Hagemoni Amerika Melemah – Kekuasaan Amerika atas Dunia Jatuh
Bagian 4 Kembalinya Khilafah
20 Abad Amerika 21 Akan Berakhir
"Sangat mirip masa-masa yang membuat Perang Dunia I terjadi, berbagai koalisi dan blok regional bisa dibentuk untuk menyaingi supremasi Amerika. Jika salah satu entitas itu bisa mengkonsolidasi kekuatannya dengan cukup cepat, dunia bipolar yang baru bisa muncul. Secara potensi, China, koalisi pan-Arab, atau Uni Eropa bersatu bisa menjadi superpower baru ini.” – Robert DeYeso
Nyata 6 tahun telah berlalu sejak Presiden Bush berkuasa dan abad 21 yang sangat diinginkan milik Amerika akan menuju akhir seketika. Superiorias Amerika di keempat sudut dunia sedang ditantang oleh para kawan maupun lawan.
Di halaman belakang Amerika sendiri – Amerika Latin – Presiden Venezuela Hugo Chavez memimpin pasukan salib untuk menjegal berbagai kepentingan AS di seantero daerah itu. Dia telah berhasil menghimpun dukungan para pemimpin Cuba, Bolivia dan Ekuador untuk mempropagandakan misinya. Bersama-sama, mereka menantang supremasi Amerika dengan mengarungi kampanye untuk mengambil kembali ladang-ladang minyak dan gas dari berbagai perusahaan Barat dan menguasainya di bawah kendali langsung negara.
Di seberang Atlantik, Eropa yang terkungkung perang Irak dan sangat menentang agenda unilateralis pemerintahan Bush paling maksimal menawarkan asistensi nominal. Namun, dengan kesempatan orang-orang Eropa – utamanya orang Perancis, Jerman, dan Inggris telah bersikap lebih sebagai lawan daripada kawan Amerika. Kekeraskepalaan Perancis di Lebanon, penolakan Eropa untuk mendedikasikan pasukan yang cukup di Irak dan Afghanistan, interferensi Inggris di Palestina, dan permusuhan Perancis dan Inggris terhadap penyelesaian Darfur telah melukai kedudukan Amerika di dunia dan mengerosi legitimasinya.
Rusia dan Cina yang ditekan dengan 20 tahun atau lebih kekuatan Amerika telah bangun kembali untuk melawan berbagai revolusi menyapu Asia tengah yang diinspirasi oleh Amerika. Uzbekistan kembali ke naungan pengaruh Moscow, Kyrgistan dan Belarus berhasil mengalahkan gerakan-gerakan yang didukung AS; Amerika gagal memberitakan ke dalam negeri hasil politik yang dibuat di Ukraina, dan Georgia menyaksikan pukulan balik parah dari Rusia atas hubungan-hubungannya dengan Washington.
Selain itu, Kyrgistan dan Tajikistan yang merupakan negara-negara biasa Shanghai Cooperation Organization (SCO) – Organisasi Kerjasama Shanghai telah menjadi cukup berani untuk menginginkan pembubaran basis-basis Amerika. Berbagai perolehan Amerika di daerah ini hampir berpendirian menentang.
Lebih buruk lagi adalah perang terhadap teror tanpa diduga telah mempersolid hubungan Cina dengan Rusia – menihilkan bertahun-tahun rencana strategis Amerika untuk menjaga kedua mantan musuhnya itu pisah. Aliansi Cina-Rusia yang terkuatkan kembali dengan pertumbuhan ekonomi dan keinginan yang sama untuk melihat dunia yang bipolar telah melebarkan tentakelnya ke seantero globe melukai berbagai kepentingan AS.
Rusia yang terbulatkan oleh ancaman-ancaman Amerika sedang mempersenjatai Venezuela dan Iran dengan persenjataan modern xxv. Perusahaan-perusahaan energi Cina menandatangani berbagai persetujuan di tempat-tempat yang tradisionalnya terjaga untuk para raksasa minyak Amerika xxvi. Di Timur Tengah, baik Rusia maupun Cina telah melakukan penolakan kuat terhadap posisi Amerika atas Iran. Di Semenanjung Korea, dukungan besar Beijing untuk Pyongyang telah mengekspos ketidakmampuan Washington mencegah Korea Utara dari menjadi nuklir.
Di seantero dunia Muslim kredibilitas Amerika telah leleh hingga tingkat terendah. Keganasan perlawanan di Irak dan Afghanistan telah mematahkan punggung pasukan Amerika dan memaksa Presiden Bush meninggalkan rencana-rencananya memajukan demokrasi. Bush tidak mampu mengurai Amerika dari cekikan Irak dan Afghanistan harus membalik ‘Doktrin Truman’ dan mencari pertolongan berbagai otokrasi sekular seperti Syria, Iran dan Pakistan. Bukannya membentuk kembali dunia Muslim dalam citra Amerika, berbagai kebijakan jahat pemerintahan Bush telah mengislamisasi daerah itu, mempolitisasi massa Muslim untuk bangun dari kubangan keterbelakangan spiritual dan memicu para ulama elit menjadi energi kuat atau Islam politik – untuk meringkas 6 tahun terakhir – adalah cukup untuk mengatakan bahwa Amerika sedang menyebabkan lahirnya Khilafah.
Setelah 2 dekade mendominasi urusan-urusan dunia, Amerika menemukan dirinya sendiri berada di bawah ampunan para kawan dan lawannya. Graham Fuller, mantan wakil komisaris National Intelligence Council – Dewan Intelijen Nasional, mendeskripsikan komplikasi Amerika dengan tepat ketika dia menulis dalam edisi terakhir the National Interest, “beragam negara telah memberdayakan bermacam strategi dan taktik yang didesain untuk melemahkan, mengalihkan, mengubah, mempersulit, membatasi, menunda atau memblokir agenda Bush melalui kematian oleh seribu potongan.”
Jadi apa yang terjadi setelah Amerika jatuh dari kedudukannya sebagai satu-satunya superpower dunia? Eropa terlalu terpecah untuk mengambil mantel sebagai negara pemimpin. Rusia belum menerjemahkan kekuatan ekonominya menjadi modal politik untuk memposisikan dirinya sendiri sebagai kekuatan terunggul. Baik Cina maupun India kekurangan kemauan politik dan pengalaman untuk mempengaruhi politik dunia. Untuk masa depan yang bisa dilihat, kedua negara itu akan dibatasi pada ranah pengaruh mereka masing-masing.
Negara yang ingin menggantikan Amerika harus memiliki populasi besar, sumberdaya melimpah, ideologi universal dan kemauan politik untuk bisa sukses. Kandidat yang paling jelas adalah dunia Muslim di bawah Khilafah, yang oleh Bush sering dibicarakan.
Desember 4, 2006
[ Hagemoni Amerika Melemah – Kekuasaan Amerika atas Dunia Jatuh ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar