Para pemimpin dan menyikapi mereka dalam fitnah
Terdapat
masa-masa di mana kaum Muslimin memiliki para kepala negara Khilafah
orang-orang yang terbaik dari umat, mereka menerapkan sistem Islam dalam
berbagai bidang dengan sebaik-baiknya, orang-orang kaya di antara umat adalah
orang-orang yang dermawan, urusan umat diperhatikan dan dibereskan sesuai
syariah, keberkahan menyelimuti wilayah negara khilafah Islamiyah.
Terdapat pula zaman-zaman di
mana para penguasa
bersistem kufur membuang ideologi Islam dan berbuat kejahatan yang luas,
orang-orang kaya di antara umat adalah para kapitalis yang mengeruk keuntungan
dengan menyalahi syariah, mereka pelit dan merampas tambang-tambang melimpah
milik umum, perempuan pun ikut menjadi penguasa yang memerintah atas umat.
- Dari Umar bin Khattab r.a. dia berkata: Nabi SAW bersabda: “Maukah kalian aku beritahu sebaik-baik pemimpin kalian dan sejelek-jelek pemimpin kalian? Sebaik-baik pemimpin kalian adalah pemimpin yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka mendoakan kalian. Sedangkan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah pemimpin yang kalian benci dan mereka membenci kalian, kalian mengutuk mereka dan mereka mengutuk kalian”.
(H.R. At-Tirmidzi, dia berkata: “Hadits hasan”. Di antara perawinya terdapat Muhammad bin Abi Hamid, beliau
dianggap dha’if jika meriwayatkan dari hafalannya)
Pemimpin yang baik adalah mereka yang selalu menjaga rakyat,
bekerja untuk kebaikan rakyat dan mencintai rakyatnya.
Ia melakukannya karena dorongan keimanan pada Allah Swt. Dia memperbanyak bekal
untuk Hari Perhitungan Amal. Dia menjadikan Islam sebagai konstitusi dan
undang-undang. Seorang khalifah yang mendapat dukungan dan bantuan umat dalam
urusan kebaikan Islam. Sehingga pada
gilirannya rakyat merasakan jerih payah ini, demi akidah dan
syariah yang sama, lalu timbul rasa kecintaan
terhadap khalifah dan para jajarannya, senang kepada mereka dan mentaati perintah mereka
sesuai aturan dari Allah.
Apabila pelecehan menggantikan
do’a dan kebencian menggantikan rasa cinta, maka itu adalah bukti kejahatan,
dan pemimpin-pemimpin yang jahat itu mendzalimi rakyatnya dan menerapkan hukum-hukum
kufur atas umat, menimpakan fasad/kerusakan atas umat, menyuburkan aliran-aliran sesat. Para penguasa batil
itu menjadi fitnah untuk diatasi dan diganti kekuasaannya dengan khalifah yang nyata dibai’at
untuk menerapkan sistem Islam.
- Abu Hurairah r.a. meriwayatkan dari Nabi SAW: “Akan ada setelahku para pemimpin yang memberikan hikmah di atas mimbar-mimbar mereka, apabila mereka turun, maka hikmah tersebut dicabut dari mereka dan tubuh mereka lebih buruk daripada bangkai”.
(Disebutkan dalam Majma’uz Zawa`id: hadits ini diriwayatkan oleh
ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-ausath, di antara rawinya terdapat Sa’ad bin Maslamah yang dihukumi
lemah oleh kebanyakan ahli hadits, namun dianggap tsiqah oleh Ibnu Hibban, Ibnu
Hibban berkata: “Sering salah dan dia bukan seorang mudallis”
(bukan pencampur hadits dengan yang bukan aslinya).
Berapa banyak telah kita
dengar para penguasa dan tokoh yang berdiri di depan mikrofon, di atas podium, di acara siaran-siaran radio dan televisi,
di depan kamera… mereka
berbicara dan ditepuki oleh orang-orang awam. Pidato berhenti dengan habisnya
waktu dan mereka hanya bisa bicara kebijakan di atas mimbar, setelah mereka turun dari mimbar, mereka
akan menjadi bencana bagi rakyat mereka. Mereka kehilangan hikmah dalam
tingkah-laku mereka, dan berjalan menelusuri jalannya orang-orang bodoh dan jahat. Mereka mengikuti sistem kufur dan
kebijakan dari kaum kafir imperialis. Mereka membawa kesialan kepada diri mereka sendiri serta rakyat mereka, dan mereka memusuhi umat yang menyuarakan kebenaran.
Dengan begitu para penguasa
batil menjadi virus penyakit mematikan yang mewabah.
- Dari Mu’adz bin Jabbal r.a. dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Hari Kiamat tidak akan datang sehingga Allah mengutus para pemimpin yang pembohong, menteri-menteri yang jahat, para pemegang amanat yang khianat, para qura` yang fasik, pakaian mereka adalah pakaian pendeta namun mereka tidak memiliki keinginan (atau perhatian dan tanggung-jawab), lalu Allah menimpakan fitnah kepada mereka –hujan debu yang gelap- sehingga mereka kebingungan, seperti orang-orang Yahudi yang tersesat dalam kegelapan”.
(H.R. al-Bazzar. Sebagaimana disebutkan dalam Majma’uz Zawa`id)
Hadits ini menunjukkan para
penguasa yang merusak bumi dan
menyelewengkan kehidupan kepada kerusakan dengan kufurnya hukum mereka, yaitu:
- Pemimpin-pemimpin yang pembohong
- Menteri-menteri yang jahat
- Qari`-qari` (pembaca Qur’an) yang fasik
- Penerima-penerima amanat yang khianat
Itu adalah pintu-pintu kerusakan dan kesesatan. Menteri
yang jahat menambah penyimpangan dan kesesatan bagi pemimpin yang pembohong,
lalu orang-orang yang khianat membantu keduanya dalam kesesatan, dan para qura` (fukaha dan ulama) yang jahat tidak
memerintahkan kepada yang makruf dan tidak melarang dari kemungkaran, bahkan
mereka menebarkan kebohongan dan dusta dalam masyarakat, serta menyebarkan dosa
dan permusuhan. Mereka hanya memiliki penampilan yang menarik, pakaian mereka
adalah pakaian para ulama namun hati mereka kosong
dari mengikuti Kitabullah, tidak mengkufuri
thaghut dan tidak
membela umat.
Para penguasa batil
bersama para ulama jahat menyebarkan paham kufur sekularisme, menyebarkan
ashobiyah nasionalisme, menyebarkan sikap pasrah terhadap kezaliman,
menyudutkan Islam ke masjid-masjid saja. Mereka hanya tertarik dengan
kelestarian kedudukannya meski harus memelintir ayat-ayat Allah. Mereka saling
membantu dalam menzalimi umat, mereka saling melontarkan dalih dan alasan yang
tampak indah di mata umat. Mereka tiada mengindahkan syariah, terlebih bagi
diri mereka sendiri.
Maka
timbullah fitnah yang membingungkan
dan gelap. Kita berlindung kepada Allah semoga tidak menjadi salah satu di
antara mereka yang kebingungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar