Penciptaan Negara Global Nomor Satu: Kemungkinan Hari Ini
Sejak masa menetaskan sang ‘Anak Kecil – Little Boy’ dan ‘Pria Gemuk – Fat Man’ di 1945 dalam Perang Dunia II, akhir dari Imperium Inggris telah dikonfirmasi. Itu juga mengkonfirmasi batas ujung Amerika atas setiap kekuatan lain. Sejak Perang Dunia 2, kendali Amerika atas situasi internasional telah dibangun di atas kekuatan militer dan ekonominya. Namun, setelah lebih dari 50 tahun, hari ini AS tidak menikmati keunggulan sebagaimana yang dinikmati sebelum invasinya ke Irak. Penjajahan Irak dan Afganistan telah mempengaruhi kemampuan USA dan menguras sumberdayanya. Krisis ekonomi global semakin jauh mempersulit kedudukan Amerika di dunia, karena ia berbalik ke arah intervensi sosialis untuk mendongkrak perekonomiannya. Tapi Amerika gagal menghentikan keruntuhan ekonomi sementara dia telah masuk ke dalam resesi baru yang dimulai Juli 2010. Karena tantangan-tantangan serupa itu kehadiran Amerika di dunia sedang dianggap terlalu kabur dan lemah.
Perang Amerika di Iraq dan Afghanistan sedang meminta upah nyawa para tentara AS, sebagaimana statistik menunjukkan 1 dari setiap 9 tentara Amerika meninggalkan angkatan bersenjata atas masalah medis karena kelainan mental. Paul Martin dari Peace Action berkomentar bahwa “kita punya 100.000 pasukan dan 1/3 dari mereka menderita semacam penyakit kesehatan mental dan ½ dari mereka menderita beragam penyakit kesehatan”. Angkatan bersenjata itu sendiri mengalami 64% kenaikan jumlah tentara yang terpaksa keluar karena kesakitan mental antara tahun 2005 dan 2009, jumlahnya sama dengan 1 dalam 9 dari semua pemulangan karena medis. Para tentara yang dipulangkan karena mengidap baik kecacatan mental maupun fisik naik sebanyak 174% selama 5 tahun terakhir hingga 2009, menurut statistik angkatan bersenjata. Ini jelas-jelas mengindikasikan merosotnya motivasi dan semangat dan kekuatan mental para tentara Amerika dalam menjalankan ‘Perang Melawan Islam’.
Karena itu, realitas dunia adalah bahwa, USA tidaklah lagi dihormati sebagai adidaya; tapi adalah sebuah hagemoni. Meski membawa perubahan paling canggih, maju, USA adalah bangsa yang rusak secara etika, ekonomi, strategi, politik dan yang bangkrut. Rakyatnya sendiri tidak punya keyakinan atas pemerintahnya, dan atas sistemnya. Doktrin ideologis utama masyarakatnya sedang dipertanyakan oleh rakyatnya sendiri dan pengikutnya. 20 tahun setelah jatuhnya Tembok Berlin, polling baru BBC telah menemukan ketidakpuasan luas dengan kapitalisme pasar bebas (James Robbins, BBC 9 Nopember, 2009). Dalam polling global untuk BBCWorld Service, hanya 11% dari mereka yang ditanyai di seantero 27 negara yang menyatakan sistem kapitalisme itu bekerja dengan baik! Selain itu, slogan bulan madu ‘change’ – ‘perubahan’ di Amerika oleh Barack Obama telah dengan cepat beralih menjadi mimpi buruk pengkhianatan. Dalam pemilu 2009, Barack Obama yang memiliki 76% kesetujuan, belum pernah terjadi dalam sejarah AS, sekarang hanya mendapat 42% kesetujuan. Fox News melaporkan bahwa dalam kasus-kasus tertentu dia mendapat kurang dari 30% kesetujuan, sementara para pemilih muda kulit hitam bahkan menyebutnya seorang ‘hipokrit’.
David S Mason (2009) dalam bukunya ‘The End of The American Century – Akhir Abad Amerika’ telah menyatakan bahwa, “Amerika Serikat sedang berada di akhir periode kepemimpinan dan dominasi global yang telah kita nikmati selama 50 tahun terakhir atau sekitar itu. Negara ini bangkrut secara ekonomi. Kita telah kehilangan keunggulan dalam hal politik, ekonomi, sosial. Kita tidak lagi berbanding baik dengan negara-negara lain di seluruh dunia, dan kita tidak lagi dikagumi sebagaimana kita pernah demikian oleh negara-negara sekeliling dunia. Dan kita tidak dilihat sebagai model untuk pembangunan ekonomi dan politik, sebagaimana kita dulu. Jadi ini benar-benar menandai pergeseran global dalam sejarah dunia, dan ini bukanlah buku yang mudah untuk ditulis karena alasan itu. Tapi aku pikir fakta-fakta berbicara untuk mereka sendiri. Jika kamu melihat Amerika Serikat, baik dalam hal membandingkan dengan kita 20 tahun yang lalu atau dalam membandingkan kita dengan negara-negara maju di dunia, Amerika Serikat tidaklah muncul di puncak lagi dalam hampir semua ukuran. Dan ini punya implikasi jangka-panjang yang akan mempengaruhi cara kita hidup dan peran yang kita mainkan di dunia.”
Sebagai hasil dari kelemahan Amerika, tantangan-tantangan yang tumbuh dari para kompetitornya di dalam ideologi kapitalisme telah tumbuh dalam ukuran dan cakupan dan hari ini adalah lebih kuat. Namun, negara-negara itu tidak mengancam supremasi USA karena mereka tidak membentuk visi ideologis mereka. Jerman dan Japan meski ada kehebatan ekonomi mereka, tidaklah mengendalikan dunia karena mereka telah menunda ambisi global mereka setelah Perang Dunia II, sedangkan India bodoh bekerja sebagai pelayan tuannya USA untuk mencapai tujuan-tujuan kawasanal. Rusia di sisi lain, meski ada beberapa strategi anti-USA, bekerja hanya untuk menjadi kekuatan kawasanal, memiliki begitu banyak pembangunan ekonomi dan kapabilitas militer tetap tidak bisa membentuk dunia, karena ia tidak punya ambisi global. Jadi USA masih bertindak untuk tetap menjadi negara global satu-satunya karena tidak ada bangsa ideologis lain dengan jumlah populasi luas, kekuatan ekonomi dan militer, ukuran dan kendali atas lokasi-lokasi strategis dunia, dan di atas semua itu ada suatu ideologi untuk menantang AS telah terbit. Oleh karena itu, tidaklah diharapkan bahwa AS akan berdisintegrasi seperti Uni Soviet atau mundur dari menjadi kekuatan dunia sebagaimana terjadi pada Inggris kecuali dengan naiknya negara pemimpin terdepan yang lain.
Mengenai China, ekonomi, militer dan kapabilitasnya jauh lebih baik daripada Russia. Namun, pembangunan ekonominya utamanya berdasar pada ketergantungan pada sumberdaya Timur Tengah dan Afrika dan pasar-pasar Amerika. Selain itu, asimilasi teritorialnya bisa dengan mudah dieksploitasi oleh USA atau negara manapun dengan ambisi global. Kegagalan Cina dalam masalah proyek Amerika ‘Taiwan’ jelas-jelas membuktikan kurangnya keberanian Cina untuk menjadi negara global. Selain itu, Hongkong menikmati otonomi penuh yang menyediakan bukti-bukti lebih jauh dalam hal ini. Propinsinya yaitu ‘Tibet’ seperti Taiwan berada dalam usaha aneksasi (pencaplokan). Selain itu, pembersihan sistematis kaum Muslimin di Xinxiang telah semakin merumitkan integritas teritorialnya. Selain dari fakta-fakta itu, selama lebih dari 5000 tahun China adalah kekuatan kawasanal dominan namun, dia tidak pernah punya ambisi untuk menjadi negara pemimpin terdepan. Cina setiap hari menjadi semakin mirip Jepang dan menjadi kekuatan ekonomi. Namun suatu perekonomian tanpa sasaran-sasaran politik dan ambisi-ambisi global akan mengubah suatu bangsa menjadi pusat penggerak perdagangan tidak pernah jadi suatu kekuatan global (Adnan Khan, 2009).
Mengenai Rusia, Steven Rosefielde dari University of North Carolina, Chapel Hill dalam bukunya ‘Russia in the 21st Century: The Prodigal Superpower’ menyatakan bahwa, ‘Russia bermaksud untuk muncul-kembali sebagai adidaya penuh sebelum 2010 dengan menantang Amerika dan Cina dan berpotensi mengancam lomba senjata’ menunjuk pada perang di Ossetia dan debat tentang sistem pertahanan misil Eropa Timur oleh NATO. Rosefielde lebih lanjut berargumen bahwa Rusia “punya satu komplek militer terpadu…dan kekayaan mineral untuk mengaktifkan kembali potensi tidak aktif militer terstrukturnya.” Rusia memang telah berencana untuk mengambil keuntungan dari kelemahan Amerika dan memperkuat dirinya sendiri di republik-republik bekas Soviet, tapi tidak lebih dari itu. Realitanya Rusia masih sangat jauh dari memiliki kendali perekonomian dan geopolitis yang dibutuhkan untuk berdiri sebagai tantangan langsung terhadap USA. Selain itu, fakta-fakta yang membatasi naiknya Rusia untuk berstatus negara pemimpin terdepan termasuk di antaranya adalah kurangnya sekutu-sekutu penting, Uni Eropa dan Cina yang kuat di perbatasannya, perekonomian yang relatif kecil dan gagal, dan tentu saja populasi yang relatif kecil dan menyusut yang sangat penting dalam penyiapan eko-politis hari ini.
Kekuatan-kekutan lain seperti Jerman, India, dll tidak menyisakan ruang untuk diskusi karena mereka tidak punya ambisi global juga tidak punya sumberdaya macam apapun untuk menyingkirkan USA dari posisi negara pemimpin terdepan. Faktanya semua negara itu dengan suatu cara membantu Amerika untuk menjaga dominasinya di dalam kawasan-kawasan mereka. Selain itu, adalah sangat penting untuk dicatat bahwa, negara pemimpin global unik hanya bisa muncul dengan pengadopsian suatu ‘ideologi alternatif’ yang berbeda dari yang ada saat ini. Semua negara yang sedang berkompetisi sekarang itu tidak punya visi ideologi yang berbeda dan unik untuk ditawarkan kepada umat manusia. Malahan kompetisi intens yang tampak itu hanyalah suatu pengerahan kekuatan dalam skala kawasanal (regional) dan global untuk ‘mendapatkan bagian dari sumberdaya global’ untuk membantu ekonomi mereka dan tujuan-tujuan strategis lain dalam rangka menjadi pemain global yang lebih dihormati bukannya untuk menjadi suatu negara global unik.
Setelah mengungkap itu semua, meski begitu, sejumlah jurnal akademis, paper penelitian, pernyataan politik, paper kebijakan pemerintah Barat, opini publik global, pendapat pemikir dan laporan intelijen dsb selama 10 tahun terakhir telah melulu menyimpulkan bahwa, terdapat perubahan diam-diam, jauh cakupannya, mendalam, dan mengguncang dasar yang sedang terjadi di dunia. Ini tidak lain adalah suatu kebangkitan kembali intelektual dan politikal di dunia Islam. Alec Rasizade (2003), M. R. Woodward (2004), Thomas R. McCabe (2007), J. O’Loughlin (2009), Mustafa Aydin, Çınar Özen (2010), Rachel Rinaldo (2010), and Sanjida O'Connell (2010) dalam studi-studi mereka telah menyimpulkan bahwa, kebangkitan Islam dan Khilafah adalah suatu ‘realitas tak terhindarkan’ hari ini.
Menurut J. O’Loughlin (2009) 500 tahun terakhir telah ditandai dengan siklus adidaya naik dan jatuh, dengan fokus kebanyakan pada kekuatan laut sebagai mekanisme untuk memungkinkan jangkauan global. Setelah runtuhnya negara Khilafah Utsmani dan kemudian merosotnya UK di awal abad 20 dan usaha gagal Jepang dan Jerman untuk meraih status adidaya, kompetisi dunia bipolar AS-Soviet menandai konfrontasi adidaya tipikal – umum. Setelah kolapsnya Soviet, AS mencapai suatu keunggulan atas negara-negara besar lain yang tak pernah diperoleh sebelumnya. Tapi setelah 15 tahun hagemoni ini, kepemimpinan AS sekarang ditantang dan kompetisi adidaya sekali lagi menjadi kemungkinan yang nyata.
Maka, menunjuk pada keadaan aneh ini, estimasi intelijen nasional AS terus berlanjut mengungkapkan permintaan akan Islam oleh Umat Islam di sekeliling dunia sebagai salah satu ancaman paling puncak bagi keamanan dan kepentingan nasional Amerika. Perjuangan politik dan ideologis (bukan yang material) yang diemban oleh Umat Islam, yaitu keinginan akan Khilafah dan Syariah di bawah Negara Islam, telah mencapai tingkat yang menjadi tantangan ideologis terbesar yang dihadapi USA. Mantan Wakil-Presiden AS, Dick Cheney pada 23 Februari 2007 jelas menyatakan bahwa “mereka punya sasaran akhir untuk mendirikan Khilafah yang mencakup kawasan dari Spanyol, melintasi Afrika Utara, melalui Timur Tengah dan Asia Selatan, semuanya hingga Indonesia – dan ia tidak akan berhenti sampai sana”. Selain itu, mantan sekretaris Negara Inggris, Charles Clarke, mengatakan dalam pidato tentang penciptaan kembali Khilafah “tidak bisa ada negosiasi tentang penciptaan kembali Khilafah; tidak bisa ada negosiasi tentang penerapan hukum Syariah”.
Ancaman yang dikandung oleh Khilafah potensial terus-menerus diungkapkan oleh pemerintahan Bush dan itu adalah salah satu alasan perang di Irak dan Afganistan. Jenderal Richard Dannatt, penasihat perdana menteri Inggris David Cameron dan seorang mantan kepala angkatan bersenjata Inggris, mengakui dalam suatu wawancara dengan BBC Radio 4 bahwa tujuan di balik perang di Afghanistan adalah “terdapat agenda Islamis yang jika kita tidak melawannya dan mengalahkannya di Afganistan Selatan, atau Afghanistan, atau di Asia Selatan, maka jelas bahwa pengaruhnya akan berkembang. Ia bisa berkembang baik, dan ini adalah poin penting, kita bisa melihatnya bergerak dari Asia Selatan ke Timur Tengah ke Afrika Utara, dan dan ke penanda tinggi Khilafah Islam abad ke-14, ke-15’.”
Akhirnya, dengan realitas-realitas di lapangan dan pernyataan-pernyataan politik yang dibuat di seantero ibukota di Barat, medannya disiapkan untuk mengeksplorasi kondisi dunia Islam dalam hal berbagai katalis seperti kekuatan populasi, ekonomi dan militer, hasrat politik dan kekuatan ideologi dalam rangka untuk mengukur apakah jika umat Islam bersatu di bawah Negara Khilafah Islam menghadirkan kemungkinan realistis untuk muncul sebagai ‘negara global terunggul dan unik abad ke-21’.
Penciptaan Negara Terdepan Global Nomor Satu - Kemungkinan Hari Ini
Download Buku Kemunculan Tata Dunia Baru: Negara Khilafah Islam [PDF]
Penciptaan Negara Terdepan Global Nomor Satu - Kemungkinan Hari Ini
Download Buku Kemunculan Tata Dunia Baru: Negara Khilafah Islam [PDF]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar