Muslimah Berpikir Cerdas
BAB X
KAUM MUSLIMAH ADALAH PEREMPUAN YANG
BERPIKIR
Muslimah yang
memahami secara pasti bahwa tujuan hidupnya adalah mencari keridhaan Sang
Pencipta, dan menyadari apa yang dihadapinya kelak di akhirat –yakni jannah
(surga) atau neraka jahannam– adalah perempuan yang berpikir. Ia bukan
orang-orang yang terbuai dengan mitos kecantikan dan terperosok dalam belenggu
jati diri yang dangkal, yang disebarluaskan oleh negara-negara kapitalis Barat.
Ia tidak disibukkan dengan berbagai pembahasan mengenai perkara-perkara yang
dangkal, seperti tentang penampilan yang tepat, tata rambut yang benar, busana
yang cocok, atau membuang-buang waktu dan energinya untuk berupaya memenuhi
harapan-harapan yang tidak wajar sebagaimana yang dipandang oleh masyarakat
Barat sebagai “Wanita Cantik”. Fokus perhatian terbesar dalam hidupnya adalah
bagaimana dapat menjadi hamba yang taat kepada Penciptanya dan mengumpulkan
bekal pahala yang cukup untuk menghadap Allah Swt. di akhirat kelak.
Figur-figur
yang menjadi teladan dalam kehidupannya bukanlah para bintang film, pemusik,
dan model-model terkemuka baik di Barat maupun di Timur, tetapi para sahabiyat
dan para Muslimah terdahulu yang menjadi hamba-hamba yang taat kepada Allah Swt.,
serta mampu memenuhi semua kewajiban mereka kepada Allah Swt. dengan segala
daya dan upaya yang mereka bisa. Kalangan Muslimah yang taat itu bukan dikenal
dan dipuji oleh Rasulullah Saw., para ulama, maupun buku-buku sejarah masa lalu
hanya karena kecantikannya, tetapi dikenal dan dipuji karena sifat-sifat mulia,
kualitas kecerdasannya, kemurahan hatinya, kerendahan hatinya, kesetiaannya,
keberaniannya, keuletannya, pengorbanannya, serta ketaatannya sebagai istri dan
kasih sayangnya sebagai ibu. Mereka dikenal dalam peradaban Islam bukan karena
wajahnya, tetapi karena mereka menjadi pemikir besar, ulama yang besar, pejuang
terkemuka, penyair terkenal, politisi ulung, maupun pengemban dakwah.
Itulah
perempuan-perempuan seperti Khadijah ra., istri pertama Rasulullah Saw., yang
memberikan dukungan kepada suaminya dalam mengemban dakwah untuk menegakkan
Daulah Islamiyah yang pertama; yang memikul beban akibat segala macam kesulitan
dan kesengsaraan dengan penuh keberanian dan kesabaran, bahkan menyaksikan
sendiri penderitaan anak-anaknya akibat aktivitas dakwah itu. Rasulullah Saw.
pernah berkisah tentang beliau ra.:
Aku belum pernah mendapatkan seorang
istri yang lebih baik daripada dia (Khadijah). Ia beriman kepadaku ketika semua
orang, bahkan keluarga dan kabilahku, mendustakanku. Dan ia menerimaku sebagai
Nabi dan Rasul Allah. Ia masuk Islam, mengeluarkan seluruh harta bendanya untuk
menolongku mendakwahkan agama ini; dan ini terjadi ketika hampir seluruh dunia
memalingkan dirinya dariku dan menganiayaku. Dan melalui dia Allah memberkahi
diriku dengan anak-anak.
Demikianlah
sifat seorang Muslimah yang Allah Swt. sendiri berkenan memberikan salam
kepadanya, sebagaimana tercantum dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah. Dalam hadits tersebut dikatakan bahwa malaikat Jibril mendatangi
Rasulullah Saw., kemudian berkata:
Wahai Rasulullah! Ini Khadijah yang
membawa kepadamu satu piring bekas yang terdapat di dalamnya lauk, makanan atau
minuman. Apabila beliau sampai kepadamu, sampaikan salamku kepadanya dan salam
dari Tuhannya. Sampaikan berita gembira kepadanya mengenai sebuah rumah di
dalam surga yang dibuat dari mutiara, di dalamnya tidak ada kebisingan dan
kesusahan. (HR. Bukhari)
Itulah
perempuan-perempuan seperti Fatimah ra., putri Rasulullah Saw., yang kemurahan
hatinya menyala terang seperti mercusuar. Sebagai contoh, pada suatu ketika,
Salman –salah seorang sahabat Nabi– berusaha mencari makanan untuk seorang
muslim yang merasa kelaparan karena tidak makan selama beberapa waktu. Beliau
mengajak orang tersebut mendatangi beberapa rumah, namun tidak satu pun yang
dapat menyediakan makanan bagi orang itu. Sampai akhirnya mereka melintasi
rumah Fatimah ra. Beliau mengetuk pintu dan mengatakan kepada Fatimah maksud
kedatangannya. Dengan air mata berlinang, Fatimah ra. mengatakan bahwa selama
tiga hari itu beliau tidak memiliki makanan di rumah. Meski demikian, karena
tidak ingin menolak kedatangan seorang tamu, beliau berkata, “Aku tidak
dapat membiarkan seorang tamu yang sedang lapar pulang sebelum membuatnya
kenyang.” Lantas, Fatimah menyerahkan selembar kain milik beliau kepada
Salman, sembari meminta Salman agar membawa kain tersebut kepada Syamun
–seorang Yahudi– untuk ditukarkan dengan jagung. Karena merasa terkesan dengan
kemurahan hati putri Rasulullah Saw., Yahudi tersebut kemudian memeluk Islam.
Ketika Salman kembali dengan membawa jagung, segera Fatimah menggilingnya dan
memasaknya menjadi beberapa potong roti. Ketika Salman menyarankan agar Fatimah
menyimpan sebagian dari roti tersebut, beliau menjawab bahwa beliau tidak
berhak atas roti tersebut, karena beliau telah memberikan kain tersebut
semata-mata untuk Allah.
Itulah
perempuan-perempuan seperti Aisyah ra., istri Rasulullah Saw., yang mempunyai
akal yang cerdas dan ingatan yang kuat, sehingga mampu menghafal lebih dari
2000 hadits. Beliau juga memiliki pengetahuan yang mendalam pada ilmu tafsir,
hadits, fiqih, dan syariat. Suatu kali Rasulullah Saw. pernah bermimpi bahwa
Malaikat Jibril datang membawa gambar Aisyah ra. yang dibungkus dengan sutera
hijau, kemudian berkata, “Inilah istrimu di dunia ini dan di akhirat.”
Itulah
perempuan-perempuan seperti Khansa’, yang merupakan seorang penyair terkemuka
dan menggunakan kemampuannya itu untuk mendorong anak-anaknya pergi berjihad
meninggikan kalimat Allah Swt. Ia berkata, “Kalian mengetahui pahala yang
dijanjikan Allah kepada hamba-Nya yang memerangi orang-orang kafir di jalan-Nya.
Kalian harus ingat bahwa kehidupan abadi di akhirat jauh lebih baik daripada
hidup sementara di dunia ini. Kalau kalian bangun tidur esok pagi, bersiaplah
untuk memberikan kemampuan terbaik kalian dalam peperangan. Majulah ke dalam
barisan musuh dan mintalah pertolongan kepada Allah. Kalau kalian melihat api
pertempuran semakin menyala, maka tempatkan diri kalian di tengah-tengah musuh
dan hadapilah para pemimpin musuh. Maka insya Allah kalian akan mendapatkan
tempat kalian di surga dengan kehormatan dan keberhasilan.” Pada hari
berikutnya, keempat anak laki-lakinya terjun dalam perang Qadisiyyah. Sembari
membacakan syair ibunya, keempat anak laki-laki Khansa’ maju berperang hingga
mereka semuanya gugur. Ketika mendengar berita kematian keempat anaknya,
Khansa’ berkata, “Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah yang telah
memberikan kemulian kepadaku dengan syahidnya mereka. Aku berharap Allah akan
mengumpulkan aku dengan mereka di bawah naungan kasih sayangNya.”
Itulah
perempuan-perempuan seperti Ummu Amarah, yang merupakan pejuang yang terampil
dan turut berperang dalam berbagai pertempuran, seperti Perang Uhud, Hunain,
dan Yamamah. Dalam Perang Uhud, beliau turut melindungi Rasulullah Saw. dengan
tubuhnya, hingga mengalami luka yang cukup parah. Ketika itu, ke mana pun
Rasulullah Saw. memandang –ke kanan maupun ke kiri– beliau Saw. menyaksikan
perjuangan Ummu Amarah untuk melindungi keselamatan Rasulullah Saw. Oleh sebab
itulah Rasulullah Saw. pernah berdoa bagi Ummu Amarah dan keluarganya, yang
telah berperang dengan penuh keberanian dan kekuatan pada hari itu, sebagai
berikut:
Ya Allah, jadikanlah ia dan keluarganya
sebagai sahabatku di surga.
Itulah
perempuan-perempuan seperti Ummu Syariq, yang mencurahkan segenap kemampuannya
untuk mengemban dakwah Islam di tengah-tengah kaum perempuan suku Quraisy,
sampai akhirnya ia diusir dari kalangan orang-orang Quraisy oleh para
pemukanya. Itulah perempuan-perempuan seperti Sumayyah, yang merupakan muslim
pertama yang mati syahid. Beliau terus menerus menyeru kepada orang-orang untuk
menyembah kepada Allah pada saat disiksa sampai mati oleh Abu Jahal.
Seorang
Muslimah adalah individu yang menggunakan akal pikiran dengan sebaik-baiknya,
sehingga ia tidak membabi buta meniru dan mengikuti segala sesuatu yang ada di
sekitarnya, sekalipun itu berarti bahwa ia harus menentang norma-norma yang
berlaku di tengah-tengah masyarakat. Ia bukan seorang yang terbelenggu dengan
perasaan rendah diri akibat penampilannya; tetapi sebaliknya, seorang Muslimah
adalah seorang yang penuh percaya diri berada dalam kehidupan yang dipilihnya
sendiri, karena ia telah menegakkan kebenaran Islam melalui akal pikiran dan
keyakinannya. Terakhir, ia bukan seorang perempuan yang asyik dengan citra
dirinya, penampilan fisiknya, atau kehidupan pribadinya. Seorang Muslimah
adalah individu yang memahami masalah-masalah dunia, mempunyai kepedulian
terhadap masalah-masalah umat manusia, dan berpikir cermat mengenai peran
dirinya dalam mewujudkan sistem yang sahih untuk mengatur umat manusia, yakni
negara Khilafah Islamiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar