Kekosongan Kepemimpinan Pakistan Menghasilkan Khilafah
Bagian 4 Kembalinya Khilafah
24 Kekosongan Kepemimpinan Pakistan Menetaskan Khilafah
"Pakistan: Tempat paling berbahaya di bumi.” –- Newsweek Magazine
Setelah hampir 8 tahun kekuasaan militer, Pakistan menghadapi seabrek tantangan yang mengancam eksistensi vitalnya. Berbagai ancaman aksi unilateral di area kesukuan oleh Amerika, pemberontakan yang didukung India di Baluchistan, peningkatan dramatis dalam pengeboman bunuh diri, dan perekonomian sekarat adalah beberapa musibah Pakistan. Tapi mungkin, isu yang paling signifikan adalah kekosongan kepemimpinan yang melanda semua segmen masyarakat. Manifestasi kehampaan ini sebenarnya adalah barang antik yang dipelihara selama masa pemerintahan koalisi, yang selama 6 bulan terakhir telah berjuang mendefinisikan tujuannya dan menggoreskan program konkret untuk meghadapi berbagai tantangan itu. Para politisi bukanlah tersangka satu-satunya. Para pentolan militer, bos-bos birokrasi, para industrialis dan pemimpin sipil sama-sama bersalah. Dengan kata lain, semua telah melepas tanggung jawab atau menanam kepala mereka di tanah. Satu-satunya hal yang sama di antara para pemimpin negeri itu adalah usaha mengemis pada kekuatan asing.
Para politisi tidak malu menggandeng para pejabat Amerika dan Inggris untuk secara rutin merancang dan melaksanakan perjalanan ke Dubai, London dan Washington untuk hal-hal remeh sekalipun. Seproporsi besar dari itu, secara terbuka ingin melayani berbagai kekuatan Barat dan tanpa malu mempromosikan berbagai kepentingan mereka. Kemudian terdapat para politisi Islami palsu, yang kontribusinya hingga hari ini tidak lain kecuali menambah korupsi di ranah politik, melegitimasi tindakan-tindakan busuk para penguasa dan menghancurkan kepercayaan publik pada Islam politik.
Perilaku para pentolan militer sama-sama parah. Baik Musharraf maupun Kayani seperti para penipu pendahulu mereka telah melakukan segala yang mereka bisa untuk mengamankan berbagai kepentingan Amerika di Pakistan. Pencekalan Abdul Qadeer Khan, pengabaian rakyat Kashmir, pembantaian di Lal Masjid dan penjagalan Umat Islam di Waziristan, Bajaur dan Hangu adalah beberapa pencapaian mereka yang menonjol.
Komunitas bisnis dan para industrialis tidaklah kebal dari kritik ini. Sejarah menjadi saksi bahwa mereka puas menjadi pasangan main dengan pemerintah apapun – sipil atau militer – selama tagihan pajak tetap minim dan mereka diberi kekebalan dari kredit macet. Ketika berbagai capaian komunitas bisnis diukur dalam hal transfer teknologi dan kontribusinya pada kemandirian negeri, skor mereka parah. Ringkasnya – kepemimpinan Pakistan sejak pembentukannya di 1947 telah gagal berulang kali untuk menyelamatkan Pakistan dari kekuasaan intelektual, politik dan ekonomi kekuatan-kekuatan Barat.
Akar penyebab permasalahan kepemimpinan Pakistan bisa diatribusikan pada satu faktor tunggal – yang disebut sistem politik dan ekonomi yang diwariskan oleh orang Inggris – yang di kemudian hari dimodifikasi oleh AS. Sistem ini telah secara rapi dan terencana membudidayakan segunung pemimpin sipil dan militer yang kalah, korup dan cinta Barat. Dalam kegairahan mereka untuk melayani kekuatan-kekuatan Barat – berbagai solusi Barat tak henti dipinjam dan diaplikasikan untuk segala macam hal di kehidupan orang Pakistan. Mentalitas ‘cut and paste’ ini membawa sifat dasar gagal, karena berbagai solusi yang diadopsi itu terputus dari masalah-masalah Pakistan dan bertentangan dengan keyakinan dan nilai-nilai yang dipeluk rakyat. Akibatnya, Pakistan menyaksikan bertahun-tahun gejolak dan polarisasi yang telah mencapai klimaks kacau hari ini.
Satu-satunya penyelamatan Pakistan adalah bagi satu kepemimpinan dinamis Islam baru untuk berkuasa dan membalik kemerosotan Pakistan. Kepemimpinan ini harus secara radikal berbeda dengan yang akan digantikan dan tidak bisa menjadi salah satu pemain di dalam sistem-sistem dan institusi korup negara itu. Ia harus memiliki kepekaan mendalam terhadap berbagai masalah Pakistan dan satu visi ideologis yang merefleksikan keyakinan dan nilai-nilai rakyat. Ia harus membuang kekerasan, tapi cukup berani untuk memimpin massa untuk revolusi komprehensif melawan kekuasaan sekular saat ini dan menghapus semua jejak dominasi Barat. Barat telah mendeskripsikan tren politik ini sebagai gerakan untuk mendirikan-kembali Khilafah.
Akhir dari krisis kepemimpinan ini bergantung pada seberapa cepat rakyat Pakistan bangkit dari kubangan lumpurnya dan memeluk fenomena ini (pendirian kembali Khilafah Islamiyah).
Maret 8, 2008
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan,” [Terjemah Makna Qur’an Surat (8) al-Anfaal: 36]
[ Kekosongan Kepemimpinan Pakistan Menghasilkan Khilafah ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar