Bunyi Suara al-Qur'an - Cara Kata-Kata al-Qur'an Gambaran Arti al-Qur'an
Al-Qur'an dan Bunyi Suara
Al-Qur'an memperkuat ekspresinya dengan penggunaan bunyi-bunyi. Al-Qur'an mempergunakan berbagai fitur phonetic (pelafalan) yang memiliki efek estetis dan komunikatif. Fitur-fitur itu termasuk perpanjangan dan modifikasi bunyi-bunyi sehingga kata-kata dan huruf-huruf menjadi mirip dengan bunyi-bunyi sebelahnya atau yang berdekatan, dan nasalisasi (dengung resonansi). Fitur unik ini bisa ditemukan di sepanjang keseluruhan ekspresi al-Qur'an. Al-Qur'an kaya dengan alat-alat phonetic itu yang membentuk gambaran penuh emosi dan kuat. Ini dilakukan dengan pemilihan kata yang paling tepat untuk menampakkan arti yang dimaksud sembari memproduksi bunyi-bunyi yang berorientasi secara semantik (makna). Cara al-Qur'an menggunakan kata-kata untuk membuatnya menjadi melodi yang harmonis digambarkan oleh Sells,
“Ada kualitas pada suara al-Qur'an yang siapapun yang familiar dengan Bahasa Arab bisa mengenalinya. Para komentator al-Qur'an telah mendiskusikan kekuatan dan keindahan bunyi ini... adalah salah satu aspek kunci ilmu pengetahuan penganalisisan ijaz al-Qur'an (tak-bisa-ditiru-nya al-Qur'an).”
Pemilihan kata-kata al-Qur'an digabung dengan kekuatan bunyi, mengungkapkan arti-arti dengan cara yang unik. Fitur al-Qur'an ini menghasilkan gambar-gambar dan mendeskripsikan kejadian-kejadian seakan-akan itu semua terjadi di hadapan pembacanya. Johns menjelaskan,
“Adalah bahasa itu sendiri yang membentuk tradisi penggambaran. Tidak ada satu kata yang bisa diambil atau didengarkan secara terisolasi. Semua merepresentasi bagian kelompok makna yang bersifat kumulatif dan koheren, berperan sebagai pemicu untuk mengaktifkan kedalaman yang paling dasar kesadaran religius.”
Penggunaan suara-suara lembut dalam contoh berikut ini, menunjukkan kemampuan al-Qur'an untuk mengekspresikan arti melalui bunyi teksnya:
"dan demi malam apabila telah sunyi (gelap),"
Cara al-Qur'an menggunakan kata 'apabila telah sunyi' menghasilkan melodi tenang dan suara yang halus. Ini mengindikasikan kedamaian, keheningan dan ketenangan yang diberikan oleh waktu malam. Al-Qur'an juga menggunakan suara untuk membangun gambaran-gambaran tajam, sebagai contoh,
"dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya),"
Kata untuk cetusan , 'qad'han', yang digunakan di sini mengeluarkan satu bunyi yang membangun rasa gambaran ini, pendekatan huruf-huruf 'daal' dan 'ha' bertanggung jawab atas bunyi ini. Dalam contoh yang lain,
"maka ia menerbangkan debu,"
Penggunaan kata 'atharna' dalam ayat ini, dengan rangkaian vowel-nya mengeluarkan bunyi memuncratkan dan menyebarkan, yang mengekspresikan gambaran drama itu.
Pemberdayaan suara-suara di dalam al-Qur'an juga memainkan peran retorika. Sebagai contoh dalam ayat di bawah ini al-Qur'an menggunakan kata-kata yang meniru suara yang dimaksudnya. Alat retorika yang disebut onomatopoeia ini banyak digunakan di sepanjang ekspresi al-Qur'an,
"Dan apabila datang suara yang memekakkan"
Kata untuk 'suara yang memekakkan', 'alssakhkhatu,' dipilih untuk menghasilkan bunyi yang lari ke arah maknanya. Huruf-huruf Arab 'kha' dan 'ta' melahirkan suara-suara keras yang bersesuai dengan arti teks itu.
Bunyi-bunyi di dalam al-Qur'an dikerahkan untuk meningkatkan efek pesannya. Bahasa Arab memiliki banyak kata-kata untuk satu arti, tapi al-Qur'an memilih dan mengatur kata-kata untuk menampakkan arti yang dimaksud di samping menciptakan bunyi-bunyi yang bersesuai dengan gambaran, adegan dan pesan yang dibawa oleh buku itu. Ini tidak hanya dilakukan dengan memilih kata-kata yang tepat tapi juga mengaturnya dengan cara khusus untuk membangun suara-suara dan ritme. Hanya dengan menyentuh sedikit contoh sederhana dapatlah dilihat mengapa Pickthall menjadi percaya bahwa al-Qur'an memiliki “simponi tak-bisa-ditiru”. Arberry berdasarkan pengalaman pribadinya dengan irama al-Qur'an:
“Kapanpun aku mendengar al-Qur'an dilagukan, adalah bagaikan aku sedang mendengarkan musik, di bawah melodi yang mengalir ada suara... dentuman drum yang terus-menerus, itu seperti detak jantungku.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar