Sebab Munculnya Mitos Kecantikan Barat
BAB V
MUNCULNYA MITOS KECANTIKAN
Dari
penjelasan sebelumnya telah tergambar dengan jelas keadaan kaum perempuan yang
mengadopsi jati diri sekuler Barat. Mereka sesungguhnya tidak benar-benar bebas
menentukan citra diri sesuai keinginannya, tetapi sebaliknya mereka mendapatkan
tekanan untuk hidup sesuai dengan harapan-harapan tertentu; harapan-harapan
yang pada hakikatnya hanya merupakan fantasi belaka. Oleh sebab itu, upaya
mempercantik diri tidak akan dapat mendatangkan kehormatan bagi perempuan atau
membuatnya berharga di tengah-tengah masyarakat.
Andaikata
memang benar demikian adanya, maka kita perlu bertanya pada diri kita. Mengapa
mitos kecantikan ini terus berkembang dan tersebar luas di kalangan perempuan,
baik yang tinggal di sekitar dunia Barat maupun yang tinggal jauh dari dunia
Barat? Mengapa semakin banyak perempuan yang tidak menyadari bahwa mereka terus
diperdayakan setiap hari? Mengapa citra perempuan Barat yang berdasarkan jati
diri dan pandangan hidup yang sekuler itu dijadikan model yang harus ditiru
seluruh kaum perempuan di dunia?
Sebagaimana
terhadap masalah-masalah lainnya, pandangan hidup kapitalisme buatan manusia
menilai persoalan kecantikan ini dari sisi uang dan manfaat. Industri alat-alat
kecantikan, kosmetika, fesyen, dan bisnis operasi plastik di dunia Barat
didukung oleh perusahaan-perusahaan besar yang memiliki aset jutaan dollar.
Demikian pula industri majalah, yang mengiklankan produk-produk tersebut dan
mendongkrak citra penampilan perempuan.
Oleh karena
itu, segala macam upaya mempercantik diri yang dilakukan kaum perempuan harus
tetap dipertahankan agar perusahaan-perusahaan tersebut terus mendapatkan
keuntungannya. Berbagai citra dan cita-cita kaum perempuan yang tidak wajar
harus terus dipelihara, semata-mata dengan tujuan agar pendapatan
perusahaan-perusahaan itu terus bertambah, seiring dengan semakin besarnya dana
yang dikeluarkan kaum perempuan untuk mendapatkan bentuk penampilan fisik yang
diinginkan, yang terus berubah dari waktu ke waktu. Naomi Wolf menyatakan dalam
bukunya “The Beauty Myth”, “Perekonomian yang bergantung pada perbudakan
harus mampu menampilkan citra budak yang dapat “melegitimasi” lembaga
perbudakan itu sendiri.” Mitos kecantikan semacam itu harus disembunyikan
sejauh mungkin dari pandangan publik agar dollar dan poundsterling yang
diharapkan terus mengalir masuk. Dengan demikian, citra perempuan Barat terus
dijadikan idola perempuan seluruh dunia untuk memuaskan nafsu sejumlah pimpinan
dan pemilik perusahaan yang serakah. Seorang pakar ekonomi, John Kenneth
Galbraith memberikan komentar tentang upaya mempercantik diri sebagai berikut,
“Kita dipaksa oleh ilmu sosiologi populer, berbagai majalah, dan kisah-kisah
fiksi untuk menyembunyikan fakta bahwa kaum perempun dalam kedudukannya sebagai
konsumen memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan masyarakat
industri kita … Perilaku yang penting bagi perkembangan ekonomi itu telah
berubah menjadi sebuah nilai yang utama di tengah-tengah masyarakat.”
Sebagaimana
dijelaskan di muka, industri kecantikan di Inggris berhasil meraup pendapatan
hingga 8,9 miliar poundsterling setiap tahunnya. Industri fesyen dunia mampu
menghasilkan pemasukan total sebesar 1.500 miliar dollar AS setahunnya;
sedangkan industri produk-produk diet di AS dapat meraup 74 miliar dollar
setiap tahunnya (Time Magazine, 1988). Sebuah bisnis bedah kosmetik di
AS dapat dengan sangat mudah meraup pendapatan 1 juta dollar AS setahun. Ketika
kontestan dari India berhasil memenangkan kontes kecantikan Miss World selama
dua tahun berturut-turut, seorang anggota organisasi perempuan di India
berkomentar bahwa hal itu bukan disebabkan karena kecantikan Miss India yang
luar biasa, tetapi lebih disebabkan karena perusahaan-perusahaan kosmetika
internasional ingin menembus pasar India.
Selain dari itu,
media televisi dan majalah juga berhasil meraup pendapatan jutaan dollar dari
iklan produk-produk perusahaan kecantikan tersebut, dengan jalan menampilkan
citra “Wanita Cantik” yang semestinya menggunakan atau memakai produk-produk
mereka. Berbagai industri kosmetika dan alat-alat perawatan tubuh mengeluarkan
dana untuk kepentingan iklan yang jumlahnya lebih besar daripada jenis-jenis
industri lainnya. Pernah terjadi, satu edisi majalah kecantikan Harper’s and
Queen berhasil meraih pendapatan senilai 100.000 poundsterling dari iklan
perusahaan-perusahaan kosmetika. Tidak mengherankan bila kemudian ada seorang
penulis majalah “Cover Up” yang mengatakan, “Para editor (bagian) kosmetik
sangat jarang dapat menulis fakta tentang kosmetika secara bebas,” karena
para pemasang iklan membutuhkan suatu promosi dari pihak editor sebagai suatu
prasyarat pemasangan iklan.
Setelah
memahami permasalahan ini, akankah kaum perempuan yang berpikiran maju mau
menelan mentah-mentah berbagai kebohongan dan tipu muslihat yang melingkupi
citra perempuan Barat, atau sebaliknya mereka harus berpikir secara hati-hati
mengenai jati diri dan citra yang tepat untuk dijadikan pegangan bagi mereka
dalam mengarungi kehidupan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar