Bab: 4
Kekuatan Ekonomi dan Industri Negara Khilafah yang Baru Terbit
Pembangunan Ekonomi: Pembantahan Kebohongan
Selama puluhan tahun, dunia barat telah berusaha untuk menampilkan demokrasi sekular, yang menyerukan manusia untuk menjadi ‘Al-Hakim (sang pemberi hukum)’ bukannya Allah Swt., sebagai sistem pemerintahan satu-satunya yang masuk akal untuk kemakmuran suatu negara khususnya dalam bidang industrialisasi dan pembangunan ekonomi. Salah satu alasan fundamental yang dikutip untuk kemiskinan ekonomi di dunia Islam hari ini adalah kurangnya demokrasi. Keterkaitan antara demokrasi, pembangunan dan hak-hak manusia disebutkan di 1993 deklarasi Vienna oleh UNESCO. Mancur Olsen (University of Maryland), ahli ekonomi kapitalis terkenal, dalam buku berpenghargaannya ‘Power and Prosperity – Kekuatan dan Kemakmuran’ (2000) menunjukkan bahwa demokrasi umumnya berkembang dan melaju secara relatif dibanding sistem-sistem pemerintahan lain. Olsen berargumen bahwa di bawah anarki hanya ada insentif untuk mencuri dan menghancurkan, sementara seorang diktator memiliki insentif untuk mendorong ke suatu derajat tertentu kesuksesan ekonomi, karena dia akan berharap bisa berkuasa cukup lama untuk mengambil bagian dari itu.
Lagi, Jan Fidrmuc (2003) bekerja dengan data Commonwealth of Independent States (CIS) – Persemakmuran Negara-Negara Merdeka dan berbagai rezim mantan komunis lain telah menyatakan bahwa demokrasi mendorong kemajuan dalam liberalisasi ekonomi. Campos (1994) juga telah menunjukkan suatu hubungan yang secara umum positif antara demokrasi dan pembangunan. Michael T. Rock (2009) bekerja dengan data Asia telah menolak hipotesis bahwa demokrasi memperlambat pertumbuhan dan menunjukkan bahwa demokrasi menyebabkan naiknya pertumbuhan dan investasi. Selain itu, ribuan paper yang mirip dengan itu menunjukkan bahwa, demokrasi adalah persyaratan bagi pembangunan. Teori-teori itu telah membuat kagum para intelektual antek Barat di dunia Muslim untuk mengkampanyekan institusionalisasi demokrasi dan pasar bebas di tanah-tanah Muslim tanpa memahami motif sebenarnya para kekuatan kolonial kapitalis mengenai seruan demokrasi dan kebijakan pasar bebas mereka.
Namun, juga terdapat beberapa paper akademis yang mengkritik validitas kesimpulan semacam itu. Sebagai contoh, Christian Bjørnskov (2010) dengan mengeksplorasi data pendapatan per lima bagian (quintiles) yang diturunkan dari World Income Inequality Database – Database Ketimpangan Pendapatan Dunia untuk 88 negara sedang berkembang, telah menemukan bahwa bantuan asing dan demokrasi secara bersama-sama berkaitan dengan porsi pendapatan lebih tinggi bagi (pihak) seperlima atas (upper quintile). Oleh karena itu dia menyimpulkan bahwa ini adalah alasan bagi teori (menyerukan demokrasi dan bantuan asing) untuk dijual dan diterapkan oleh para elit politik dan akademisi negara-negara itu. Selain itu, temuan Sirowy dan Inkeles (1991) mendukung suatu hubungan negatif antara demokrasi dan pembangunan.
Hari ini kita punya berbagai temuan lagi dan lagi yang tidak mendukung ide bahwa demokrasi punya andil bagi pembangunan. Memanglah terdapat sejumlah cara kita bisa mencerahkan diri kita sendiri. Tapi cara yang terbaik adalah ‘tidak mendengarkan teori-teori Barat (kecuali untuk sains dan teknologi)’, yang telah mewarisi gen kebohongan sejak sejarahnya dahulu, penipuan dan kolonialisasi bagian-bagian lain dunia. Lihat saja Pakistan sebagai contoh. Di bawah kepemimpinan dikatator Jenderal Pervez Musharaf Pakistan berada pada tepi kebangkrutan sementara di bawah Asif Ali Zardari yang demokratis Pakistan telah menjadi bangsa yang secara teknisnya bangkrut. Pakistan telah dibuat gagal selama 60 tahun terakhir di bawah sistem sekular. Contoh yang lain adalah Bangladesh. Selama 20 tahun terakhir Bangladesh mempraktekkan demokrasi. Faktanya Bangladesh memulai dengan sekitar 48% kemiskinan di 1990 lalu, sementara hari ini sekitar 51% masih hidup di bawah kemiskinan! Selain itu pertimbangkan kasus-kasus berikut ini:
§ Bangladesh telah mempraktekkan demokrasi selama 20 tahun terakhir. Ia dianggap sebagai salah satu model demokrasi terbaik di dunia Islam. Berkebalikan dengan Kuwait, Arab Saudi, Arab Emirates, Qatar, Brunei dll yang diperintah oleh kerajaan. Negara mana yang lebih berkembang secara ekonomi? Tentu bukan Bangladesh!!
§ New Zealand – Selandia Baru adalah demokrasi tertua di dunia (1907), sementara Amerika Serikat mengadopsi demokrasi di 1965. Negara mana yang lebih berkembang secara ekonomi?
§ China, Russia (tadinya USSR) dan Jerman jelas membuktikan bahwa demokrasi bukanlah suatu persyaratan untuk pembangunan ekonomi. Itu adalah bukti pasti bahwa banyak hal bisa dicapai tanpa demokrasi. Rusia dan Cina tampak berlangsung cukup baik tanpa mengikuti contoh demokrasi liberal Barat dan bahkan dalam beberapa kasus mereka menantang model itu dengan menyepelekannya (Adnan Khan, Geopolitical Myths – Mitos-Mitos Geopolitik, 2009)
Oleh karena itu memang itu (demokrasi meningkatkan pembangunan) adalah suatu teori yang salah! Selain itu, terdapat teori lain yang diajukan oleh Barat mengenai pembangunan ekonomi dan industrialisasi. Yang satu ini dikenal sebagai pengadopsian sistem pasar bebas.
Namun , melihat pada pembangunan ekonomi di masa lalu, seperti yang di Inggris, Jerman, Amerika Serikat, USSR, dan Jepang dan China hari ini, adalah jelas bahwa kekuatan-kekuatan dunia itu telah berkembang dengan baik sebelum pengadopsian ide kebijakan pasar bebas, sementara pertumbuhan Cina adalah karena militerisasi komplek-komplek industri.
Inggris sebagai contoh, dulu sangatlah sukses dalam mengeruk kebanyakan dari bahan-bahan mentah dan pasar-pasar dunia yang bisa diakses. Dulu adalah ambisi kolonial teritorial di bawah selubung berbagai kepentingan perdagangan yang mendikte pertumbuhan Kerajaan Inggris awal. Mantan East Indian Company – Perusahaan India Timur adalah suatu pengingat historis. Tidak ada orang di dunia ini percaya bahwa, Inggris berkembang karena selama periode 1700-an revolusi industri di Inggris diperintah dengan demokrasi dan dengan perekonomian pasar bebas!! Pernikahan antara pasar bebas dan pembangunan adalah kebohongan nyata. Faktanya pembangunan ekonomi dan industri Inggris berakar dalam berbagai kebijakan maritim oleh English King Henry VII yang mendukung kemajuan saintifik baru bagi bahan-bahan mentah melalui kolonialisasi.
Lagi kemajuan saintifik Inggris semakin terbantu oleh fakta bahwa Inggris butuh menjadi efisien dalam mendapatkan sumber material-material mentah seiring mereka berkompetisi dengan para kolonialis Eropa masa lalu lainnya seperti Belanda, Perancis, Portugis dsb. Dengan penggunaan strategi-strategi promosi industri Inggris, ketika ia mencapai puncaknya di abad ke-18, bernavigasi di laut dalam mencari kekayaan di sekeliling globe. Program kolonialisasi agresif ini meneguhkan posisi Inggris di dunia dan mengubah pertempuran dari diperjuangkan demi teritori menjadi demi pasar-pasar dunia. Adalah mesin perang kolonial ini yang mendorong sejumlah besar penelitian saintifik Inggris, inovasi, dan cara-cara baru mengorganisasi pekerja dan strategi militer. Demokrasi dan yang disebut dengan nilai-nilai liberal datang setelah itu hanya untuk meredakan dunia setelah ia mengkolonialisasi berbagai teritori; (Adnan Khan, Geopolitical Myths, 2009).
Mengenai Cina, jika model pembangunan ekonomi dan industrialisasi China adalah yang kuat untuk dipertimbangkan di dunia saat ini, kita harus kembali ke periode 1978 ketika mereka memulai untuk memprioritaskan pertimbangan-pertimbangan militer yang mendominasi pembangunan sains dan teknologi. Mao, mantan penguasa Cina telah menyatakan tujuannya membentuk komplek-komplek ‘militerisasi’ di atas semua kebutuhan lain. ‘militerisasi’ ini membentuk dasar kebijakan Deng Xao Ping. Tujuannya Deng adalah untuk mendiversifikasi perekonomian dalam rangka supaya dasar industri Cina bisa berkontribusi tidak hanya untuk pertahanan nasional tapi juga pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran sipil. Petunjuk 16 Karakter oleh Deng di awal 1980 membuat hal ini menjadi jelas ‘mengintegrasikan produksi militer dan sipil; tapi memastikan untuk mengimbangi persyaratan-persyaratan (kualitas) militer; mempertahankan kemampuan militer; menggunakan perekonomian sipil untuk melayani modernisasi militer’ (Adnan Khan, Membangun Dunia Muslim Terindustrialisasi; 2009 di Khilafah.com) - ‘integrating military and civilian production; but making sure to balance the military requirements; maintaining military capability; using the civilian economy to serve military modernization’ (Adnan Khan, Constructing a Industrialized Islamic world; 2009 at Khilafah.com)
Bahkan jika seseorang setuju bahwa Barat telah berkembang secara ekonomi hingga tingkat tertentu, meski begitu, berdiri di 2010 setelah menyaksikan berbagai ekonomi di Barat meleleh jatuh satu demi satu termasuk Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Yunani, Italia, Spanyol, Portugal, Irlandia dll tampak bahwa negara-negara demokratis sekular itu tetap saja gagal di hadapan rakyatnya dengan ketidakstabilan ekonominya seiring waktu. Selain itu perkaranya bukanlah sekedar kestabilan pembangunan; tetapi juga kualitas pembangunannya. Richard Robbins dalam buku berpenghargaannya ‘Global Problems and the Culture of Capitalism – Masalah-Masalah Global dan Budaya Kapitalisme’ mengkonfirmasi hal ini ketika dia berkata “Munculnya Kapitalisme mewakili suatu budaya yang dalam banyak aspek adalah yang paling sukses yang pernah diluncurkan dalam hal mengakomodasi jumlah besar individu dalam kenyamanan dan kemewahan relatif dan absolut. Namun, Ia tidaklah cukup sukses dalam mengintegrasikan semua dalam pengukuran yang sama, dan kegagalannya di sini tetap salah satu masalahnya yang utama.” Secara jujur Mr. Richard Robbins telah mengatakan separuh kebenaran. Kebenarannya adalah bahwa, karena kapitalisme dan pengadopsian pasar bebas, kemiskinan adalah kondisi bagi mayoritas rakyat dunia. 3 milyar orang di dunia hidup dengan kurang dari 2 dollar sehari, dunia ketiga berhutang lebih dari 1.2 trilyun utang, 1.3 miliar orang yang lain hidup dengan kurang dari 1 dollar per hari; 1.3 milyar orang tidak punya akses ke air bersih; 3 milyar orang tidak punya akses pada sanitasi dan 2 milyar orang tidak punya akses ke listrik. Negara-negara sedang berkembang sekarang membelanjakan $13 pembayaran utang untuk setiap $1 utang yang diterima dan 80% populasi dunia hidup dengan kurang dari $10 sehari. 1% orang terkaya di dunia memiliki 40% kekayaan planet ini dan hanya 10% dari populasi dunia memiliki 85% dari aset-aset dunia. Sementara ini adalah rapor sistem kapitalis Barat, Islam berkebalikan dengan itu selama lebih dari 1300 tahun menerapkan sistem ekonomi Islam tanpa ada resesi apapun, keruntuhan ekonomi dan tanpa satupun krisis ekonomi dalam seluruh sejarahnya. Oleh karena itu keterbelakangan ekonomi dunia Islam saat ini bukanlah karena mereka tidak mengadopsi demokrasi sekular dan pasar bebas; tapi adalah karena sebaliknya. Selain itu tidak juga akan Negara Islam membidik suatu model pembangunan yang tidak realistis, bergejolak, yang tetap membuat lebih dari 1.2 milyar orang global kelaparan sementara industri busana menghasilkan pendapatan lebih dari anggaran militer dunia! Oleh karena itu meski terjadi kegagalan mereka dalam mengurus urusan ekonomi rakyatnya dengan kemakmuran yang awet terjaga, demokrasi kapitalis sekular menyerang Islam dan sistemnya untuk menutupi prinsip-prinsip dan nilai Islam di satu sisi dan untuk menyembunyikan kesenjangan, keterbelakangan ekonomi, ketimpangan masif yang diciptakan oleh senjata pemusnah massal (kapitalisme) di sisi yang lain.
Dalam realitanya terdapat faktor-faktor yang dengannya suatu negara bisa berkembang dan akhirnya menjadi negara pemimpin terdepan. Memanglah kekuatan ekonomi dan industri adalah salah satunya. Pertamanya dimulai dengan kemampuan untuk memiliki kemandirian dalam produksi pangan; dan kemudian ketersediaan material-material mentah murah khususnya energi, kemajuan teknologi, industrialisasi, tersedianya tenaga kerja, pasar domestik yang cukup, dan di atas semua itu suatu model untuk kemakmuran ekonomi untuk mencapai pertumbuhan yang terjaga. Ini memanglah membantu bangsa dalam ambisinya untuk menjadi negara pemimpin nomor satu di dunia.
Kesalahan Teori Demokrasi dan Pasar Bebas Meningkatkan Pembangunan - Pembantahan Konsep Demokrasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar