Bab Satu – Kewajiban-Kewajiban Wanita Muslimah
Keyakinan yang kokoh dalam Akidah Islam
Allah Swt. berfirman,
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit). dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami). [Terjemah Makna Qur'an Surat Al Mu'minun (23) : 117]
Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar". [Terjemah Makna Qur'an Surat An Naml (27) : 64]
Setiap laki-laki dan perempuan adalah akuntabel pada Allah Swt. atas penerimaan mereka akan Islam, setiap individu akan ditanya tentang aqidah mereka, keimanan mereka. Tidak ada alasan yang bisa dibuat dan tidak ada pemindahan tanggung jawab kepada orang lain. Allah Swt. secara jelas menuntut Bukti (Burhaan) dari setiap orang yang mengklaim tuhan lain. Ini berarti bahwa setiap manusia harus berpikir mengenai perkara ini, dengan mempelajari kata-kata yang digunakan oleh Allah Swt. dalam al-Qur'an, Burhaan dan Sultan (Bukti), menunjukkan pada kita Allah Swt. menuntut dari kita Dalil Qath'i, Bukti Pasti dan penolakan penggunaan Dzan (Dugaan). Allah Swt. berfirman,
Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. [Terjemah Makna Qur'an Surat Yunus (10) : 36]
Allah Swt. berfirman,
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. [Terjemah Makna Qur'an Surat Al Hujuraat (49) : 15]
Akuntabilitas ini ada pada laki-laki dan wanita. Semua wanita beriman dalam alQur'an dan dalam Sirah Rasulullah Saw. beriman pada Allah Swt. melalui pikiran mereka sendiri, tanpa keraguan. Mereka tetap yakin bahkan meskipun mereka menghadapi kesulitan bagi keyakinan mereka.
Dalam al-Quran, Allah Swt. memberi kita contoh istri Firaun, Asyiyah ra. ketika dia berdoa,
Dan Allah membuat istri Firaun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim", [Terjemah Makna Qur'an Surat (66) : 11]
Juga Allah Swt. menunjuk pada Maryam, Ibu Isa as.,
dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat. [Terjemah Makna Qur'an Surat at-Tahrim (66) : 12]
Para wanita itu menderita kesukaran dalam jalan Kebenaran, namun mereka tetap sabar dan Allah Swt. memuji ini dalam Kitab-Nya.
Orang pertama yang menerima Islam adalah seorang wanita, Khadijah ra. Syahid pertama bagi Islam adalah seorang perempuan Summaya ra. Sepanjang sejarah Islam wanita telah memainkan peran aktif dan penting. Itu adalah contoh-contoh mulia bagi kita tentang kekuatan Iman yang bisa dimiliki seorang wanita yang benar-benar percaya.
Fatimah ra. putri dari Al Khattab, memeluk Islam meskipun saudaranya yaitu Umar ra. masih kafir pada waktu itu. Ibnu Abbas melaporkan bahwa dia telah bertanya pada Umar ra. tentang kisah dia masuk Islam. Umar ra. mengatakan, “3 hari setelah Hamzah ra. memeluk Islam, aku keluar dari rumahku, tidak sengaja bertemu seorang laki-laki suku Makhzumi yang kutanya: “Apa kamu memilih agama Muhammad atas agama nenek moyangmu sendiri?” Si Makhzumi mengatakan: “Seorang yang lebih berhubungan kerabat denganmu daripada diriku telah melakukan hal yang sama.” Aku bertanya padanya siapa itu. “Saudara perempuanmu dan saudara iparmu”, jawab Makhzumi. Aku bersegera kembali dan mendapati pintu rumah saudara perempuanku dikunci dari dalam; dan aku mendengar gumaman di dalam. Setelahnya, ketika pintunya dibuka, aku masuk rumahnya dan bertanya: “Apa yang kudengar ini?” Saudara perempuanku menjawab: “Kamu tidak dengar apapun”. Kami sedang berdiskusi ketika aku memukul kepalanya, lalu dia berkata lantang: “Kami melakukannya baik kamu suka atau tidak”. Aku sangat menyesal ketika aku melihat dia berdarah, dan berkata padanya: “Tunjukkan padaku tulisannya”. Umar ra. meriwayatkan seluruh kejadiannya. (Al-Isabah Fi Tamyeez Al Sahaba, oleh Ibn-Hajar Al Asqalani, selanjutnya disebut as Al-Isabah). Meskipun penentangan saudara laki-lakinya Fatimah ra. jelas dalam keimanannya dan tidak terguncang oleh serangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar