Aliansi Utara
28. Di antara kelompok
Afganistan yang bersekutu dengan Barat dalam perang terhadap “terorisme” dan
Taliban ada yang sangat anti-Amerika, ada para pelanggar HAM, juga ada mantan
sekutu Osama bin Laden dan mantan tentara rezim komunis. Resminya, mereka
bernama United Islamic Front for the Salvation of Afghanistan (Front Islam
Bersatu untuk Pembebasan Afganistan). Tidak resminya, mereka menyebut diri
sebagai Aliansi Utara. Para pejabat AS menyediakan persenjataan untuk aliansi
tersebut yang diperkirakan berkekuatan 15.000 pasukan, di luar bantuan
non-militer yang telah diberikan Washington sejak 1998. News Media menjuluki
aliansi tersebut sebagai para pejuang kebebasan Afganistan yang baru. Mike
Vickers, mantan pejabat CIA yang kini menjadi direktur bidang kajian strategis
Washington-based Centre for Strategic and Budgeting Assessments mengatakan, ‘Aliansi
Utara mungkin tidak sempurna, tetapi mereka benar-benar memiliki anasir yang
sangat bagus’.
29. Sidney Jones,
direktur eksekutif Human Rights Watch divisi Asia, berujar, ‘Amerika Serikat
dan para sekutu seharusnya tidak bekerjasama dengan para komandan yang catatan
kebrutalannya memicu banyak pertanyaan tentang legitimasi mereka di Afganistan’.
Human Rights Watch secara khusus menekankan tidak perlunya AS bekerjasama
dengan Abdul Rashid Dostum, pimpinan milisi Junbish; Haji Muhammad Muhaqqiq,
komandan senior Hizb al-Wahdat; Abdul Rasul Sayyaf, pemimpin jaringan Ittihad
al-Islami; dan Abdul Malik Pahlawan, mantan komandan senior Junbish. Gary
Leupp, dalam CounterPunch.org pada tanggal 16 Juli 2002 mengabarkan bahwa “Mereka
yang menjadi sekutu Amerika adalah para pemerkosa. Pada awal tahun 1996 dalam
laporannya tentang HAM di Afganistan, Departemen Luar Negeri AS menyimpulkan
bahwa pasukan yang dipimpin Ahmed Shah Massod secara sistematis telah
memperkosa dan membunuh wanita-wanita suku Hazzara di Kabul pada bulan Maret
1995. Pasukan ‘Massod’ mengamuk dan kemudian secara sistematis merampok di
jalan-jalan dan memperkosa para wanita.’ 'Sejak mereka kembali berkuasa,
pasukan Aliansi Utara telah kembali kepada kebiasaan lama mereka…”
30. Di antara
berbagai pelanggaran hukum kemanusiaan internasional yang dilakukan oleh faksi
Front Bersatu adalah sebagai berikut. Akhir 1999-awal 2000. Pengusiran
orang-orang yang mengungsi dari pedesaan di daerah Sangcharak dan sekitarnya
dengan melakukan eksekusi kilat, pembakaran rumah-rumah, dan perampokan
besar-besaran sepanjang empat bulan mereka menduduki wilayah tersebut. Menurut
berita, beberapa eksekusi dilakukan di depan anggota keluarga korban sendiri.
Mereka yang menjadi korban serangan pada umumnya adalah dari etnis Pashtun dan
dalam beberapa kasus, ada pula etnis Tajik. Tanggal 20-21 September 1998.
Serangkaian roket ditembakkan ke arah utara kota Kabul, salah satunya
menghantam sebuah pasar malam yang dipadati orang. Diperkirakan jumlah orang
yang tewas dalam peristiwa tersebut antara 76-180 orang. Serangan itu diyakini
dilakukan oleh pasukan Massood yang bermarkas sekitar duapuluh lima mil di
Utara kota Kabul. Seorang juru bicara komandan Front Bersatu Ahmad Shah Mashood
menyangkal pihaknya telah menjadikan warga sipil sebagai sasaran. Dalam
pernyataan pers tertanggal 23 September 1998, Palang Merah Internasional mengomentari
serangan tersebut sebagai sesuatu yang paling membabi-buta dan mematikan yang
pernah terjadi di kota Kabul dalam tiga tahun terakhir. Akhir Mei 1997.
Sekitar 3000 orang pasukan Taliban yang ditawan telah dieksekusi dengan cepat
di Mazar-i Sharif dan sekitarnya oleh pasukan Junbish atas perintah Jenderal
Abdul Malik Pahlawan. Pembunuhan tersebut merupakan aksi lanjutan pengunduran
diri Malik dari sebuah aliansi singkat dengan Taliban dan juga aksi penangkapan
pasukan Taliban yang masih terperangkap di dalam kota. Sebagian serdadu Taliban
dibawa ke padang pasir dan kemudian ditembak, sementara yang lain dilemparkan
ke sumur yang lantas diledakkan dengan granat. Tanggal 5 Januari 1997.
Pesawat-pesawat tempur Junbish menjatuhkan serangkaian bom di daerah pemukiman
Kabul. Beberapa orang warga sipil terbunuh sementara yang lain terluka parah
dalam serangan udara yang membabi-buta tersebut, yang juga menggunakan bom-bom
konvensional. Bulan Maret 1995. Pasukan faksi yang beraksi di
bawah Komandan Mashood, Jamiat al-Islami, bertanggung jawab atas perkosaan dan
perampokan setelah mereka merebut daerah Karte She, yang didominasi etnis
Hazara, di kota Kabul, dari faksi lain. Menurut Laporan Departemen Luar Negeri
AS tahun 1996 tentang praktek HAM selama tahun 1995, ‘Pasukan Mashood
mengamuk dan secara sistematis melakukan perampokan di jalanan serta memperkosa
para wanita’. Pada malam tanggal 11 Februari 1993, pasukan Jamiat
al-Islami dan faksi lainnya, Ittihad al-Islami pimpinan Abdul Rasul Sayyaf,
melakukan penggerebekan di daerah Barat Kabul kemudian membunuhi dan
‘menghilangkan’ warga sipil etnis Hazara serta melakukan perkosaan di
mana-mana. Diperkirakan mereka yang terbunuh sekitar tujuhpuluh hingga lebih
dari seratus orang.
31. Selain itu,
pihak-pihak yang tergabung dalam Front Bersatu telah melakukan berbagai
pelanggaran lain terhadap hak-hak yang diakui hukum internasional. Sebelum
Taliban menguasai hampir seluruh wilayah Afganistan, faksi-faksi itu sendiri
telah membagi-bagi jatah wilayah negara, sementara mereka tetap saling berebut
penguasaan atas Kabul. Sepanjang tahun 1994 saja, sekitar 25 ribu orang
terbunuh di Kabul; sebagian besar adalah warga sipil yang terbunuh oleh
serangan roket dan artileri. Sepertiga wilayah kota hancur menjadi puing-puing
sementara bangunan yang masih bertahan pun rusak berat. Secara jelas terlihat
bahwa tidak ada hukum yang berlaku di daerah-daerah yang berada di bawah
pengawasan faksi-faksi itu. Di Kabul, pasukan Jamiat al-Islami, Ittihad, dan
Hizb al-Wahdat, semuanya terlibat dalam perkosaan, pembunuhan, penangkapan,
penyiksaan, dan ‘penghilangan’. Di Bamiyan, para komandan Hizb al-Wahdat
terus-menerus menyiksa tahanan dengan tujuan pemerasan. Para anggota senior
aliansi, termasuk mantan Presiden Afghanistan, Burhanudin Rabbani dan penguasa
Utara, Abdul Rashid Dostum, para sekutu utama Uni Soviet selama negara tersebut
berupaya menduduki Afganistan, disebut oleh AS sebagai pelanggar HAM. Di lain
waktu, faksi-faksi itu saling membantai satu sama lain. Pada tahun 1993,
berdasarkan informasi dari organisasi non-pemerintah, Human Rights Watch,
Society of Islam pimpinan Rabbani telah membunuh sekitar 70 hingga 100 orang
warga etnis minoritas Hazara yang memiliki hubungan dengan rival Rabbani, yaitu
Party of Islamic Unity, yang juga anggota Aliansi Utara.
32. Dua tahun
kemudian, berdasarkan laporan dari Departemen Luar Negeri AS, pasukan Rabbani
–di bawah komando Ahmad Shah Massood (jurnalis Barat menjulukinya sebagai ‘Singa
Panjshir’)– bertanggung jawab atas kekerasan anti-Hazara yang lain, ‘perampokan
di jalan-jalan dan perkosaan secara sistematis’. Sementara itu, karir
Jenderal Dostum benar-benar memuakkan. Sejak tahun 1979 hingga 1992, dia
beraliansi dengan pemerintahan komunis di Kabul. Saat pemerintahan tersebut
akan jatuh, Dostum berputar haluan dengan bergabung bersama ‘Pejuang
Kebebasan’ Mujahidin anti-komunis. Saat berbagai faksi Mujahidin
berjatuhan, mula-mula dia bergabung dengan Rabbani untuk melawan Hekmatyar.
Lantas ia bergabung dengan Hekmatyar untuk melawan Rabbani. Tahun 1995, dia
mendukung pasukan Taliban dalam melawan pasukan Hekmatyar sekaligus Rabbani.
Tahun 1996, dia kembali beraliansi dengan Rabbani dan Hekmatyar untuk
menghancurkan Taliban.
33. Aliansi Utara
mendanai perangnya dari hasil perdagangan heroin. Menurut Departemen Luar
Negeri AS, seluruh ladang opium yang pada tahun ini panen sekitar 77 ton tumbuh
di daerah yang mereka kuasai. Media Rusia melaporkan bahwa heroin yang diolah
dari opium itu diselundupkan ke Eropa dan AS melalui negara tetangga semisal
Tajikistan. Vickers, mantan agen CIA, mengakui tentang sulitnya membeking
aliansi Utara yang bukan aliansi sejati itu. Dengan agak pasrah ia mengatakan
bahwa AS tidak punya pilihan lain. ‘Taliban adalah target utama. Serangan
udara tidak akan berpengaruh bagi mereka. Kita memerlukan pasukan darat. Namun
‘pertanyaannya adalah: pasukan darat siapa? Itulah sebabnya mengapa pihak
oposisi memiliki daya tarik tersendiri… Bisa jadi mereka tidak sempurna. Namun pertanyaannya:
mana yang lebih baik, menggunakan pasukan darat mereka atau pasukan darat
Barat?’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar