Bagian 3 Berjuang Mempertahankan Dekadensi Barat
16 Individualisme di Barat Berkontribusi pada Pengabaian Anak
"Kebanyakan hambatan yang dihadapi anak-anak hari ini ada hubungannya dengan kepercayaan di antara orang dewasa bahwa tugas utama individu adalah untuk memaksimalkan hidup mereka sendiri, bukannya berkontribusi pada kebaikan orang lain... Individualisme yang eksesif menyebabkan serangkaian masalah bagi anak-anak termasuk: perpecahan keluarga yang tinggi, remaja liar, tekanan komersial terhadap seksualisasi prematur, periklanan tidak berprinsip, terlalu banyak kompetisi dalam pendidikan dan penerimaan akan ketimpangan penghasilan” –- UK Good Childhood Inquiry
Laporan yang semakin banyak tentang pengabaian anak-anak di Barat jelas-jelas menunjukkan bahwa semakin banyak para orangtua yang memperlakukan anak-anak mereka dengan buruk demi mengejar pemenuhan keinginan-keinginan mereka sendiri. Di Inggris, kasus seorang ibu yang berulang kali menyiksa bayi usia 17 bulan hingga mati, sehingga dia bisa meneruskan kehidupannya sendiri hanyalah pucuk gunung es. Ketika tubuh si bayi diperiksa dia mendapatkan 50 luka termasuk 8 patah tulang rusuk, retak tulang punggung dan kuku-kuku jari yang hilang xvii. Temuan awal menunjukkan bahwa para pekerja sosial, petugas polisi dan ahli kesehatan gagal merangkai puzzle pengabaian itu meskipun ada beberapa tanda-tanda peringatan. Kemudian ada cerita mengerikan orang tua umur 56 tahun dari Sheffield yang secara rutin memperkosa 2 anak perempuannya dan menjadi ayah bagi 9 anak dengan mereka.
Menurut angka-angka terakhir yang tersedia dari Masyarakat Nasional untuk Pencegahan Kekerasan pada Anak-Anak - National Society for the Prevention of Cruelty to Children (NSPCC), terdapat 32.700 anak dalam registrasi perlindungan anak di UK. Setiap 10 hari di England dan Wales, rata-rata, 1 anak dibunuh di tangan orangtuanya sendiri. Orang yang paling mungkin mati dengan kematian berkekerasan adalah bayi di bawah umur 1 tahun, merekalah yang 4 kali lebih mungkin dibunuh daripada orang rata-rata di England dan Wales. 16% anak-anak mengalami keburukan serius perlakuan oleh orangtua, dari mereka 1/3-nya mengalami lebih dari 1 tipe perlakuan buruk. Lebih dari ¼ dari semua pemerkosaan yang dicatat polisi dilakukan terhadap anak-anak di bawah umur 16 tahun. Hampir 79.000 anak-anak sedang dalam pengasuhan oleh otoritas lokal di Inggris xviii. Adalah fair untuk berasumsi bahwa angka sesungguhnya jauh lebih tinggi, karena banyak anak yang terlalu takut untuk melaporkan kekerasan itu atau sekedar tidak mengerti bagaimana melaporkannya.
Adalah hampir menjadi kebiasaan bagi pemerintah untuk merespon kasus-kasus pengabaian anak dengan menerbitkan investigasi publik. Di masa lalu hasil dari analisis demikian membuat jasa-jasa sosial memainkan peran yang lebih besar dalam pencegahan perlakuan-buruk terhadap anak-anak atau adanya legislasi baru yang ditujukan pada memberi anak-anak perlindungan lebih besar dari para orangtua yang suka menyiksa. Terlalu sering penelitian-penelitian demikian gagal untuk membendung ombak yang berkembang perlakuan buruk pada anak-anak yang melanda masyarakat Inggris. Ini telah membuat beberapa pihak menyerukan hukuman-hukuman yang lebih ketat dan keras seperti secara permanen mengambil anak-anak dari para orangtua keji atau bahkan melucuti mereka dari hak mereka untuk bereproduksi. Sangatlah tidak bisa diharapkan bahwa pemerintah saat ini akan membuat langkah maju dalam mereduksi perlakuan buruk terhadap anak-anak. Ini karena penyebab utama di balik penyiksaan anak adalah individualisme tak terkekang, yang para pemerintah, ahli sosiologi, dan orangtua semuanya menolak untuk mengakuinya.
Individualisme adalah pilar penting Sekularisme Barat dan mendominasi banyak hubungan yang ada di antara orang di masyarakat Barat. Individualisme menetapkan bahwa pertama dan paling awal orang harus menempatkan berbagai kepentingan mereka sendiri. Ini merasukkan ke dalam orang-orang mentalitas egois dan mendorong orang untuk memuaskan berbagai kepentingan mereka sendiri sebelum kepentingan orang lain. Selain itu, individualisme membuat orang memandang tanggung jawab sebagai beban dan penghambat terhadap pemenuhan motif-motif egois mereka. Oleh karena itu, adalah umum bisa ditemukan bahwa orang-orang di Barat, khususnya dalam ranah sosial, memasuki dan meninggalkan hubungan-hubungan dalam rangka menghindari tanggung jawab – yang kesemuanya memiliki efek buruk terhadap masyarakat. Maka sungguh sangat banyak ditemukan perzinaan, aborsi, keluarga satu orangtua, bapak yang menghindari biaya pengasuhan anak, ibu mengabaikan anak untuk mengejar karir, orangtua menyerahkan anaknya ke panti asuhan dan penyiksaan anak yang sedemikian enteng dilakukan semuanya adalah gejala-gejala individualisme.
Para pemerintah Barat tidak mampu menangani efek-efek individualisme dan kerusakan yang diakibatkan pada masyarakat. Ini karena peran pemerintah adalah untuk menjamin individualisme warganya dan untuk tidak memberi batasan-batasan atas individualitas orang-orang. Maka, perhatian utama pemerintah adalah kesejahteraan individu dan bukan keluarga atau masyarakat lebih luas. Sebagai contoh, ketika menangani masalah penyiksaan terhadap anak-anak, para pemerintah Barat memandang anak dan hak-hak mereka sebagai terpisah dari hak-hak ibu dan hak-hak ayah. Secara natural solusi-solusi yang muncul dari tipe berpikir seperti ini akan lebih fokus pada melestarikan individualitas si anak, si ibu atau si bapak daripada melindungi keluarga atau masyarakat. Dengan jalan ini, keluarga dan masyarakat tidak memikul tanggung jawab kolektif terhadap perlakuan buruk terhadap anak-anak, karena hukum dan tanggung jawab semata-mata diaplikasikan pada level individu.
Dalam Islam, konsep individualisme terbatas pada hubungan antara manusia dan Tuhan dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri seperti dalam perkara sembahyang, makanan, pakaian dan moral. Dalam hubungan-hubungan yang melibatkan orang lain, individu dibolehkan memuaskan kebutuhannya dengan syarat bahwa mereka tidak melanggar hak-hak individu lain atau menerabas batasan yang ditetapkan oleh Islam bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam semua hubungan Umat Islam diharuskan mencari keridhoan Allah dengan mengendalikan diri mereka sendiri menurut hukum-hukum yang ditentukan oleh Islam. Hukum-hukum Islam itu ketika dipraktekkan akan menghasilkan karakter unik dan spesial bagi umat manusia, karakter yang dibentuk oleh kepedulian dan bukan keegoisan. Islam mempromosikan dan meninggikan, tidak hanya hubungan antara orangtua dan anak, tapi juga hubungan dalam keluarga dan masyarakat.
Islam memuji, menghormati, dan menghargai keluarga, Rasulullah Saw. bersabda, “Menikahlah dengan wanita yang penuh kasih sayang dan subur, sebab aku akan membanggakan kalian atas semua umat di hari pembalasan.” (Hadits Riwayat Abu dawud, at-Tirmidzi). Islam melarang pembunuhan dan penyiksaan anak-anak. Ini disebutkan dalam al-Qur’an: “Janganlah kamu membunuh anakmu karena takut kemiskinan, Kamilah yang akan memberi rizki kepada mereka dan kepadamu.” [Terjemah Makna Qur’an Surat 17: 31]
Islam melarang pengabaian anak dan menjadikan kewajiban bagi para orangtua untuk menyediakan makanan, pakaian dan tempat tinggal dalam rangka memenuhi berbagai keperluan lain anak-anak. Rasulullah Saw. bersabda, “Cukuplah menjadi dosa bagi seseorang jika dia mengabaikan mereka yang menjadi tanggung jawabnya.” (Hadits Riwayat Abu Dawud)
Maka, di dalam kerangka Islam anak-anak dianggap sebagai rahmat dan keluarga dipandang memainkan peran utama dalam kestabilan masyarakat.
Hari ini, individualisme mengancam struktur masyarakat Inggris melalui erosi nilai-nilai keluarga dan pelanggaran hak-hak sipil. Tetap tak dipertanyakan dan tak diperiksa, individualisme akan menghasilkan fragmentasi baik komunitas Muslim maupun non-Muslim. Sikap Islam terhadap keluarga dan masyarakat adalah jauh lebih bertanggung jawab daripada mentalitas egois sekularisme.
Nopember 28, 2008
[ Kekerasan Pada Anak-Anak di Masyarakat Barat ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar