Unduh BUKU Dakwah Rasul SAW Metode Supremasi Ideologi Islam

Rabu, 05 November 2014

Pengaruh Buruk Budaya Kecantikan Barat

Pengaruh Buruk Budaya Kecantikan Barat



BAB VI
PENGARUH MITOS KECANTIKAN TERHADAP MUSLIMAH

Amat disayangkan bahwa ada sejumlah kalangan Muslimah –baik yang tinggal di Barat maupun di dunia Islam– yang terpengaruh dengan mitos kecantikan ini. Bagi kaum Muslimah yang tinggal di negara-negara Barat, barangkali mudah dipahami mengapa mereka terpengaruh mitos tersebut, yakni karena setiap hari mereka “dicekoki” dengan konsep citra perempuan dan harapan-harapan yang tidak wajar itu sebagaimana perempuan-perempuan non Muslim yang ada di masyarakat. Tidak mengherankan pula, jika mitos kecantikan tersebut juga mempengaruhi sebagian kalangan Muslimah yang tinggal di dunia Islam, karena budaya Barat itu juga diekspor ke negeri-negeri Muslim oleh berbagai media, industri hiburan, dan industri periklanan. Majalah-majalah yang berisi trend gaya hidup Barat seperti Vogue, Cosmopolitan, dan Marie Clare juga mengisi rak-rak penjual koran dan toko-toko buku yang bertebaran di Pakistan, Bangladesh, Turki, jazirah Arab, dan Asia Tenggara. Salon-salon kecantikan yang menjajakan citra perempuan Barat semakin hari semakin banyak bermunculan di jalan-jalan kota Karachi, Lahore, Dhaka, Abu Dhabi, Kuala Lumpur, dan sebagainya. Pada bulan Oktober 2002 lalu, BBC menyiarkan suatu kisah mengenai Afghanistan dengan tajuk “Afghan Lipstick Liberation”. Acara tersebut membahas suatu proyek yang pada saat itu tengah berjalan, yang didanai oleh Amerika Serikat untuk “kepentingan” kaum perempuan Afghanistan. Proyek tersebut berupa sebuah sekolah kecantikan ala Barat yang dibangun di Kabul di bawah pengawasan Kementerian Urusan Perempuan Afghanistan, dan harus dapat diselesaikan pada bulan Januari 2003. Proyek tersebut bertujuan untuk melatih perempuan Afghanistan agar dapat memotong rambut dan menjalankan “bisnis kecantikan” dengan perlengkapan kosmetika bantuan perusahaan-perusahaan kosmetika terkemuka seperti Revlon dan MAC. Jelas bahwa proyek tersebut bertujuan untuk menanamkan pengaruh di benak para Muslimah Afghanistan agar mempunyai keinginan meniru penampilan perempuan-perempuan Barat.

Sekali lagi, amat disayangkan bahwa dari realitas yang terjadi di masyarakat ini, ternyata ada di antara kaum Muslimah yang mengadopsi atau mencita-citakan citra perempuan Barat yang berlandaskan jati diri peradaban Barat dan pandangan hidup sekulerisme tersebut. Konsep Barat mengenai ukuran-ukuran kecantikan telah menjadi kriteria bagi para Muslimah itu untuk menilai penampilan mereka, antara lain tinggi semampai, bertubuh ramping, berkulit putih, dan berpenampilan muda. Ketika hendak menikah, seorang laki-laki atau kedua orangtuanya tidak jarang mencari seorang gadis yang memenuhi kriteria-kriteria di atas, tanpa memikirkan lagi sejauh mana keteguhannya dalam beragama. Para Muslimah banyak yang memiliki anggapan bahwa di masyarakat telah berkembang luas pandangan “semakin putih kulitnya, maka semakin cantik seorang perempuan”. Pandangan tersebut telah mendorong para Muslimah untuk mendapatkan penampilan seperti itu, sehingga banyak di antara mereka yang menggunakan berbagai cara untuk memutihkan kulit mereka, termasuk dengan menggunakan obat-obatan pemutih, tanpa menghiraukan lagi konsekuensi yang mungkin timbul. Salah satu jenis obat pemutih itu disebut Jolen telah diidentifikasi sebagai penyebab kanker. Selain itu, operasi plastik dan kasus anorexia semakin banyak terjadi di kalangan para Muslimah, baik yang tinggal di Barat maupun di negeri-negeri Muslim. Padahal di masa-masa sebelumnya, operasi kosmetik dan kasus anorexia itu merupakan perkara yang asing bagi umat Islam dan kaum Muslimah.

Bahkan dunia perfilman India, Bollywood, yang baru-baru ini dipopulerkan di Barat dan disebut-sebut banyak kalangan mempunyai konsep penampilan perempuan serta model busana yang berbeda, dalam kenyataannya ternyata mengadopsi konsep-konsep sebagaimana yang diyakini oleh masyarakat Barat. Majalah-majalah kecantikan dan gaya hidup yang diproduksi oleh masyarakat Asia, seperti Asian Bride, Asian Woman, dan Libas, juga membahas konsep-konsep yang serupa, seperti bahwa perempuan bebas menentukan bentuk penampilan serta perilaku yang mereka kehendaki, dan juga memuat gagasan yang sama tentang kriteria kecantikan perempuan. Harapan-harapan yang dikembangkan dalam majalah-majalah tersebut sama persis dengan penampilan perempuan Barat. Aktris India, Ashwariya Rai, yang sangat terkenal di Bollywood saat ini, banyak dipuja gadis-gadis Asia karena kulitnya yang putih dan matanya yang biru. Memang semakin banyak aktris India terkemuka yang melakukan operasi kosmetik dengan harapan agar mempunyai penampilan seperti Karishma dan Rekha. Demikianlah, di dunia perfilman Bollywood, kaum perempuan menentukan segala sesuatu berdasarkan konsep kebebasan. Sebagaimana jati diri perempuan Barat, akal pikiran dan hawa nafsunya menjadi standar bagi mereka untuk menentukan bentuk penampilannya, busana yang mereka pakai di tengah masyarakat, serta model pergaulan yang mereka jalin. Bagi orang-orang yang membanggakan diri karena berpandangan bahwa citra perempuan di Bollywood jauh lebih “sopan” daripada kaum perempuan di Hollywood, barangkali perlu kembali meneliti fakta bahwa shahwar kamiz (saling berpelukan), pakaian tradisional (sari) yang mempertontonkan aurat, serta rok-rok pendek yang dipakai aktris-aktris India itu tidak akan dilewatkan oleh kebanyakan majalah fesyen Barat.

Baru-baru ini, BBC menyiarkan sebuah tayangan dokumenter berjudul “Faith in Fashion”, yang secara khusus memperbincangkan sebuah konsep tentang bagaimana seorang perempuan yang beragama Islam tetapi tetap bisa menjadi bagian komunitas fesyen yang dibentuk masyarakat Barat, serta berupaya mengadopsi model pakaian Barat yang “Islami” – entah bagaimana bentuknya.

Namun demikian, yang perlu dicermati lebih jauh adalah tujuan yang melatarbelakangi tindakan orang-orang Barat dalam mempengaruhi kaum Muslimah yang tinggal di Barat agar mau mengadopsi konsep kecantikan, serta tujuan mereka mengekspor citra tersebut ke negeri-negeri kaum Muslim. Tujuan mereka mempengaruhi kaum Muslimah yang tinggal di Barat adalah untuk menyatukan kaum Muslim –khususnya para Muslimah– dengan masyarakat Barat, sedemikian rupa sehingga kaum Muslimah kehilangan jati diri ke-Islamannya, serta lupa dengan tanggung jawab dan kewajiban-kewajibannya selaku Muslimah. Bagi kalangan Muslimah yang tinggal di negeri-negeri Muslim, konsep kecantikan itu disebarluaskan untuk mengikis pemikiran dan perilaku Islam dalam diri para Muslimah, serta menanamkan jati diri sekuler Barat kepada mereka. Penyebarluasan konsep kecantikan ini merupakan salah satu bentuk kolonialisme budaya (ghazw ats-tsaqafi) yang dilancarkan kaum kafir Barat. Satu contoh yang sangat jelas adalah pembangunan sekolah kecantikan di Kabul seperti yang pernah disampaikan di depan. Di tengah sekian banyak masalah yang dihadapi kaum perempuan di Afghanistan, seperti bahaya kelaparan, serta langkanya air bersih dan obat-obatan, orang-orang Barat justru menetapkan bahwa masalah yang harus diketahui kaum Muslimah adalah bagaimana cara mempercantik diri mereka!! Pada dasarnya, semua upaya tersebut dilakukan negara-negara Barat untuk mencegah kembalinya Islam sebagai pandangan hidup kaum Muslim, serta mempertahankan pandangan hidup sekuler Barat beserta budaya dan aturan-aturannya agar terus berkuasa di seluruh permukaan bumi. Upaya tersebut juga dimaksudkan untuk melindungi kepentingan-kepentingan material masyarakat Barat dan mempertahankan hegemoni mereka.

Demikianlah akibatnya jika kaum Muslimah bercita-cita untuk mendapatkan citra kecantikan sebagaimana yang ditetapkan oleh Barat serta mengadopsi jati diri orang-orang Barat. Inilah agenda Barat yang belum banyak diketahui kaum Muslim.

Download Buku MITOS KECANTIKAN BARAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Download BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah Islam