Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Sabtu, 15 Maret 2008

IKAN LAYUR Makan dan Makanan

lanjutan 6

EKONOMIKA SUMBER DAYA ALAM LINGKUNGAN

PERIKANAN DEMERSIAL

Kebiasaan makan dan makanan (food and feeding habit) merupakan salah satu aspek ‘life history’ yang menjadi dasar dalam kajian interaksi antar jenis, baik melalui kajian antar hubungan pemangsaan (predator prey relationship) ataupun persaingan makanan (food competition).


Melihat morfologi kepala, mulut dan gigi-gigi ikan layur tidak diragukan lagi bahwa ikan layur adalah ikan predator yang kebiasaan makanannya adalah hewanhewan berkuran lebih kecil. Jenis-jenis makanan ikan layur meliputi euphausid (udang-udang berukuran kecil seperti rebon, larva udang penaeid), ikan-ikan berukuran kecil (seperti; teri, sardin, myctophids, bregmacerotids, carangoids, sphyraenids, atherinids, sciaenids, scombrids, larva/yuwana ikan layur ) dan cumicumi berukuran kecil.


Perilaku kebiasaan makan ikan layur dewasa dan layur anakannya (yuwana, juvenile) berhubungan erat dengan kebiasaan migrasi vertikal (diurnal – siang; nocturnal - malam) mempunyai sifat yang berlawanan. Pada siang hari layur dewasa biasanya bermigrasi vertikal ke dekat permukaan untuk mencari makan dan kembali bermigrasi ke dasar perairan pada malam hari. Ikan layur anakannya yang berukuran kecil akan membentuk gerombolan (schooling) mulai dari dasar sampai ke dekat permukaan pada siang hari dan pada malam hari menyebar dan mengelompok untuk mencari makan sampai ke dekat permukaan.


Hasil kajian kebiasaan makanan dan interaksi antar jenis ikan dapat merupakan salah satu dasar bagi pengelolaan sumberdaya ikan layur sebagai salah satu unsure dalam komunitas demersal yang bersifat multispecies. Ecopath sebagai salah satu model stock assessment yang dirancang untuk mendapatkan hasil tangkapan yang optimal dan berlanjut dalam jangka panjang didasarkan atas kajian interaksi antar jenis. Dalam rangka mengetahui pengaruh-pengaruh penangkapan, opsi-opsi langkah pengelolaanpun dapat di-uji-cobakan.


Sebagaimana dikemukakan oleh Jones (1982) bahwa melalui kajian aspek kebiasaan makanan tersebut dapat diprediksi bahwa dalam perkembangan / pertumbuhan ikan pada umumnya, akan memerlukan makanan (berupa ikan lainnya) sekitar 25% dari berat tubuhnya (Jones, 1982). Implikasi dari kajian tersebut antara lain adalah bahwa jika diketahui produksi ikan layur yang didaratkan di pantai selatan Jawa Timur umpamanya 1000 ton pertahun, maka ikan layur tersebut akan memerlukan makanan berupa ikan lainnya sebanyak 250 ton.



Hubungan Panjang - Berat

Manfaat dari informasi tentang hubungan panjang-berat antara lain adalah bahwa melalui persamaan matematik tersebut ( W = a * L b ) kita dapat memperkirakan berat ikan layur pada panjang tertentu atau sebaliknya. Nilai b dalam hubungan panjang-berat ikan layur berada antara 2-4 . Jika nilai b = 3 disebut isometrik, dan jika b ? 3 disebut allometrik. Kecuali ikan layur dari perairan Indonesia dimana nilai b = 2,969 (yang secara statistik b = 3) tampak bahwa kemungkinan besar pertumbuhan ikan layur yang ada di berbagai belahan dunia lainnya lebih bersifat allometrik positif dimana nilai b > 3 (Tabel 1).

Dilihat dari aspek aplikasi model analitik, besarnya nilai isometrik atau allometrik tersebut akan menentukan jenis model pengkajian stok yang dapat diterapkan yang mengarah kepada diperolehnya hasil tangkapan maksimum yang berkelanjutan. Selajutnya perlu diinformasikan bahwa ukuran berat maksimum yang pernah tercatat adalah 3,69 kg dengan panjang 234 cm. Ikan tersebut tertangkap dengan pancing di Teluk Guanabara, Rio de Janeiro, Brazil yang kemudian dianggap sebagai ‘angling world record’ (Fishbase, 2002).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam