Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Minggu, 10 Januari 2021

OKI Lemah Terhadap Israel



Deklarasi Dan Resolusi Jakarta Peluru Hampa Bagi Israel

Sama sekali tak ada yang baru yang dihasilkan dari KTT Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Jakarta pada tanggal 6-7 Maret 2016 lalu. KTT yang dihadiri 47 negara dari 56 anggotanya menghasilkan 23 poin Deklarasi Jakarta dan 32 poin resolusi dari KTT berupa seruan politik negara-negara OKI. Dokumen ini inisiatif Indonesia.

Presiden Joko Widodo dalam pernyataan bersama seusai KTT menyatakan, pemimpin dunia Islam telah menghasilkan kesepakatan dan rencana konkret bagi Palestina. ”Kami mengutuk aksi Israel dan menyeru diakhirinya pendudukan atas Palestina.”

Sikap pembelaan OKI terhadap Palestina, al-Aqsha dan kecaman terhadap Israel sebenarnya adalah retorika lama yang sudah ada semenjak berdirinya organisasi tersebut pada 47 tahun silam. Sama sekali bukan sesuatu yang baru.

Hanya saja sikap itu lagi-lagi sebatas retorika ketimbang aksi nyata. Selain menyumbang uang ala kadarnya, membangun sedikit infrastruktur, OKI tidak pernah melakukan operasi militer menjaga kawasan Palestina dari agresi Israel, apalagi membebaskan tanah yang direbut Israel dari warga Palestina.

Sikap tak acuh OKI terhadap nasib Palestina sudah kerapkali ditunjukkan. Kejadian paling dekat adalah beberapa hari sebelum KTT digelar, Israel melakukan penghancuran puluhan rumah penduduk Palestina termasuk sekolah di kawasan Tepi Barat. Koordinator Khusus PBB untuk proses perdamaian Timur Tengah Nickolay Mladenov mengatakan, sejak awal 2016 Israel menghancurkan 29 rumah warga setiap pekannya. Jumlah ini menurut Mladenov tiga kali Iebih banyak dibandinqkan tahun sebelumnya.

Empat hari sebelum KTT digelar, militer Israel juga menembak mati dua remaja Palestina. Pihak Israel mengatakan mereka menyusup ke wilayah Israel. Sebuah klaim yang tentunya sulit untuk dibuktikan.

Tapi OKI tak bereaksi nyata selain mengeluarkan kecaman. Sama sekali tak ada aksi fisik yang menunjukkan pembelaan terhadap warga Palestina dan memberi pelajaran pada agresor Israel. OKI seolah masih percaya Israel bisa ditakut-takuti dengan kata-kata.

Kemunduran dan Pengkhianatan

Alih-alih menunjukkan hal yang baru, KTT kali ini justru memperlihatkan kemunduran. Kesungguhan OKI untuk memperjuangkan nasib rakyat Palestina dan perlawanan terhadap Israel justru kian terdistorsi.

Hal ini terlihat dalam Resolusi dan Deklarasi Jakarta yang sama sekali tidak mencantumkan peringatan atau sanksi terhadap Israel. Hal ini dipastikan oleh Direktur Jenderal Multilateral Kementerian Luar Negeri, Hassan Kleib, kepada wartawan dalam jumpa pers KTT OKI, pada Ahad (6/03/2016).

"Kata-kata peringatan tidak ada karena kita tidak ada sanksi kepada siapapun. Tapi kalau resolusi itu adalah penegasan kembali posisi dasar selama ini terhadap masalah illegal occupation (yang dilakukan Israel)," kata Kleib seperti dikutip BBC (6/3/2016).

Keberadaan OKI untuk memperjuangan nasib Palestina juga makin dipertanyakan. Sebabnya dalam pidato sambutan pembukaan KTT OKI, Presiden Jokowi menyerukan jalan keluar agresi Israel terhadap tanah Palestina adalah melalui solusi dua negara. Mendukung kemerdekaan Palestina dan hidup berdampingan dengan penjajah Israel.

Tawaran solusi ini bukan lagi kemunduran tapi sudah tindakan pengkhianatan terhadap air mata, darah, dan nyawa pejuang dan rakyat Palestina. Status Israel jelas agresor dan penjarah tanah Palestina. Mereka melakukan serangkaian operasi militer keji dan taktik kotor secara sistematik untuk mengusir dan membunuh warga Palestina sejak tahun 1967. Lalu bagaimana mungkin keberadaan mereka diakui, sementara mereka adalah negara penjajah?

Sungguh tidak logis, bahkan tidak waras, ketika rumah Anda dirampok, anak Anda dibunuh, lalu Anda diminta berdamai bahkan berbagi rumah dengan gerombolan perampok tersebut. Jika orang masih berakal sehat tentu tidak akan membenarkan apalagi menyetujui hal seperti itu.

Tentu saja hal ini mengherankan dan mengecewakan. Memperlihatkan bahwa OKI kian kehilangan nyali dan makin tidak serius menangani persoalan Palestina. Untuk masalah al-Aqsha, OKI hanya berjuang melalui penggalangan dana lewat "Al-Quds and Al-Aqsha Funds" (Dana Al-Quds dan Al-Aqsha) untuk membantu rehabilitasi al-Quds (Yerusalem) berdasarkan kebutuhan rakyat Palestina.

Sementara Israel justru semakin agresif melakukan pengusiran, penghancuran dan penembakan terhadap penduduk Palestina. Sepanjang tahun 2015 lalu, Israel membunuh 178 warga Palestina, melukai 16 ribu lebih warga, dan menghancurkan 500 lebih pemukiman warga.

Jumlah warga Palestina yang ditangkapi militer Israel juga terus bertambah. Pada Oktober tahun 2015 lalu saja telah terjadi 800 kali penangkapan, di dalamnya termasuk anak-anak usia belasan tahun. Sebagian besar dari mereka ditembak terlebih dahulu sebelum dijebloskan ke dalam penjara. Diperkirakan ada 6.500 warga Palestina mendekam di penjara Israel yang berjumlah 23 lokasi.

Kebiadaban Israel tentu tak bisa dilawan dengan resolusi, deklarasi atau penggalangan dana. Tanah dan warga Palestina membutuhkan aksi nyata.

Kembali Ke Akar Masalah

Apa yang telah dilakukan OKI selama puluhan tahun telah gagal. Agresi militer Israel terhadap warga dan tanah Palestina kian menjadi, wilayah Palestina kian menyempit bahkan sudah menjadi “penjara terbesar” di dunia bagi warganya. Padahal puluhan resolusi dan miliaran dolar uang telah dihamburkan untuk melakukan KTT demi KTT.

OKI sebagaimana PBB tidak berinisiatif menyelesaikan akar persoalan di Palestina, yakni okupasi secara militer oleh Israel atas tanah dan wilayah Palestina. OKI dan PBB justru malah berusaha mendamaikan kedua belah pihak, mengajak mereka duduk bersama dan saling mengakui eksistensi dua negara.

Negara-negara OKI seperti lupa kalau Palestina adalah korban. Mereka bukan sedang bertikai, tapi diperangi dan diinvasi dengan keji. Malah Profesor Noah Chomsky dari AS menyebut agresi Israel yang mengerahkan berbagai persenjataan canggih termasuk jet-jet tempur, bukan sebagai perang tapi pembunuhan!

Inilah persoalan mendasar Palestina-Israel yang nampaknya sengaja dikubur oleh dunia dan juga ironinya oleh OKI. Bukannya ingin membersihkan negeri Palestina dari cengkraman sang penjajah, tapi OKI malah mengakui keberadaan negara agresor tersebut dengan balutan kalimat manis 'kemerdekaan Paiestina'. []ij-ls dpp

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 170
---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam