KEWAJIBAN DAKWAH
SEBAGAI MISI UMAT ISLAM
“Muhammad
itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi
dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-Nabi.” (QS. al-Ahzab:40)
”Katakanlah:
"Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan bukti yang nyata.” (QS. Yusuf:108)
Imam Thabari
berkata tentang ayat ini dengan menukil dari Ibnu Zaid: Maksudnya ini adalah
urusanku dan sunnahku atau sistemku, saya dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Imam thabari berkata: Demi
kebenaran dan demi Allah bagi orang yang mengikuti, agar mereka mengajak kepada
apa yang diajaknya dan mengingatkan dengan alqur’an dan nasihat serta melarang
terhadap maksiat. [Tafsir
thabari jilid 7 hal.52]
Arti sabiilii artinya jalanku. Sabil menurut bahasa
adalah thariq artinya jalan. Hal itu dinyatakan oleh Imam Razi. [Mafatihul ghaib jilid 9 hal.169] Sedangkan
makna ala bashiratin adalah dengan yakin dan benar. Hal itu dinyatakan
oleh Imam Qurthubi. [Tafsir
Qurthubi jilid 5 hal.3609]
“Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri" (QS. Fushshilat:33)
Ibnu Katsir
mengatakan: “Dia bukanlah termasuk orang-orang yang menyuruh kebaikan sementara
ia tidak melakukannya, atau melarang kemungkaran sementara dia tidak
meninggalkannya. Ia bukanlah tipe orang seperti itu.
Ia menyuruh
kepada kebaikan dan meninggalkan kejelekan dan menyeru makhluk untuk menuju
Allah Swt… Dan ini adalah umum, berlaku bagi orang yang menyeru kepada kebaikan
sedangkan dia sendiri merupakan orang yang mendapatkan petunjuk.” [Tafsir Ibnu Katsir jilid 4 hal.101]
“Kemudian
Kami wariskan kitab kepada orang-orang yang telah kami pilih dari hamba-hamba
Kami.” (QS. Faathir: 32)
Kewajiban
umat Islam yang terbesar bahkan inti eksistensi mereka adalah agar memimpin
manusia dengan nama Allah dengan kepemimpinan yang menjaga agar dunia ini tetap
dalam petunjuk, ketakwaan, penjagaan diri dan kecukupan. Umat Islam bertugas
menjaga manusia dari kehancuran, kerusakan, dan bahaya. [Mohammad Al-Ghazali, Rakaaizul iman bain
alaqli walqalbi hal.208]
Allah telah berkehendak sejak memunculkan umat Islam ke dunia ini agar
Islam selalu menjadi rujukan bagi umat manusia secara keseluruhan. Jika umat
Islam menjalankan misinya, maka akan tercipta kebaikan bagi mereka dan bagi
umat manusia juga. Namun jika umat Islam berpaling dari misinya maka akan
muncul rezim jahiliah, dan sistem jahiliah itu akan menguasai dan mengontrol
manusia. Pada saat itulah terjadi fitnah dan kerusakan yang besar.
”Di antara
orang-orang yang Kami ciptakan, terdapat umat yang memberi petunjuk dengan hak,
dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.” (QS.
Al-A’raaf:181)
Umat yang
memberi petunjuk ke arah kebaikan. Mereka adalah para penyeru kepada kebaikan
dan tidak berdiam diri saja dalam hal dakwah. Mereka tidak hanya mencukupkan
kebenaran bagi dirinya sendiri dan tidak terlena dengan kebenaran yang mereka
ketahui sendiri dan yang mereka bawa. Namun mereka memenuhi kewajiban memberi
petunjuk kebenaran kepada orang lain. Mereka menyerukan kebenaran dan
menegakkan kepemimpinan Negara khilafah atas nama kebenaran.
Muslim
sekarang ini tidak boleh berdiam diri dan berpangku tangan dengan meninggalkan
dakwah meskipun terdapat halangan apapun. [Muhammad
ahmad Arrasyid, almunthalaq hal.64]
Seorang
tabiin yang bernama Amir Asy-Sya’bi meriwayatkan bahwa beberapa orang lelaki
keluar dari Kufah dan turun di suatu tempat untuk beribadah. Kejadian itu
diketahui oleh seorang sahabat ynag mulia yaitu Abdullah bin Mas’ud ra. Maka
Abdullah mendatangi mereka. Merekapun senang dengan kedatangan Abdullah kepada
mereka. Maka Abdullah bertanya kepada mereka. Apa yang membuat kalian melakukan
perbuatan itu? Mereka menjawab: Kami senang untuk keluar dari keramaian manusia
untuk beribadah. Maka Abdullah bin Mas’ud berkata: ”Seandainya para manusia
lain melakukan seperti apa yang kalian lakukan, lantas siapakah yang berperang
melawan musuh? Saya tidak akan pergi dari sini sebelum kalian meninggalkan
tempat.”
Dalam
kejadian itu, Ibnu Mas’ud bertindak benar. Sebab jika semua hamba Allah sibuk
dengan ibadah mereka dan mengasingkan diri (uzlah) di pojok-pojok masjid
dan mereka meninggalkan lapangan dakwah, lantas siapakah yang berperang melawan
musuh? Dan mencukupi orang yang lemah? Dan siapakah
yang mencegah orang dzalim dari perbuatan dzalimnya? Siapakah yang menyuruh
kepada kebajikan dan melarang kepada kemungkaran? Dan siapakah
yang menyeru kepada Allah? Siapakah yang mengantarkan umat Islam untuk menuju
keutamaan dan cahaya dan siapakah yang menjelaskan jalan yang lurus bagi
mereka? [disarikan dari Muhammad
ahmad Arrasyid, almunthalaq hal.64]
Sejarah Islam
tidak akan melupakan nama seperti Sumayyah, Bilal, Khabbab bin Art, Mush’ab bin
Umair dan Khubaib bin Uday dan nama-nama lainnya yang terkadang dilupakan orang
namun di sisi Allah nama mereka tercatat sebagai orang-orang yang abadi.
Sejarah Islam
penuh dengan cerita tentang saudara-saudara fakih yang da’i ... Mereka itulah
yang mengatakan kalimat kebenaran dan membawa obor hidayah dalam kondisi yang
paling sukar. Maka akhirnya Allah mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju
cahaya melalui para da’i tersebut. [Mohammad
Imarah: Nahwa Usluubin Amtsal lidda’wah Al-Islamiyyah hal.252]
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran:110)
Karena itulah munculnya kebaikan bukan karena iman yang dianut oleh
berbagai umat beriman. Namun faktor kebaikan itu adalah keberadaan umat ini
yang lebih kuat dalam menjalankan amar makruf nahi mungkar dibanding umat
lainnya. [Imam Fakhrurrazi
Mafatihul Ghaib jilid 4 hal.395]
« Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan-perempuan,
sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang
munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf. » (QS. at-Taubah:67)
« Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian
mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan)
yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar. » (QS. At-Taubah:71)
“Sesungguhnya
Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (yaitu) orang-orang yang jika Kami
teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang
mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. Al-Hajj:40-41)
”Telah
dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan 'Isa putera
Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui
batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka
perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.”
(QS. Al-Maidah:78-79)
“Demi Dzat
yang diriku berada dalam genggaman-Nya, niscaya kalian akan menyeru kepada
kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran atau bisa jadi Allah akan memberikan
kalian siksa kemudian kalian berdoa kepada-Nya namun doa kalian tidak
dikabulkan.” [HR. Imam
Turmudzi jilid 4 hal.468, kitab alfitan bab hadits yang menjelaskan tentang
amar makruf nahi mungkar. Turmudzi berkata: hadits ini hasan]
Hadits dari
Abu Said Al-khudri ra.: Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa
dari kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah mengubahnya dengan
tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lidahnya, dan jika tidak mampu,
maka dengan hatinya, dan hal itu merupakan iman yang paling lemah.” [HR.
Imam Muslim Jilid 1 juz 2 hal.22
kitab Iman bab mencegah kemungkaran merupakan keimanan dan amar makruf nahi
mungkar merupakan kewajiban]
Imam Nawawi
berkata: ”Amar makruf dan nahi mungkar hukumnya fardhu kifayah. Jika beberapa
orang dari kaum Muslimin telah menjalankannya, maka yang lainnya tidak
diwajibkan. Akan tetapi jika semua kaum Muslimin meninggalkan amar makruf nahi
mungkar, maka orang yang mampu menjalankannya mendapatkan dosa.
Kemudian
hukumnya menjadi fardhu ain jika ada sebuah kemungkaran di suatu tempat yang
hanya diketahui olehnya atau tidak ada yang mampu menghilangkannya kecuali dirinya. [Sahih Muslim, syarah nawawi jilid 1 juz 2
hal.23]
Amar makruf
dan nahi mungkar hukumnya fardhu kifayah. Jika beberapa orang dari kaum
Muslimin telah menjalankannya dan mereka telah benar-benar berhasil mewujudkan
semua ma’ruf dan menghapus semua munkar;
Jika mereka belum berhasil memenuhi tuntutan itu maka hukumnya fardhu ain bagi
setiap Muslim.
Imam Nawawi
berkata: ”Dan ketahuilah bahwa bab ini ”maksudnya amar makruf nahi mungkar”
kandungannya banyak disia-siakan sejak lama. Dan tidak tersisa sampai sekarang
kecuali hanya kandungan yang sangat sedikit. Padahal amar makruf nahi mungkar
ini merupakan bab yang agung yang merupakan penopang dan penentu perkara. Jika
keburukan menjalar, maka siksa akan banyak menimpa manusia, baik yang salih
maupun yang durhaka.
Jika kaum
Muslimin tidak mencegah tangan orang dzalim, maka dikuatirkan mereka akan
dilanda siksa dari Allah dengan azab-Nya. Allah berfirman:
”Maka
hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan
atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-Nur:63)
Maka bagi
pencari akhirat dan yang berusaha mendapat kerelaan Allah, harus memperhatikan
bab ini, sebab faedahnya besar. Dan hendaklah ia tahu bahwa pahala tergantung
kadar kelelahan. Maka tidak akan ada hal yang sia-sia. Sebab Allah telah
berfirman:
“Dan
niscaya Allah benar-benar akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya”
(QS. Al-Hajj: 40)
Dan berfirman
juga:
”Dan
barangsiapa yang berpegang teguh pada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah
diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali Imran: 101)
Dan Allah
berfirman:
”Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, maka Kami akan
menunjukkan mereka jalan Kami.” (Al-Ankabut:69) [Sahih Muslim dalam syarah nawawi, jilid 1
juz 2 hal.24]
”Apakah
kalian menyuruh manusia kepada kebaikan, dan melupakan diri kalian.” (QS.
Al-Baqarah: 44)
”Dan
suruhlah kepada kebaikan dan laranglah dari kemungkaran dan bersabarlah atas
apa yang menimpamu.” (QS. Luqman: 17)
”Hai
orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan
memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.”
(QS.Al-Maidah: 105)
Orang yang
mendapatkan petunjuk berarti dia orang yang juga menjalankan kewajiban dakwah,
amar ma’ruf nahi munkar.
”Maka
berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi
peringatan.” (QS. Al-Ghasyiyah:21)
”Dan
(ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu
menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab dengan azab
yang amat keras. ”Agar kami mempunyai alasan (memenuhi tanggung jawab) kepada
Tuhanmu, dan supaya mereka bertaqwa. Maka tatkala mereka melupakan apa yang
diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari
perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang
keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (QS. Al-A’raaf:164-165)
”Jika kamu
menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula),
sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak
mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(QS. An-Nisa’:104)
Keberhasilan bagi kaum Muslimin adalah penerapan seluruh Syariat Islam
dalam semua bidang serta semua aspek kehidupan individu, masyarakat, dan
negara; termasuk penegakkan Syariat Islam mengenai Negara Khilafah
Islamiyah.
Itu semua wajib diperjuangkan dengan mengikuti metode perjuangan Rasul
Saw. dalam menegakkan Islam secara keseluruhan; yaitu metode perjuangan dalam
mengganti sistem jahiliyah dengan sistem Islam komprehensif dalam kehidupan
umat manusia dengan Negara Khilafah.
Metode Rasul Saw. ini bersih dari kotoran cara dan sistem kufur
manapun. [Lebih lanjut lihat, ‘Dakwah Islam’ Syeikh Ahmad Mahmud]
KEWAJIBAN DAKWAH SEBAGAI MISI UMAT ISLAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar