan buah-buahan itu ke dalam rumahmu
secara sumbunyi-sumbunyi. Janganlah anakmu keluar membawa buah yang membuat
anaknya kecewa.” (HR Thabrani. Lihat: At Targhib wat Tarhib, jilid
3 hlm. 357)
Allah Swt.
berfirman:“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat dan karunia)
Allah dan (kedatangan) hari akhir (kiamat) dan dia banyak berdzikir
(menyebut/mengingat) Allah.” (QS al-Ahzab [33]: 21)
Sesungguhnya penghinaan yang dilakukan oleh
orang-orang kafir bukan karena individu beliau, melainkan karena kebencian
orang-orang kafir terhadap risalah kebenaran Islam yang beliau bawa. Mereka
menginginkan kita meninggalkan agama ini. Sebagaimana yang Allah sampaikan di
dalam Al-Qur`an sejak 1400 tahun yang lalu, Allah berfirman:
…Telah
nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka
lebih besar lagi.. (Q.S. Ali Imran: 118).
Orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama
mereka… (Q.S. Al-Baqarah: 120)
Barat Bertanggung Jawab
Munculnya penghinaan Nabi Muhammad SAW dan
Islam tidak bisa dilepaskan begitu saja dari peran dunia Barat. Sejauh ini
tidak ada negara Barat satu pun yang mencegah penghinaan itu terjadi. Malah,
kian terlihat Barat membiarkan aktivitas itu terus berlanjut. Ketika film
Innocence of Muslims memicu kemarahan kaum Muslim di seluruh dunia, Presiden
Amerika Serikat Barack Obama bersikeras pemerintahannya tidak akan melarang
peredaran video bernada hujatan terhadap agama tertentu, di antaranya video
cuplikan film anti-Islam Innocence of Muslims.
Perlu kita garis bawahi, penghinaan terhadap
Islam bukanlah dilakukan secara tidak sengaja, tanpa perencanaan, dan dilakukan
oleh orang-orang yang ‘dungu’. Tidak sama sekali. Berulangnya penghinaan
terhadap Islam, Alquran, Rasulullah SAW, menunjukkan hal ini merupakan
kebijakan yang sistematis dilakukan oleh Barat dan didukung oleh pemerintah
Barat . Tujuannya menyudutkan Islam!
Jauh sebelum itu, demonisasi (setanisasi)
terhadap Islam, secara sistematis dikembangkan dalam studi orientalisme pada
abad pertengahan yang berkembang di Barat. Kajian ini dilakukan oleh para
cendekiawan Barat dengan gereja sebagai penggerak utamanya, jadi bukan
orang-orang dungu. Kebencian kaum orientalis terhadap Islam tampak dari julukan
mereka menyebut Rasulullah Muhammad SAW dengan sebutan “Mamed, Mawmet, Mahoun,
Mahun, Mahomet, Mahon, Machmet” yang semua kata itu memiliki makna satu, yakni
setan (devil).
Seperti yang dinyatakan Edward Said dalam
Covering Islam (1997): pada sebagian besar abad pertengahan dan awal
kebangkitan Renaissance di Eropa, Islam diyakini sebagai agama setan,
murtad, penghujatan dan ketidakjelasan. “… Muhammad adalah seorang nabi palsu,
penabur perselisihan, sosok yang mementingkan kesenangan fisik, munafik, dan
agen setan”.
Upaya demonisasi ini tidak berhenti hingga
sekarang. Dalam rekomendasi yang dikeluarkan Cheryl Benard (the
RandCorporation) disebutkan ada beberapa ide yang harus terus
menerus diangkat untuk menjelekkan citra Islam : perihal demokrasi dan
HAM, poligami, sanksi kriminal, keadilan Islam, minoritas, pakaian wanita, dan
kebolehan suami untuk memukul istri.
Konsekuensi dan Sanksi Menghina Nabi =
Hukuman Mati
Para ulama telah sepakat, bahwa siapa saja
yang secara terang-terangan melakukan penghinaan dan pelecehan terhadap Nabi
Muhammad SAW, wajib dihukum mati.
Menurut Ibnu
Mundzir, para ulama telah berkonsensus mengenai wajibnya menjatuhkan
hukuman mati bagi siapa saja yang terang-terangan menghina Rasulullah SAW. Al-Farisiy, salah seorang ulama dari
Madzhab Syafi'iyyah, menuturkan di dalam kitab al-Ijma'; menurut konsensus para
ulama, siapa saja yang menghina Rasulullah SAW dengan terang-terangan telah
terjatuh ke dalam kekafiran; dan orang itu wajib dijatuhi hukuman mati meskipun
bertaubat. Sebab, had (sanksi) orang yang mencela (qadzaf) Rasulullah SAW
adalah hukuman mati. Sedangkan had qadzaf tidak bisa digugurkan oleh taubat.
Imam al-Khatabiy
berkata, "Saya tidak mengetahui adanya perbedaan pendapat mengenai
wajibnya hukuman mati bagi seorang Muslim yang menghina Rasulullah SAW. "
Menurut Imam Syafi'iy, orang kafir yang menghina Rasulullah SAW wajib dibunuh,
dan dzimmahnya dicabut. [Imam Mubarak-furiy, 'Aun al-Ma'bud Syarh Sunan Abi
Dawud, hadits no. 3795].
Ibnu
Taimiyah menukil pendapat Qodhi 'Iyadl yang menjelaskan
bentuk-bentuk hujatan Nabi saw. sebagai berikut: "Orang-orang yang menghujat Rasululah saw. adalah orang-orang yang
mencela, mencari-cari kesalahan, menganggap pada diri Rasul saw. ada kekurangan
atau mencela nasab (keturunan) dan pelaksanaan agamanya. Selain itu, juga
menjelek-jelekkan salah satu sifatnya yang mulia, menentang atau mensejajarkan
Rasululah saw dengan orang lain dengan niat untuk mencela, menghina, mengecilkan,
memburuk-burukkan dan mencari-cari kesalahannya. Maka orang tersebut adalah
yang orang yang telah menghujat Rasul saw. terhadap orang tersebut, ia harus
dibunuh . . ."
Imam
Asy-Syaukani menukil pendapat para fuqaha antara lain
pendapat Imam Malik yang mengatakan
bahwa orang kafir dzimmi seperti Yahudi, Nashrani, dan sebagainya, yang
menghujat Rasulullah saw. terhadap mereka harus dijatuhi hukuman mati, kecuali
apabila mereka bertaubat dan masuk Islam. Sedangkan bagi seorang Muslim, ia
harus dieksekusi tanpa diterima taubatnya. Imam Asy-Syaukani mengatakan bahwa
pendapat tersebut sama dengan pendapat Imam Syafi'i dan Imam Hambali.
Imam Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Authar
jilid VII, halaman 213-215, mengemukakan dua hadits tentang hukuman bagi
penghinaan Rasulullah saw. Diriwayatkan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib
ra. yang berbunyi: "Bahwa ada seorang wanita Yahudi yang sering mencela
dan menjelek-jelekkan Nabi saw. (oleh karena perbuatannya itu), maka perempuan
itu telah dicekik sampai mati oleh seorang laki-laki. Ternyata Rasulullah saw.
menghalalkan darahnya". (HR Abu Dawud).
Ibnu Abbas RA telah meriwayatkan sebuah
hadits yang berbunyi, bahwa ada seorang laki-laki buta yang istrinya senantiasa
mencela dan menjelek-jelekkan Nabi saw. Lelaki itu berusaha melarang dan
memperingatkan agar istrinya itu tidak melakukannya. Sampai pada suatu malam
(seperti biasanya) istrinya itu mulai lagi mencela dan menjelek-jelekkan Nabi
saw. (Merasa tidak tahan lagi), lelaki itu lalu mengambil kapak kemudian dia
tebaskan ke perut istrinya dan ia hujamkan dalam-dalam sampai istrinya itu
mati.
Keesokan harinya, turun pemberitahuan dari
Allah swt kepada Rasulullah saw yang menjelaskan kejadian tersebut. Lantas,
hari itu juga beliau saw. mengumpulkan kaum muslimin dan bersabda: "Dengan
menyebut asma Allah, aku minta orang yang melakukannya, yang sesungguhnya
tindakan itu adalah hakku; mohon ia berdiri !"
Kemudian (kulihat) lelaki buta itu berdiri
dan berjalan dengan meraba-raba sampai ia turun di hadapan Rasulullah saw,
kemudian ia duduk seraya berkata: "Akulah suami yang melakukan hal
tersebut ya Rasulullah saw. Kulakukan hal tersebut karena ia senantiasa mencela
dan menjelek-jelekkan dirimu. Aku telah berusaha melarang dan selalu
mengingatkannya, tetapi ia tetap melakukannya. Dari wanita itu, aku mendapatkan
dua orang anak (yang cantik) seperti mutiara. Istriku itu sayang padaku. Tetapi
kemarin ketika ia (kembali) mencela dan menjelek-jelekkan dirimu, lantas aku
mengambil kapak, kemudian kutebaskannya ke perut istriku dan kuhujamkan
kuat-kuat ke perut istriku sampai ia mati. Kemudian Rasululah saw. bersabda: "Saksikanlah bahwa darahnya (wanita
itu) halal." (HR. Abu Dawud dan
An Nasa'i)
Kita memang harus menahan marah marah jika
yang dihina diri kita. Tapi kalau yang dihina Allah, Nabi dan syariatnya, mati
hukumannya. Nabi lebih mahal dari nyawa kita.
Nasib Buruk Bagi Penghina Nabi dan Kecelakaan
Bagi Para Penentangnya
Menghina Rasulullah Sallallahu 'Alaihi
Wasallam tidaklah seperti menghina salah seorang dari kaum muslimin. Beliau
adalah makhluk pilihan Allah yang dimuliakan dengan risalah dan akhlak yang
terpuji. Maka, penghinaan terhadap beliau merupakan penghinaan terhadap Allah Subhanahu
wa Ta'ala. Allah telah menjanjikan siksa yang pedih di dunia dan
akhirat bagi orang-orang yang menghina Allah, Agama-Nya, dan para utusan-Nya.
Orang-orang yang telah menghina para utusan Allah terdahulu menjadi bukti akan
ancaman Allah ini.
Kaum Nabi Nuh 'alaihis salam telah
menghina utusan Allah kepada mereka. Lalu Allah menghancurkan mereka dengan
menenggelamkan mereka di dunia. Sedangkan di akhirat, mereka akan mendapatkan
adzab yang lebih pedih. "Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami
selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum
yang buta (mata hatinya)." (QS.
Al-A'raf: 64)
Kaum Nabi Huud 'alaihis salam yang
mengolok-olok dan mendustakannya, lalu Allah menyelamatkan Huud 'alaihis
salam dan menghancurkan kaumnya. "Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Huud dan orang-orang yang
beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami; dan Kami selamatkan (pula) mereka
(di akhirat) dari azab yang berat. Dan itulah (kisah) kaum 'Ad yang mengingkari
tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, dan mendurhakai rasul-rasul Allah dan
mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang
(kebenaran). Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu
pula) di hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya kaum 'Ad itu kafir kepada Tuhan
mereka. Ingatlah kebinasaanlah bagi kaum 'Ad (yaitu) kaum Huud itu."
(QS. Huud: 58-60)
Nabi Shalih 'alaihis salam diutus
kepada kaum Tsamud, lalu mereka menghina dan mendustakannya. Maka Allah
menyelamatkan Shalih dan menghancurkan kaumnya."Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang
bergelimpangan di tempat tinggal mereka." (QS. Al-A'raf: 78)
Nabi Luth 'alaihis salam yang diutus
kepada kaum Sodom, lalu mereka mengejeknya dan mengatakan, "Sesunguhnya mereka ini adalah manusia yang
sok suci." Maka Allah
menyelamatkannya dan orang-orang beriman yang bersamanya sedangkan orang-orang
yang menghina dan mendustakannya dihancurkan oleh-Nya. "Kemudian
Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; dia termasuk
orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka
hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa
itu." (QS. Al-A'raf:
83-84)
Dan dalam firman Allah yang lain: "Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan
negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani
mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, Yang diberi
tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim."
(QS. Huud: 82-83)
Kaum Nabi Syu'aib alaihis salam juga
telah mengejek nutusan Allah kepada mereka dengan mengatakan, "Hai Syu'aib, apakah shalatmu menyuruh kamu
agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang
kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu
adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal." (QS. Huud: 87)
"Maka Allah menghancurkan mereka dan
menyelamatkan Syu'aib. Dia berfriman: Kemudian mereka ditimpa gempa, maka
jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka,
(yaitu) orang-orang yang mendustakan Syu'aib seolah-olah mereka belum pernah
berdiam di kota itu; orang-orang yang mendustakan Syu'aib mereka itulah
orang-orang yang merugi." (QS.
Al-A'raf: 91-92)
Adapun orang-orang yang suka mengejek,
menghina, mendustakan dan memusuhi Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, mereka terbunuh di dunia dengan hina dan diakhirat mendapatkan
adzab yang pedih. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
berkata, "Kisah tentang penghancuran Allah terhadap para pencela agama,
satu demi satu telah diketahui. Para ahli sejarah dan tafsir telah
menceritakannya. Di antara mereka adalah dedengkot Quraisy, seperti
Al-Walid bin Mughirah, 'Ash bin Wail, Aswadan bin Abdul Muthallib, Ibnu
Abi Yaghuts dan Al-Harits bin Qais."
Raja Kisra telah mencabik-cabik surat yang
datang dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam lalu
mengolok-oloknya, tidak lama setelah itu Allah membunuh dan menghancurkan
kerajaannya sehancur-hancurnya. Hal ini merupakan perwujudan dari firman Allah:
"Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus."
(QS. Al-Kautsar: 3)
Setiap orang yang membenci dan memusuhi
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, maka pasti Allah
menghancurkannya dan menghilangkan kebesarannya. Di antara atsar yang terkenal
adalah yang menyebutkan bahwa "daging para ulama adalah racun."
Lantas bagaimana dengan daging para nabi 'Alaihimus Salam? Dan
dalam hadits shahih disebutkan dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
Allah telah berfirman, "Barangsiapa yang
memusuhi wali-Ku, Maka aku nyatakan perang terhadapnya." Lalu
bagaimana dengan orang-orang yang memusuhi para nabi 'Alaihimus Salam?
Dan barangsiapa menyatakan perang terhadap Allah, pastilah ia akan
hancur." (Ash-Sharimul Maslul, Ibnu
Taimiyyah, hlm. 164-165)
Taubatnya Para Pencela Nabi
Para ulama sepakat bahwa jika pelaku
bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat (taubatan nasuha), maka
taubatnya bermanfaat kelak di akhirat di hadapan Allah SWT. Namun mereka
berbeda pendapat apakah taubatnya di dunia diterima ataukah tidak. Dengan kata
lain, apakah mereka dapat dimaafkan dan terbebas dari sanksi hukuman mati
ataukah tidak. Jika pelakunya seorang muslim, maka jumhur fuqaha, al-Malikiyah,
asy-Syafi’iyyah, al-Hanabilah, berpendapat bahwa taubat (maaf) mereka
tidak diterima,(Lihat: Mukhtashar Kholi, libni Ishaq al-Jundiy, , 1/251,
al-Majmu’ lil Imam an-Nawawiy, 9/427, as-Syarhul Kabir Libni Qudamah,
10/635).
Adapun jika pelakunya kafir dzimiy,
maka perjanjian dengan mereka otomatis batal, pelakunya diberlakukan hukuman
mati, kecuali jika mereka masuk Islam menurut pandangan sebagian fuqaha. Namun
dalam kontek ini keputusan ada di tangan imam (khalifah), apakah keislamannya
diterima atau tetap diberlakukan hukuman mati, sebagai pelajaran bagi
orang-orang kafir lainnya. Sementara kafir maka hukum asal muamalah dengan
mereka adalah perang (qital). Siapapun yang melakukan pelecehan terhadap
Rasulullah SAW akan diperangi.
Siapa
Pengeksekusi
Empat belas abad yang lalu, tepatnya di kota
Madinah pada masa Rasulullah saw. ada seorang munafik yang bernama Abdullah bin
Ubay bin Salul. Ketika itu ia bersumpah: "Demi
Allah, apabila aku kembali ke Madinah, tentu orang yang paling mulia akan
segera mengusir orang yang paling hina." Maksud Abdullah bin Ubay
adalah bahwa dirinya yang ketika itu termasuk pemimpin di antara pemuka
kalangan munafiqun yang menganggap lebih mulia daripada Rasulullah saw; dan
bahwasanya Rasulullah Muhammad saw. itu adalah orang yang paling rendah
martabatnya di antara mereka. Dengan demikian, Rasulullah saw tidak layak lagi
memimpin mereka. Begitulah maksud Abdullah bin Ubay.
Berita tersebut didengar oleh Zaid bin Al
Arqam, kemudian ia menyampaikannya kepada Umar. Umar sangat geram mendengar hal
ini, lalu ia melapor kepada Rasulullah saw. Dengan menahan emosi, ia berkata, "Izinkan aku, ya Rasulullah, untuk
membunuh orang itu, orang yang telah menyebarkan fitnah, agar aku dapat
memancung lehernya."
Mendengar permintaan Umar itu, Rasulullah saw
lalu bertanya, "Apakah engkau akan
membunuhnya, bila kuizinkan engkau melakukannya?" Umar menjawab," Ya tentu. Demi Allah, jika engkau
memerintahkan kepadaku untuk membunuhnya, maka aku akan memancung lehernya,
(sekarang juga). Rasulullah saw berusaha menenangkan emosi umar, seraya
berkata "Duduklah dulu."
Tak lama kemudian, datanglah salah seorang terkemuka dari kalangan Anshar yang
bernama Usaid bin Hudlair. Ia kemudian berkata "Wahai Rasululullah, izinkanlah aku untuk memancung leher orang
yang telah menyebarkan fitnah di tengah masyarakat itu."
Kembali Rasulullah saw berkata persis seperti
apa yang dikatakan Beliau kepada Umar: "Apakah
engkau akan membunuhnya, bila kuizinkan engkau melakukannya?" Usaid
bin Hudzair menjawab: "Ya tentu saja.
Demi Allah, jika engkau memerintahkan kepadaku untuk membunuhnya, maka aku akan
memancung lehernya, (sekarang juga)". Tetapi, lagi-lagi Rasulullah
tidak mengijinkan Usaid melepaskan geramnya.
Berbeda dengan itu, setelah usai Perang
Badar, seorang gembong Yahudi bernama Abu 'Afak terus menerus menampakkan
permusuhannya pada Islam dan melakukan penghinaan pada Rasulullah SAW. Di
antaranya ia menyuruh penyair untuk membuat sya'ir-sya'ir yang mengandung
cacian, celaan, cercaan, dan penghinaan terhadap Nabi SAW. Mendengar hal ini,
tanpa banyak komentar seorang sahabat bernama Salim bin Umar mendatangi rumah
Abu 'Afak. Kemudian ia membebaskan pedangnya di leher Abu 'Afak sehingga
seketika itu juga matilah dia.
Juga pernah suatu waktu ada seorang Yahudi
bernama Asma binti Marwan yang sangat membenci Islam. Ia selalu melontarkan
perkataan-perkataan yang mengandung penghinaan terhadap Nabi dan Islam. 'Umair
bin 'Auf, salah seorang sahabat Nabi mendatangi rumah Asma lalu menancapkan
pedang ke dadanya. Ia pun mati. Mensikapi kedua kejadian terakhir ini
Rasulullah SAW mendiamkannya.
Nampaklah, sikap Rasulullah SAW tidak
mengijinkan membunuh orang munafik Abdullah bin Ubay karena Beliau khawatir
orang-orang mengatakan "Muhammad telah membunuh sahabat-sahabatnya". Bahkan
Beliau bersedia menshalatkannya saat ia meninggal. Namun, Allah segera
menurunkan larangan tentang hal itu (lihat surat at-Taubah ayat 84). Sementara,
untuk kasus lainnya, pengeksekusinya adalah para sahabat yang gagah berani
dengan seijin Rasulullah sebagai Kepala Negara.
Khilafah
Akan Mengakhiri Seluruh Penghinaan dan Pelecehan Terhadap Allah, Rasul-Nya dan
Islam
Negara berkewajiban menerapkan sanksi
tersebut bagi siapa saja yang terbukti menghina Nabi SAW secara
terang-terangan. Lebih dari itu, negara juga berkewajiban mencegah setiap upaya
yang ditujukan atau berpotensi melecehkan kehormatan Nabi Muhammad SAW, dengan
cara menerbitkan undang-undang khusus tentang larangan menghina dan melecehkan
Nabi SAW.
Selain itu, penguasa Muslim wajib melakukan
tindakan politik terhadap negara maupun institusi yang terbukti melakukan
penghinaan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan inilah yang dilakukan oleh para
penguasa Islam, walaupun keadaan mereka sudah sangat lemah. Adalah Khalifah
Abdul Majid, pada saat beliau mendengar akan diselenggarakan pertunjukan drama
karya Voltaire yang berjudul “Muhammad
atau Kefanatikan”, beliau segera mengambil tindakan politik terhadap
Perancis. Pasalnya, isi drama itu dengan terang-terangan menghina Rasulullah
SAW, Zaid dan Zainab. Melalui duta besarnya di Perancis, beliau mengultimatum
Pemerintah Prancis agar menghentikan pementasan drama tersebut. Beliau
mengancam akan ada tindakan politik bagi Perancis, jika negara itu tetap
mengizinkan pementasan. Perancis akhirnya membatalkan pementasan itu. Lalu,
perkumpulan teater tersebut berangkat ke Inggris, dan berencana mengadakan
pementasan serupa.
Sang Khalifah Abdul Hamid tidak tinggal diam.
Beliau segera memberikan ultimatum kepada Inggris. Inggris menolak ancaman
tersebut. Alasannya, tiket sudah terjual habis dan pembatalan drama tersebut
bertentangan dengan prinsip kebebasan (freedom) rakyatnya. Perwakilan Khilafah
Utsmaniyah di sana mengatakan kepada Pemerintah Inggris bahwa Prancis telah
menggagalkan acara tersebut sekalipun sama-sama mengusung kebebasan. Pihak
Inggris justru menegaskan bahwa kebebasan yang dinikmati rakyatnya jauh lebih
baik daripada apa yang ada di Prancis. Setelah mendengar sikap Inggris
demikian, sang Khalifah menyampaikan, ”Saya akan meng-umumkan kepada umat Islam
bahwa Inggris sedang menyerang dan menghina Rasul kita! Saya akan mengobarkan
jihad akbar!” Melihat keseriusan Khalifah dalam menjaga kehormatan Rasulullah
SAW tersebut, Inggris segera melupakan sesumbarnya tentang kebebasan. Akhirnya,
pementasan drama itu pun dibatalkan.
Beginilah sikap semestinya seorang penguasa
Muslim ketika mendengar Nabinya dihina. Dan saat ini, kaum Muslim merindukan
kehadiran seorang pemimpin yang benar-benar serius menjaga kehormatan Nabi dan
risalahnya.
Inilah secara ringkas hukum Islam terkait
orang-orang yang menghina Rasulullah SAW. Dengan penerapan hukum inilah segela
bentuk penistaan terhadap beliau bisa dihentikan. Namun, penerapan hukum
membutuhkan seorang Imam yang memiliki ketegasan, keberanian, serta taat kepada
Allah SWT dalam hal penerapan hukum-hukum Islam. Dialah seorang
khalifah. Khalifahlah yang akan secara nyata menghentikan semua
penghinaan itu, serta melindungi kehormatan Islam dan umatnya, sebagaimana
pernah ditunjukkan oleh Khalifah Abdul Hamid II terhadap Perancis dan Inggris
yang hendak mementaskan drama karya Voltaire, yang menghina Nabi Muhammad SAW.
Ketegasan sang Khalifah, yang akan mengobarkan jihad melawan Inggris itulah
yang akhirnya menghentikan rencana jahat itu sehingga kehormatan Nabi Muhammad
tetap terjaga.
Di sinilah letak penting untuk memperjuangkan
kembali khilafah. Menyeru kepada seluruh umat Islam untuk bahu-membahu dalam
membela kehormatan Nabi Muhammad dan menolak dengan keras setiap paham atau
doktrin yang tidak Islami seperti doktrin tentang HAM, sekulerisme dan
liberalisme serta sungguh-sungguh berjuang menegakkan khilafah. Semoga Allah
menyegerakan pertolongan-Nya atas
kaum muslimin.
“Sesungguhnya dari dahulupun
mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur pelbagai macam tipu
daya untuk (merusakkan)mu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah) dan
menanglah agama Allah, padahal mereka tidak menyukainya”. (Q.S At-Taubah: 48)
Oleh:
Nur Aida
Aktivis
Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia
Mahasiswi
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Syamsul Ma’arif Bontang
Catatan:
Artikel ini telah dipublikasikan di Bontang Post Minggu 21 Oktober 2012 (editan
sepanjang setengah halaman koran)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar