Keterkaitan AS Dengan Diktator
Demokratis Suharto
Keterkaitan dengan Suharto
15. Saat Suharto
mengunjungi Washington di tahun 1995, seorang pejabat pemerintahan Clinton
–dikutip dari New York Times– mengatakan bahwa Suharto adalah ‘orang kita
(our kind of guy)’. Pada
tahun 1965, saat Suharto menjatuhkan Sukarno, presiden RI ketika itu,
diperkirakan lebih dari setengah juta orang Indonesia terbunuh. Jumlah
sebesar itu merupakan salah satu pembantaian terhebat dalam sejarah modern. Di
Timor Timur, diyakini bahwa keputusan pemerintahan Jenderal Suharto memicu
kematian sekitar 200.000 orang atau kira-kira sepertiga penduduk Timor Timur.
Pada tahun 1990, beberapa orang mantan diplomat AS dan pejabat CIA, termasuk
juga mantan Duta Besar untuk Indonesia, Marshall Green, memberikan pengakuan
tentang adanya bantuan bagi pembunuhan massal yang diatur oleh pihak militer
Indonesia. Berdasarkan sebuah laporan dari States News Service yang dimuat
di Washington Post tanggal 21 Mei 1991, pejabat Departemen Luar Negeri dan CIA
di kedutaan besar AS di Jakarta secara pribadi memberikan nama ribuan pemimpin
Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk tingkat lokal, regional dan nasional,
kepada angkatan bersenjata Indonesia, yang lantas membunuh atau menahan
nama-nama tersebut.
16. Seorang
mantan pejabat politik di kantor kedutaan besar AS di Jakarta, Robert Martens,
mengatakan, ‘mereka mungkin membunuh begitu banyak orang dan saya mungkin
memiliki lumuran darah di tangan saya, namun tidak semuanya buruk. Ada saat di
mana kita harus bertindak keras dalam waktu yang mendesak’. Martens
mengatakan bahwa ia memberikan daftar nama tersebut kepada salah seorang ajudan
Adam Malik, Menteri Luar Negeri Indonesia yang memainkan peran sangat
penting dalam rencana kudeta militer. Sang ajudan, Tirta Kentjana
Adhyatman, yang diwawancarai di Jakarta, membenarkan bahwa dia menerima daftar
ribuan nama dari Martens kemudian menyerahkannya kepada Adam Malik yang lantas
memberikan daftar tersebut ke kantor Suharto. Beberapa orang mantan pejabat
Departemen Luar Negeri AS dan CIA yang diwawancarai oleh States News Service
pada tahun 1990, secara terbuka mengakui bahwa tujuan dibuatnya daftar nama
pemimpin PKI adalah untuk rencana pembunuhan massal. ‘Takkan ada seorang pun
yang peduli mereka dibantai, selama mereka adalah komunis’, ujar Howard
Federspeil, seorang ahli Indonesia yang bekerja di Departemen Luar Negeri AS
saat Suharto menyusun rencana anti-komunis. ‘Tidak ada seorang pun yang
benar-benar serius mengurusi masalah ini’.
17. Jutaan orang
sekaligus dibunuh atau dipenjarakan di kamp penahanan, di mana mereka meninggal
karena penyiksaan, ditelantarkan dan kerja paksa. Bahkan menurut sebuah
laporan internal CIA, yang bocor kepada pers pada tahun 1968, pasukan keamanan
Indonesia membunuh 250.000 orang dalam ‘salah satu pembantaian terbesar
di abad duapuluh’. Selain itu, AS pun telah mendukung rezim Ferdinand
Marcos di Filipina dan secara tidak langsung ikut membantu naiknya Pol Pot sang
penjagal di Kamboja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar