Kehilangan hasil yang ditimbulkan akibat hama uret dengan cukup tinggi dengan intensitas serangan ringan sampai puso. Pada tahun 2003 lalu menurut data BPTPH DIY luas serangan mencapai 161,9 hektar. Tindakan-tindakan pengendalian telah dilakukan petani Gunungkidul dengan koordinasi instansi terkait baik secara fisik, mekanis, hayati dan secara kimiawi.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengendalian uret di Gunungkidul,adalah lahan di wilayah Gunungkidul sebagian besar lahan kering yang sangat cocok untuk kehidupan uret. Di samping itu, hama uret mempunyai perilaku terutama pada larva yang mampu berdiapause dan kepompong yang tahan terhadap kekeringan dan bisa bertahan lama di dalam tanah sehingga sulit dikendalikan. Dengan demikian kunci keberhasilan pengendalian hama uret, harus diketahui bioekologi dan perilaku hama uret.
Biologi Hama Puthul
Hama uret yang paling merugikan, pada fase larva karena pada fase ini yang menyerang perakaran tanaman padi. Gejala serangan yang ditimbulkan hama uret yaitu tanaman padi kelihatan layu dan tanaman mudah dicabut karena sebagian atau seluruhnya akar dimakan. Hama uret merupakan familia Scarabaeidae dari ordo Coleoptera yang mempunyai siklus hidup sempurna (metamorfose sempurna) dari telur, larva (uret), kepompong dan serangga dewasa (puthul).
Puthul berwarna coklat kehitaman dengan ukuran 1,2 - 1,4 Cm akan muncul pada kondisi kelembaban yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan kepompong. Kondisi kepompong belum aktif dapat ditemukan pada tanah kedalaman 20-30 Cm. Pada kondisi kelembaban yang cukup, kepompong akan berubah menjadi puthul sehingga pada hujan pertama dengan curah hujan yang cukup lembab, puthul akan keluar untuk terbang mencari pasangannya untuk kawin. Pada musim penghujan pertama, merupakan pesta-pora bagi hama puthul untuk kawin, setelah meletakkan telur pada tanah-tanah yang gembur. Umumnya umur puthul kurang lebih 30 hari dan biasanya aktif pada malam hari antara pukul 18.00-20.00.
Puthul meletakkan telur ke tanah pada kedalaman 5 - 20 Cm dengan ukuran kecil berwarna putih bening. Meletakkan telur mencari tempat yang sesuai dengan kebutuhan uret sehingga uret dapat berkembang dengan baik, yaitu tempat yang banyak mengandung bahan organik, banyak seresah dan tanah yang rempah. Setelah 1 - 2 minggu telur menetas, uret kecil mulai aktif makan bahan organik atau seresah.
Pada umur 2 minggu, uret mulai menyerang akar tanaman padi sehingga tanaman layu. Menyerang, uret dengan cara bagian punggung di bawah dan dalam keadaan tidak aktif posisi uret dalam keadaan punggung di atas. Setelah umur cukup, uret menuju kedalaman tanah kurang 10-30 Cm dan biasanya ditemukan pada pinggiran pematang. Lamanya uret dalam tanah, dapat berkisar kurang lebih 4 - 6 bulan. Bila situasi tidak menguntungkan misal suhu tidak sesuai atau sangat kering, uret dapat mengalami proses inaktif yang disebut berdiapause.
Biasanya kepompong dapat ditemukan pada saat musim tanam berikutnya dan di dalam tanah kedalaman 15-30 Cm. Kepompong dapat bertahan dalam tanah sampai umur 2 bulan. Setelah adanya kelembaban yang cukup, larva inaktif dan kepompong akan berkembang menjadi puthul. Uret dalam proses perusakan dengan cara memakan bagian akar, pangkal batang pada saat tanaman mengalami fase vegegatif karena tanaman tersebut masih empuk dan disukai uret. Tanaman yang terserang memperlihatkan gejala kelayuan pada tanaman dan tanaman mudah dicabut karena akar sebagai penahan telah dimakan uret. Inang lain yang diserang uret antara lain tanaman jagung, kedelai, sorgum, kacang tanah dan kedelai.
Cara Pengendalian
Keberhasilan pengendalian hama uret, ditentukan bioekologi dan perilaku hama tersebut. Dengan mengetahui bioekologi dan perilaku, dapat melakukan tindakan pengendalian dengan cara atau teknik yang tepat dan keberhasilan sangat maksimal sehingga kehilangan hasil yang disebabkan hama uret dapat diminimalkan.
Prinsip dalam pengendalian hama uret dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu memadukan berbagai teknik pengendalian yang disesuaikan kondisi setempat, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara teknis, ekologis,ekonomis dan sosial dengan cara:
1. Melakukan gerakan pengendalian dengan penangkapan massal dengan melibatkan semua komponen mulai petani, kelompok tani dan aparat yang terkait. Cara pengendalian ini dilakukan dengan mengadakan penangkapan menggunakan perangkap obor yang di bawahnya diberi penampung puthul serta dilakukan pada pukul 18.00-20.00, karena puthul sangat tertarik pada cahaya lampu dan melakukan penerbangan untuk mencari pasangan pada jam-jam tersebut.
Gerakan penangkapan puthul dimulai saat musim penghujan pertama yaitu pada kondisi kelembaban yang cukup untuk perkembangan uret menjadi puthul. Penangkapan puthul dilakukan serempak, melibatkan semua warga masyarakat, dilakukan hati-hati agar tidak merusak tanaman di sekitarnya, terus-menerus dan kompak. Obor dipasang di tempat strategis yaitu di ladang atau lapangan. Setelah puthul tertangkap, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur, di samping dapat juga dipergunakan sebagai makanan. Cara tersebut sangat efektif dan efisien dalam mengendalikan hama uret karena murah dalam pengendalian dan puthul yang tertangkap sangat banyak.
2. Melakukan pengolahan tanah dengan kedalaman 30 Cm sehingga larva yang berdiapause dan kepompong dapat keluar,dikumpulkan serta dimusnahkan sehingga akan mengurangi populasi hama uret. Di samping itu hama uret akan terkena alat pengolah lahan dan kena sinar matahari sehingga akan mati.
3. Melakukan penggenangan lahan persawahan pada saat banyak hujan dengan membuat pematang untuk menampung air yang ada pada persawahan. Dengan adanya air di persawahan, uret di dalam tanah akan mati. Di samping itu pada lahan persawahan ditaburi kapur.
4. Melakukan budidaya tanaman yang sehat dengan pemupukan mengandung unsur N,P dan K sehingga kondisi tanaman dapat tumbuh dengan baik. Dengan demikian ketahanan tubuh akan kuat sehingga kurang disukai uret.
5. Melakukan pengumpanan pada persawahan dengan mencampur gabah dengan parutan gadung. Menggunakan pestisida nabati, antara lain mahoni, tembakau, daun mindi dan daun mimba.
6. Menggunakan agensia hayati Metharizium sp untuk mengendalikan uret yang terdapat dalam tanah.
7. Untuk daerah endemis uret, sebaiknya sebelum sebar benih dapat dicampur menggunakan pestisida seed treatment sehingga dapat bertahan selama 1 bulan dalam perakaran. Di samping itu pada pemupukan kedua dilakukan dengan mencampur pestisida sistemik sehingga uret akan mati. Kondisi tersebut didukung adanya air sehingga pupuk dan pestisida sistemik dapat bekerja dengan baik. q - c
ijin kopi gan
BalasHapus