Tanda-tanda fitnah dan awal mula kemunculannya
Setiap manusia harus berhati-hati. Seorang muslim
menanamkan hal tersebut dalam jiwanya dan mempersiapkannya, bersabar terhadap
kesulitan dan tidak mengeluhkan kegetiran hidup, dia memenuhi
kewajiban berjuang mengubah kondisi buruk menjadi baik sesuai dengan akidah dan
syariah Islam mengikuti metode mengubah masyarakat yang dituntunkan Rasul Saw.
Maka tidak ada kebaikan bagi golongan manusia
yang semata-mata mengeluhkan keadaan,
merasa kesempitan, bersedih terhadap masa lalu dan menangisi hari-harinya.
Padahal dia masih mampu menggerakkan lidahnya untuk menyeru pada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Padahal dia masih mampu berusaha dan
berdo’a. Dia masih mampu turut andil mengurai fitnah/kerusakan yang diakibatkan
oleh kaum yang dzalim. Orang mukmin yang
benar selalu bekerja untuk Allah dengan mewaspadai kondisi, situasi dan
godaan-godaan yang mengelilinginya.
"Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta."
(QS. Thaha :124)
Kaum
manapun yang menolak hukum-hukum Allah dan mencoba-coba hukum buatan sendiri
pasti terkena fasad/kerusakan dan kesempitan hidup karena berbagai problem yang
terus muncul dari hukum yang tidak tepat. Itu artinya hukum dari Allah-lah yang
bisa menjadi rahmat dan kebaikan bagi umat manusia. Sementara sistem hukum
buatan manusia sendiri jelas terbukti tidak bisa mengatur umat manusia termasuk
mencegah banyaknya kezaliman.
Dalam
kekuasaan sistem kufur yang menjadikan hawa nafsu manusia berdaulat maka kebaikan senantiasa berkurang dan kejahatan terus
bertambah. Namun demikian ada satu metode perjuangan yang akan berhasil
melawan kezaliman yaitu metode Rasul Saw. yang berhasil berdakwah sejak dari
fase Makkah hingga terapnya sistem Islam yang mulanya hanya di Madinah.
- Dari Mustaurid bin Syadad r.a. dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Orang-orang shalih akan pergi satu demi satu, sampai yang tersisa adalah orang-orang yang kotor seperti sisa-sisa kurma, Allah tidak memperhatikan mereka”.
(Disebutkan dalam Majma’uz Zawa`id: hadits ini diriwayatkan oleh
ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath dan perawinya tsiqat/terpercaya
dan kuat).
Jika yang tersisa adalah orang-orang jahat yang tidak bisa
diharapkan kebaikan dari mereka sebagaimana orang-orang yang selalu mau berkompromi dengan kebatilan, sementara di saat yang sama mereka tidak mau mengikuti perjuangan tuntunan Rasul Saw. maka niscaya kezaliman mencengkeram kuat
atas umat manusia.
Maka
menjadi keniscayaan adanya kaum yang mengubah keadaan buruk dengan dakwah tanpa
komrpomi dengan sistem kufur manapun sehingga layak mendapatkan pertolongan
Allah Swt.
“Jika
mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka
(katakanlah olehmu): "Ketahuilah, sesungguhnya Al-Qur'an itu diturunkan
dengan ilmu Allah dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu
berserah diri (kepada Allah)?" (QS. Huud :14)
Dengan do’a dan pemenuhan
berbagai kewajiban maka
manusia akan mendapatkan perlindungan dan pertolongan Allah, apabila iman telah
hilang, maka manusia menjadi lebih mirip sisa-sisa kurma yang tidak ada
gunanya.
Telah terdapat petunjuk bagi semua manusia untuk memperhatikan
akidah dan amalan diri mereka, menjaga hati mereka dan hubungannya dengan Allah
SWT, sehingga tidak menjadi bahaya bagi ideologi Islam dan umat manusia.
Terdapat
masa di mana ada imam/khalifah yang menerapkan sistem Islam, aqidah dan syariah
Islam menjadi konstitusi dan undang-undang negara, ulama-ulama yang shalih
menjadi panutan yang
memelihara ideologi Islam, ajakan-ajakan kebaikan dan dorongan-dorongan
keimanan mendominasi masyarakat.
Ada
pula masa berkuasanya sistem kufur semacam demokrasi beserta para penguasa
batilnya yang memelihara paham kufur sekularisme hingga umat merasakan sedikitnya dorongan-dorongan kebaikan, banyaknya fenomena
kejahatan, dan panutan yang
shalih suaranya terkalahkan oleh suara yang menyeru pada hukum serta
budaya kufur.
Orang-orang sekarang dari umat Muhammad SAW memiliki
potensi yang sama dengan orang-orang terdahulu, mereka adalah rangkaian yang
bersambung, yang terikat oleh ideologi Islam, berpemikiran
dan berhukum Islam, dan mereka semua memiliki tuntunan yang sama yang mampu
mengalahkan kebatilan.
Semoga Allah menjadikan kita berideologi
sama dengan orang-orang yang
terdahulu lagi yang pertama-tama dalam menerima Islam.
Ketika orang-orang kafir
dimasukkan ke dalam neraka pada hari Kiamat, mereka berkata:
"Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal
yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan". Dan apakah Kami
tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang
mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kalian pemberi peringatan...” (QS. Faathir :37)
Allah telah
memberikan hujjah bagi manusia, yaitu dengan mengutus para rasul dan memberikan
kemampuan akal. Dengan dakwah tersistematis berskala massal
yang dijalankan oleh kekuasaan negara khilafah Islamiyah maka manusia –dengan
izin Allah- berbondong-bondong meyakini ideologi Islam. Allah SWT berfirman:
“Supaya tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah
diutusnya rasul-rasul itu. (QS. An-Nisaa` :165)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar