Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Senin, 18 Januari 2021

Islam Harapan, Bukan Ancaman


Islam adalah agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk negeri ini. Keberadaannya di Indonesia jauh lebih lama dibandingkan adanya negara ini. Berkat para ulama dan pejuang Islamlah, negeri ini bisa dibebaskan dari penjajah asing. Bahkan cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah laskar-laskar pejuang Islam. Kiprah kaum Muslim sangat besar dalam memerdekakan dan menjaga negeri ini.

Sayangnya, kini Islam sering dituding sebagai ancaman negeri ini. Lebih aneh lagi, yang menuding itu mengaku juga beragama Islam. Jika yang menuduh itu adalah orang kafir, mungkin itu masih wajar. Bagaimana mungkin mereka menuding agama yang dianutnya sendiri?

M. Ismail Yusanto menegaskan, sesungguhnya Islam adalah potensi besar bagi bangsa ini, dan juga bangsa lain. ”Lihatlah, berkat Islam lahir para pahlawan yang dengan semangat jihad berani berjuang melawan penjajah Belanda. Tanpa semangat jihad, mungkin kita masih terus dijajah, karena mana ada yang berani berhadapan dengan Belanda?” jelasnya.

Oleh karena itu, menurutnya, Islam harus dianggap sebagai modal dasar yang penting, bahkan paling penting, dalam membangun bangsa ini. "Tidak boleh dianggap sebagai ancaman,” tandasnya.

Ia menjelaskan, Islam adalah agama yang diturunkan oleh Yang Maha Baik dan Maha Benar yakni Allah SWT. Dalam praktiknya selama lebih dari 13 abad, Islam mampu mengayomi dan menyejahterakan rakyatnya, baik itu Muslim maupun non-Muslim. Bahkan para orientalis Barat sendiri mengakui bagaimana keberhasilan Islam membangun peradaban manusia dengan berbagai kemajuan yang hasilnya bisa dinikmati hingga sekarang.

”Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para Khalifah itu pun telah menyediakan berbagai peluang bagi siapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam keluasan wilayah yang belum pernah tercatat lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka. Kegigihan dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan menyebar luas sehingga berbagai ilmu, sastra, falsafah dan seni mengalami kejayaan luar biasa… (Will Durant, The Story of Civilization).

Berkat Islam pula, bangsa Arab yang sebelumnya tidak diperhitungkan sama sekali dalam kancah politik internasional saat itu berubah menjadi bangsa besar dan titik sentral peradaban dunia. Dengan karakter Islam yang sesuai dengan fitrah manusia, Islam menyebar ke berbagai kawasan di seluruh penjuru dunia dengan sangat cepat.

Bisa dibayangkan, andai saja tidak ada Islam, bagaimana kondisi manusia sekarang? Saat Islam sampai di Andalusia, Spanyol, Barat dalam masa kegelapan. Peradabannya terbelakang. Mereka hidup liar. Agama mereka, Nasrani, tak mampu mengarahkan peradaban mereka.

Pengaruh peradaban Islam kemudian mengubah mereka. Mereka mulai belajar ke negeri-negeri Islam. Anak-anak raja dikirim untuk belajar ke wilayah khilafah. Mereka pun belajar peradaban Islam dan kemudian mempraktikkannya.

Itu sebabnya, WE Hocking berkomentar, ”Oleh karena itu, saya merasa benar dalam penegasan saya, bahwa Qur’an mengandung banyak prinsip yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya sendiri. Sesunguhnya dapat dikatakan, bahwa hingga pertengahan abad ketiga belas, Islam lah pembawa segala apa yang tumbuh yang dapat dibanggakan oleh dunia Barat.” (The Spirit of World Politics, 1932, hlm.461)

Ismail mempertanyakan, apakah kebaikan Islam ini perlu ditakuti? Siapa yang tidak mau negeri yang mayoritas Muslim ini akan memiliki peradaban tinggi? Siapa yang tidak ingin negeri ini rakyatnya sejahtera dan mendapat ridha Allah SWT? Siapa yang tidak suka negeri ini menjadi barometer peradaban dunia? Siapa yang tidak suka negeri ini bebas dari tindak kriminal dan pergaulan yang rusak? Siapa yang mau negeri ini bebas dari penjajahan dan intervensi asing?

”Tentu saja Islam adalah ancaman buat para perampok kekayaan alam negara ini, koruptor, para komprador negara kapitalis dan imperialis, juga menjadi ancaman bagi mereka yang suka melakukan kemaksiatan dan sebagainya. Karena semua itu bakal dihapus oleh Islam," tegasnya.

Kerugian

Ia menjelaskan, rugi besar baqi bangsa ini jika menjadikan Islam sebagai ancaman. Sebab, Islam adalah agama mayoritas rakyat. ”ltu seperti menjadikan diri kita sendiri sebagai ancaman,” kata Ismail.

Rezim yang menjadikan rakyatnya sebagai musuh maka akan gagal membawa perubahaan. Bagaimana mungkin memperbaiki kondisi negara sementara mereka tidak mendapatkan dukungan dari rakyatnya? Menjadikan Islam sebagai ancaman, berarti rezim itu tidak berkiblat kepada Islam. Kalau tidak berkiblat kepada Islam, dapat dipastikan berkiblat kepada kekufuran. Itulah yang kini sedang menguasai dunia dalam wujud nyata. Maka jangan bermimpi menjadi negara yang besar jika masih menjadikan negara lain [baca: Barat] sebagai kiblat. Negeri ini akan tetap menjadi jajahan negara-negara kafir.

Lebih dari itu, menjadikan Islam sebagai ancaman, berarti menentang kewajiban Allah SWT untuk menerapkan Islam secara kaffah di muka bumi ini. Dapat dipastikan, keberkahan tidak akan turun dari langit dan bumi. Karena keberkahan Allah terhadap penduduk sebuah negeri sangat ditentukan oleh keimanan dan ketaatannya terhadap seluruh aturan Allah.

Musuh Nyata

Beliau menegaskan, musuh sejati bangsa ini ada dua. Yang pertama adalah neoliberalisme dan neoimperialisme. Kedua adalah siapa saja yang mendukung neoliberalisme dan neoimperialisme itu sendiri.

Musuh ini, menurutnya, nyata dan sedang berkuasa di negeri ini. Para pendukung neoliberalisme dan neoimperialisme sedang mempraktikkan sistem kapitalisme liberal di segala bidang kehidupan.

Walhasil, puluhan juta rakyat miskin, tingginya angka pengangguran, meluasnya kemaksiatan, perampokan atas nama privatisasi BUMN, investasi, dan pasar bebas, termasuk maraknya korupsi dan manipulasi. Negara disetir oleh asing melalui intervensi terhadap penyusunan undang-undang. Agama disingkirkan atas nama sekulerisme. []emje

Syariah Dan Khilafah Wujudkan Islam Rahmatan lil Alamin

Allah SWT mengutus Rasulullah Muhammad SAW membawa risalah Islam. Risalah itu dimaksudkan tidak lain kecuali membawa rahmat bagi seluruh alam. Itulah Islam rahmatan lil alamin (lihat: QS al-Anbiya' [21:] 107).

Kerahmatan Islam bagi seluruh alam semesta ini hanya akan tampak manakala seluruh syariahnya diterapkan secara sempurna. Dan itu tidak mungkin diterapkan oleh sistem kufur demokrasi, federasi kerajaan, kekaisaran atau lainnya. Aturan Islam yang mulia ini pun hanya bisa diterapkan oleh sistem yang sesuai yakni khilafah -sistem yang diwajibkan Islam.

Dan begitulah dulu Rasulullah mencontohkan Rasulullah membangun Daulah Islam yang pertama di Madinah, sebuah miniatur pemerintahan yang khas, yang tidak ada sebelumnya, dengan menerapkan seluruh aturan Islam bagi warga negaranya -Muslim maupun non-Muslim. Penerapan Islam secara kaffah ini kemudian diikuti oleh para khalifah berikutnya secara terus menerus hingga akhirnya -pada saat pejabat dan kaum muslimin telah teracuni paham-paham kufur- sistem khilafah diruntuhkan tahun 1924 oleh Mustafa Kemal Attaturk –Yahudi terlaknat, antek sekutu Barat.

Islam yang dulunya menjadi mercusuar peradaban dunia akhirnya tenggelam. Negeri-negeri Muslim yang dulunya bersatu dan kuat serta ditakuti, terpecah-belah tak berdaya serta menjadi jajahan kaum kafir Barat yang rakus. Walhasil, penerapan syariah kaffah daiam naungan khilafah akan mengembalikan kemuliaan umat. Tentu bukan khilafah ala ISIS, tapi Khilafah ala Minhaj an-Nubuwwah. Di sanalah Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin akan terwujud nyata.

Bacaan: Tabloid Media Umat edisi 170
---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam