Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Jumat, 18 Maret 2016

Tidak boleh diakadkan untuk dua Khalifah pada satu masa



واتفق العلماء على أنه لا يجوز أن يعقد لخليفتين في عصر واحد ، سواء اتسعت دار الإسلام أم لا
“Para ulama sepakat bahwa tidak boleh diakadkan untuk dua Khalifah pada satu masa baik Dâr al-Islam itu luas atau tidak.” (An-Nawawi, Syarh An-Nawawi ‘ala Muslim, juz 12 hlm. 232)

Imam As-Sinqithi (w. 1393 H) menyatakan:
قول جماهير العلماء من المسلمين : أنه لا يجوز تعدد الإمام الأعظم ، بل يجب كونه واحدا ، وأن لا يتولى على قطر من الأقطار إلا أمراؤه المولون من قِبَلِهِ ، محتجين بما أخرجه مسلم في صحيحه من حديث أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إذا بويع لخليفتين فاقتلوا الآخر منهما .
“Pendapat jumhur ‘ulama muslimin: Bahwa berbilangnya Al-Imam al-A’zham (Khalifah) adalah tidak boleh, bahkan wajib berjumlah satu, dan hendaknya tidak berkuasa atas wilayah-wilayah (kekuasaan kaum muslimin) kecuali umara’ yang diangkat oleh kholifah, mereka (jumhur ‘ulama) berhujjah dengan hadits sahih dikeluarkan oleh Imam Muslim, dari Abu Sa’id Al-Khudri ra., bahwa Rosululloh Saw. bersabda: “Jika dibai’at dua Kholifah maka bunuhlah yang terakhir (diba’at) di antara keduanya.” (As-Sinqithi, Adhwa’ Al-Bayan fii Idhoh Al-Quran bi Al-Quran, juz 3 hlm. 39)
Juga menyatakan: “Termasuk perkara yang sudah jelas (ma’lûmun min adh-dharûrah ad-dîn) bahwa kaum Muslim wajib mengangkat seorang Imam (Khalifah) yang kepadanya terhimpun kalimat dan menerapkan hukum-hukum Allah Swt. di bumi-Nya.” (As-Sanqithi, Adhwâ’ al-Bayân, I/I50)


Setelah memaparkan lima hadits di atas, Syekh Mahmud Abdul Majid Al Khalidi berkata:
“Lima hadits ini –dan ia adalah hadits-hadits yang shahih– menunjukkan dengan jelas mengenai kesatuan (ketunggalan) Khilafah, dan bahwa tidak boleh kaum muslimin mempunyai negara kecuali satu negara saja.” (Mahmud Abdul Majid Al Khalidi, Qawa’id Nizham Al Hukm fil Islam, hlm. 316)

Khilafah adalah kewajiban umat yang terpenting. Karena itu kaum Muslim wajib turut serta aktif dalam menegakkan Khilafah. Mereka tidak boleh menjauhi, menolak apalagi sampai menghalangi upaya penegakan Khilafah. Tindak demikian merupakan dosa besar.
Imam Mawardi (w. 450 H) berkata:
( وَعَقْدُهَا لِمَنْ يَقُوْمُ بِهَا وَاجِبٌ بِالْإجْمَاعِ وَإِنْ شَذَّ عَنْهُمُ اَلْأَصَمُّ).
Melakukan akad Imamah (Khilafah) bagi orang yang [mampu] melakukannya, hukumnya wajib berdasarkan Ijma’, meskipun Al Asham menyalahi mereka (ulama) [dengan menolak wajibnya Khilafah].” (Al Ahkam Al Sulthaniyyah, hlm. 5)
Imam Qurthubi (w. 671 H) dari Mazhab Maliki berkata:
( وَلاَ خِلَافَ فِيْ وُجُوْبِ ذَلِكَ بَيْنَ الْأُمَّةِ وَلاَ بَيْنَ الْأَئِمَّةِ، إِلاَّ مَا رُوِيَ عَنِ الْأَصَمِّ، حَيْثُ كَانَ عَنِ الشَّرِيْعَةِ أَصَمُّ. وَكَذَلِكَ كُلُّ مَنْ قَالَ بِقَوْلِهِ وَاتَّبَعَهُ عَلىَ رَأْيِهِ وَمَذْهَبِهِ ).
Tidak ada perbedaan pendapat mengenai wajibnya hal itu (mengangkat Khalifah) di antara umat dan para imam [mazhab], kecuali apa yang diriwayatkan dari Al Asham, yang dia itu memang tuli dari Syariat. Demikian pula setiap orang yang berkata dengan perkataannya serta mengikutinya dalam pendapat dan mazhabnya.” (Imam Qurthubi, Al Jami’ li Ahkamil Qur`an, Juz 1 hlm. 264)

Imam Abu Zakaria An-Nawawi dari mazhab Asy-Syaafi’i:
وَأَجْمَعُوا عَلَى أَنَّهُ يَجِب عَلَى الْمُسْلِمِينَ نَصْبُ خَلِيفَةٍ وَوُجُوبُهُبِالشَّرْعِ لَا بِالْعَقْلِ, وَأَمَّا مَا حُكِيَ عَنْ الْأَصَمّ أَنَّهُ قَالَ: لَا يَجِبُ, وَعَنْ غَيْرِهِ أَنَّهُ يَجِبُ بِالْعَقْلِ لَا بِالشَّرْعِ فَبَاطِلَانِ.
“… dan mereka (para ulama) bersepakat bahwa wajib atas kaum muslim untuk mengangkat seorang Kholifah, dan wajibnya berdasarkan Syari’ah bukan berdasarkan logika akal. Adapun yang dikisahkan dari Al-Ashamm bahwa dirinya berkata: tidak wajib, dan (yang dikisahkan) dari selainnya (yang mengatakan) bahwa wajibnya berdasarkan logika akal bukan berdasarkan Syari’ah, maka keduanya adalah pendapat yang bathil.” (An-Nawawi, Syarh Shohih Muslim, juz 6 hlm. 291)

Imam Ibnu Hazm (w. 456 H) berkata:
(وَاتَّفَقُوْا أَنَّ الْإِمَامَةَ فَرْضٌ وَأَنَّهُ لاَ بُدَّ مِنْ إِمَامٍ حَاشَا النَّجْدَاتِ...).
Mereka (ulama) telah sepakat bahwa Imamah (Khilafah) itu fardhu dan bahwa tidak boleh tidak harus ada seorang Imam (Khalifah), kecuali An Najadat...” (Ibnu Hazm, Maratibul Ijma’, hlm. 207)
Syeikh Wahbah Zuhaili berkata:
تَرَى اْلأَكْثَرِيَّةُالسَّاحِقَةُمِنْعُلَمَاءِاْلإِسْلاَمِوَهُمْأَهْلُالسُّنَةِوَالْمُرْجِئَةُوَالشِّيْعَةُوَاْلمُعْتَزِلَةُإِلاَّنَفَراً مِنْهُمْ، وَاْلخَوَارِجُمَا عَدَا النَّجْدَاتِ : ) أَنَّاْلإِمَامَةَأَمْرٌوَاجِبٌأَوْفَرْضٌمُحَتَّمٌ
Mayoritas besar dari ulama Islam yaitu ulama Ahlus Sunnah, Murjiah, Syi’ah, dan Mu’tazilah kecuali segelintir dari mereka, dan Khawarij kecuali An Najdat− berpendapat bahwa Imamah (Khilafah) adalah perkara yang wajib atau suatu kefardhuan yang pasti.” (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz VIII hlm. 272)

Syeikh Abdullah bin Sulaiman bin Umar Ad Dumaiji berkata:
Telah sepakat golongan terbesar dari kaum muslimin atas wajibnya mengangkat Imam (Khalifah), dan tidak ada yang menyalahi Ijma’ ini kecuali An Najdat dari Khawarij, juga Al Asham, dan Al Fuwathi dari Mu’tazilah.” (Abdullah Ad Dumaiji, Al Imamah Al ‘Uzhma ‘Inda Ahlis Sunnah wal Jama’ah, (cet. I, 1407 H / 1987 M), hlm. 48-49)

Lantunan Hanzhalah bin Ar-Rabi’ ra., sahabat sekaligus juru tulis Nabi Saw., saat beliau menyaksikan konspirasi yang dilakukan sebagian penduduk Mesir, Kufah, dan Bashrah dalam rangka melengserkan Kholifah Utsman bin ‘Affan ra. dari Kekhilafahan:
عجبت لما يخوض الناس فـيه * يرومون الخلافة أن تزولا
ولو زالت لزال الخير عنـهم * ولاقوا بعدها ذلا ذلـيلا
وكانوا كاليهود أو النصارى * سواء كلهم ضلوا السبيلا
“Aku heran dengan apa yang menyibukkan orang-orang ini # mereka berharap agar khilafah segera lenyap”
“Jika ia sampai lenyap sungguh akan lenyap pula semua kebaikan dari mereka # dan mereka akan menjumpai kehinaan yang amat sangat.”
“Adalah mereka kemudian seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani # mereka semua sama-sama berada di jalan yang sesat.” (Ibnu Al-Atsiir, Al-Kamil fi At-Tarikh, juz 2 hlm. 17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam